Cinta Pada Istri Urakan - Bab 5 Menikahlah Denganku

Bab 5 Menikahlah Denganku

Laras maju selangkah ke depan, seberkas cahaya keemasan menutupi pandangan Gavin, itu merupakan pantulan cahaya matahari dari benda-benda logam didepannya.

Gavin menyipitkan matanya, cahaya matahari menyinari remaja yang ada di belakang Manda, dia sedikit terkesima, lalu akhirnya melihatnya dengan jelas.

Gadis yang dia cari akhirnya ketemu.

Jika dia tidak tahu, waktu pertama kali melihatnya juga pasti mengira kalau gadis itu adalah seorang laki-laki.

Gadis itu mengenakan kemeja lengan panjang kotak-kotak berwarna biru muda, kerahnya sedikit miring memperlihatkan sebagian tulang selangkanya, saat ini di luar jendela sinar matahari sore menyinari, seberkas cahayanya menyinari sebagian tubuh gadis itu, membuat tulang selangkanya yang putih terlihat bersinar.

Gavin melihatnya dengan seksama, rambut pendeknya menutupi mata, di bawah rambutnya terlihat kulitnya yang putih bersih seperti giok, dia menundukkan kepalanya, tubuhnya yang kurus dan lemah bersembunyi di pojok ruangan, kelihatan seperti tipe gadis yang manis dan penurut.

Sangat sesuai dengan seleranya.

"angkat kepalamu." dia berkata.

Tubuh Laras bergetar, apakah sedang membicarakanku?

Nagita sangat bahagia, dia menarik lengan Laras yang kurus, sambil mendorongnya keluar sambil berkata : "bajumu berantakan seperti apa ini, hari ini di rumah kedatangan tamu yang penting, kau jangan membuat malu di sini, keluar sana."

"tunggu sebentar." Gavin dari tadi sudah tidak sabar menunggunya datang, sekarang melihat sikap Nagita, membuat dia semakin kesal.

Rama melihat situasinya, dia mengira ketidaksopanan Laras membuat kesal Gavin, dia buru-buru menjelaskan : "dia adalah putri adikku dengan mantan istrinya, sedari kecil sudah tidak punya ayah dan ibu, tidak ada yang mengurusnya, tuan muda Gavin jangan marah, dia sudah cukup kasihan."

Perkataan pamannya menyakiti hati Laras dengan sangat dalam.

"suruh dia masuk."

Tidak ada yang berani tidak mendengarkan perkataan Gavin, Nagita terpaksa berhenti mendorong Laras, memperingatkannya dengan suara rendah : "dasar pembawa sial, jika kau merusak kebahagiaan keluargaku, aku akan membuat perhitungan denganmu."

Pada awalnya Laras tidak ingin ikut-ikutan terlibat di dalamnya, tetapi setelah mendengar perkataan bibinya, dia harus masuk ke dalam.

Dia sangat bersedia melakukan hal yang membuat mereka tidak bahagia.

Dia berkata lagi "suruh dia masuk.", suaranya yang dingin bagaikan es yang menusuk, membuat suhu di dalam ruangan menurun beberapa derajat.

Bahu Laras bergetar, tanpa sadar tangannya meremas tali tas sekolahnya, dia masuk ke dalam, tanpa membantah mengangkat kepalanya, memandang ke arah pria itu.

Cahaya matahari terlalu silau, jarak mereka terlalu jauh, dia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.

"kenapa wajahmu bisa terluka?"

Laras memutarkan bola matanya, berkata dengan lemah : "tidak hati-hati....terjatuh..."

Jatuh? Sepertinya hanya Manda yang bisa percaya, luka di kelopak mata dan batang hidungnya, jelas-jelas bekas dipukul.

Suara Gavin yang rendah bagaikan bunyi petasan di malam yang sunyi, suaranya tidak besar tetapi sangat yakin bagaikan gunung yang tidak dapat digeser, dia berkata : "kau menikahlah denganku."

Laras: "....."

Semua orang di keluarga Atmaja : "....."

"tuan muda Gavin, di di dia.... Bukan putriku, bukankah anda mau menikahi putriku?" Nagita tidak mau menyerah, satu tangannya mendorong Maira, tangannya yang lain mendorong Manda ke depan bagaikan sales yang menawarkan dagangannya.

"tuan muda Gavin, coba anda lihat dengan jelas, 2 orang ini barulah putriku, Maira, Manda, coba anda lihat."

Mata Gavin yang sedingin es sangat jelas tidak senang, dari awal hal ini memang sulit untuk dikatakan, masih saja harus membuat dia berbicara dengan jelas, hatinya yang terdalam menolak.

"orang yang saya cari adalah Laras, nona Atmaja."

"...."

Semua orang sangat kaget, Laras saat ini wajahnya memar-memar, bajunya berantakan, rambut pendeknya berantakan bagaikan kandang ayam, lagipula, pertumbuhannya tidak baik, tidak jauh beda dengan sayur tauge, dia baru berumur 20 tahun, masih belum stabil, kekanak-kanakan, sebenarnya Gavin suka dia bagian mananya?

Yang paling penting adalah Laras sudah dijual kepada direktur Hansen, kemarin malam mereka sudah......selain itu direktur Hansen ini sungguh tidak berperasaan, mengerjai Laras sampai seperti itu.

Nagita mencubit suaminya dengan sekuat tenaga, di saat yang genting seperti ini kenapa tidak bicara apapun.

Rama baru saja membuka mulutnya ingin bicara, Gavin sudah berjalan ke mari, orangnya belum sampai tetapi auranya sudah membuatnya takut, perkataan yang mau diucapkannya terpaksa ditelan kembali.

Gavin tidak mempedulikan pasangan suami istri Atmaja, langsung berjalan ke depan Laras, bertanya dengan serius : "apakah kau mau menikah denganku? Sekarang juga."

"apa?" di wajah Laras tertulis huruf kapital "BODOH".

"saya bilang...." Gavin memperlambat dan bahkan mempertegas nada bicaranya, "kau, Laras, maukah menikah denganku, Gavin?"

Laras mengedip-ngedipkan matanya, perlu waktu 3 menit baginya untuk yakin dia tidak sedang bermimpi, seorang pria yang disanjung oleh semua orang dan sangat tampan itu sedang melamarnya.

Dia langsung berkata "aku bersedia!"

Hal yang membuat mereka tidak bahagia, dia akan sangat bersedia untuk melakukannya.

Keluarga Atmaja semuanya memegang kepalanya, Nagita hampir pingsan.

Kelugasan Laras membuat Gavin merasa kaget, bagus juga, jadi dia tidak perlu banyak bicara lagi.

Jadi, di bawah tatapan takut dan terkesima keluarga Atmaja, Gavin membawa Laras pergi.

Nagita melihat sekilas kedua putrinya yang cantik bagaikan bunga dan giok, benar-benar tidak dapat dipercaya, "Tuhan tidak punya mata, bagaimana mungkin, bagaimana mungkin? Tuan muda Gavin itu apakah punya penyakit mata?"

Semakin Rama pikirkan semakin merasa ada yang aneh, dia menepuk dadanya sendiri dan berkata : "kali ini gawat sekali." dia menggunakan pandangan mata yang ketakutan untuk melihat Nagita, sedetik kemudian Nagita juga mengerti maksud suaminya, langsung menangis tersedu-sedu.

Bisnis keluarga Atmaja beberapa tahun belakangan tidak begitu baik, tahun ini mereka harus menghadapi bahaya kebangkrutan, untung saja mereka dibantu oleh direktur Hansen Demin, Hansen, tetapi bantuan ini tidak gratis, Hansen tidak mempunyai hobi yang lain, hanya satu yaitu suka main perempuan, terlebih gadis-gadis yang naif dan polos.

Target awal Hansen adalah Manda, tetapi bahkan macan pun tidak memakan anaknya sendiri, bagaimana mungkin Rama tega menghancurkan putri kandungnya sendiri, setelah berdiskusi dengan Nagita, mereka memutuskan untuk menyuruh Laras yang pergi.

Rama yang menyuruh Laras pergi, Nagita yang menaruh obat ke minumannya, kedua suami istri itu yang menyerahkan keponakannya sendiri ke kamar hotel yang sudah dipesan oleh Hansen dengan kedua tangan mereka sendiri.

Tetapi keesokan harinya, orang ini ternyata dibawa pulang oleh Gavin untuk bertemu dengan orang tuanya, sebagai istri Gavin, ternyata pernah dijual untuk melayani pria lain, begitu masalah ini terungkap, takutnya tidak akan berakhir dengan baik.

Semakin dipikirkan, Rama dan Nagita semakin takut, di sore hari yang hangat, mereka berdua tanpa diduga malah terus mengeluarkan keringat dingin.

--

Waktu mereka sampai di kantor catatan sipil, kantor catatan sipil sudah tutup, tetapi dengan satu telepon dari Gavin, pemimpin kantor catatan sipil sendiri yang datang untuk membantu mereka mengurus surat-suratnya.

Setelah itu hanya butuh waktu 2 menit.

Waktu mereka keluar dari kantor catatan sipil, langit sudah mulai gelap, matahari sudah terbenam, cahaya matahari terbenam yang berwarna keemasan juga pelan-pelan mulai menghilang.

Mungkin dikarenakan wibawa yang dikeluarkan oleh seragam tentara yang dikenakan pria itu membuat dia tidak mencurigainya, tanpa diduga dia mempercayai pria itu.

Akhirnya Laras baru menyadari, dia ternyata sudah menikah dengan pria asing yang baru satu kali ditemuinya, ini seperti ilusi.

Apakah aku terlalu impulsif? Apakah masih sempat jika aku sekarang menyesal?

Sosok Gavin yang tinggi besar berjalan di depan, sesekali menengok ke belakang untuk melihatnya, seperti sedang menilainya, pandangan matanya melihat ke seluruh tubuhnya.

Meskipun wajahnya terluka, dia dapat mengenalinya dengan sekali lihat.

Rambutnya yang pendek, poni yang menutupi dahi, dilihat sekilas penampilannya cantik bagaikan bunga, jika diperhatikan dengan baik wajahnya indah bagaikan lukisan, lehernya jenjang dan cantik, kulitnya putih bersih bagaikan giok, dia, itu dia, tidak mungkin salah.

"naik ke mobil, di sini."

"oh, baiklah."

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu