Cinta Pada Istri Urakan - Bab 487 Hampir Saja Gegabah

Gavin melihatnya berjalan kemari, melihatnya meletakkan gelas, melihat ekspresi wajahnya yang dingin, bertanya: "Bukan sudah ada janji dengan paman Uno kan?"

Laras melihatnya dengan tidak senang, "Setelah minum cepat pergi."

Gavin mengangkat gelasnya, dengan tidak cepat juga tidak lambat meminumnya, memikirkan beberapa hari "kehidupan baru" yang Laras katakan padanya, dengan santai memangku kakinya diatas pahanya.

"Kamu bilang kamu sudah memulai kehidupan baru, aku mengira kamu sudah bersama Randi Uno, tapi ketika pulang aku berpikir, selain kamu meletakkan akta nikah kalian berdua di hadapanku, kalau tidak aku tidak akan percaya."

Ketika dia mengatakan perkataan ini wajahnya selalu membawa senyum tipis, dia bersumpah, dia hanya pada saat menghadapi Laras dan anak-anak, baru bisa sesenyum ini dan sesabar ini.

"Dan juga," Dia dengan percaya diri menunjuk ke luar balkon, "Celana besar dan kemeja pria itu tidak diturunkan, aku tebak, harusnya hanya pajangan kan?"

Laras menggertakkan gigirnya, kenapa orang ini bisa semenyebalkan ini?!

Dia bergegas kesana dan menarik lengannya, "Kamu berdiri," Dia mengecilkan suaranya, "Apa yang kamu tebak, apa hakmu mengurusi masalahku? Kamu punya hak apa untuk mengomentari kehidupan percintaanku? Siapa kamu? Kamu......"

Gavin tidak mengatakan sepatah kata, langsung menutup bibir Laras dengan bibirnya.

"Ehn lepaskan aku......dasar preman lepaskan aku......" Bibir Laras ditutup dengan rapat, sampai membuat suara decakan.

Dia berusaha untuk melepaskan, tapi, dalam hal kekuatan wanita selalu diposisi yang lemah, sekuat apapun dia berusaha, tetap tidak bisa lepas dari Gavin.

"Ah......Dasar kamu......Orang jahat......"

Gavin tidak melakukan hal setengah-setengah, langsung menimpanya di atas sofa, dia mengaku kalau dia sendiri gegabah, begitu menyentuhnya, dia langsung tidak bisa mengendalikannya.

Kepala Laras pusing, dia marah sampai air matanya keluar, tapi, aroma maskulin pria yang familier ini, membuatnya tidak bisa berhenti, beratus malam, dia bermimpi pun merindukan aroma ini.

Katakan dia membuat kesalahan karena rindu, ataupun dia mempunyai kebutuh fisik, gerakan kuat yang menemukan kulit dan kulit ini, membuatnya menolak tapi menginginkannya.

"Gavin kamu lepaskan aku......" Dia menahan suaranya memperingatinya, air mata kemarahan dan kesulitan mengalir dari sudut matanya.

Gavin menyimpan kekasarannya, gerakannya berhenti sebentar, lalu melanjutkannya dengan lembut.

Dia memberitahu dia sendiri, sebentar saja, hanya sebentar saja, cium sebentar saja lagi baru dia lepaskan.

Tapi, sebentar, sebentar, dan sebentar, bibir Laras yang lembut itu seperti mempunyai mantra, dengan dalam menghisapnya, membuatnya menciumnya semakin dalam.

Sedangkan Laras, juga tidak memberontak sekuat tadi, kelembutan pria itu memberi duri yang membuatnya terlena, dia dengan tidak sadar menerima duri-duri itu, kedua tangannya juga dengan sendirinya memeluk tubuh yang hangat itu.

Tapi, semakin sulit yang dirasakan di hatinya, ulu hatinya semakin sakit. air matanya tidak berhenti mengalir, tenggorokannya juga tersendat.

Gavin bisa merasakan kalau Laras gemetaran, dia juga merasakan hal yang sama, "Laras, maaf, maukah kamu memaafkanku?"

"Lepaskan aku."

"Tidak mau......" Gavin menambah ciuman mereka lebih dalam, tangannya pelan-pelan membelai baju dan lengannya, lalu menyentuh tangannya, mengenggam erat kesepuluh jarinya.

"Kamu......Keterlaluan sekali......" Laras tidak bisa lepas darinya, malah dengan tidak sadar membalasnya.

Tangan Gavin mulai tidak jujur, ciumannnya juga semakin tidak puas, dia sambil melepaskan kancing baju Laras, sambil mencium leher Laras.

"Laras, aku tidak akan melepaskanmu, selama menjadi mata-mata beberapa tahun itu, beberapa kali aku hampir kehilangan nyawa, kamulah, begitu memikirkanmu, bagaimana pun juga aku harus tetap hidup."

"Kamu bohong, kalau kamu tidak bisa menahannya lagi, apa tidak bisa tidak pulang? Kamu masih saja melakukannya untuk tugasmu, untuk perintah militermu! Di matamu, tanggung jawab dan perintah baru yang paling penting, aku, sama sekali tidak penting."

Kerah bajunya semakin turun kebawah, ciuman Gavin juga pelan-pelan menurun kebawah, nafasnya semakin berat, seperti bersumpah mengatakan: "Penting, bagiku kamu yang paling penting, kamu adalah nyawaku......"

Dada kedua orang itu menempel lekat, juga bisa saling merasakan detak jantung masing-masing.

Jarak yang tepat, suasana yang tepat, keromantisan yang tepat, sumpah yang tepat, semuanya tepat.

Gavin tiba-tiba bangkit, melepaskan jaket dan bajunya.

Laras menutup matanya, juga tidak bisa menahan untuk diam-diam membuka sedikit celah matanya, dia melihat dada telanjangnya, kulit kencang yang berwarna madu, dan juga ototnya yang maskulin.

Saat ini, dia tidak bisa memberontaknya, tidak ada cara untuk memberontak, dan juga tidak ingin memberontak.

Saat tubuh maskulin yang hangat itu menimpanya lagi, dia sudah membuka dirinya seutuhnya, menginginkan ini semua......

Di saat ini juga, dari kamar kecil terdengar suara Nana, "Mama......"

Kepala Laras sekejap seperti tersadarkan langsung, Gavin juga terkejut, bernafas pun tidak berani.

"Mama, mama, *@#¥¥%......Mama......"

Tidak tau apa yang dikatakan Nana, hanya mendengarnya meneriakan mama dengan kuat.

"Cepat bangun!"

Laras merapikan bajunya berlari masuk kedalam kamar kecil, tidak menghidupkan lampu, hanya berjongkok di sebelah tempat tidur, mengulurkan tangannya memegang wajah kecil Nana, dengan pelan berkata: “Mama disini, Nana mau katakan apa?"

"Mama, aku ingin pipis."

"Baik, mama gendong kamu pergi." Sambil berkata, Laras menggendong Nana.

Saat keluar dari kamar kecil, mata Laras dan Gavin saling bertatapan, perasaan itu, seperti ketahuan selingkuh, ada keanehan yang tidak bisa dijelaskan.

"Mama, aku juga ingin minum." Ucap Nana dengan tidak jelas.

"Baik, mama tuangkan untukmu."

Melihat Laras tidak bisa melepaskan tangannya, Gavin langsung mengambil termos ke mulut Nana, mata Nana tidak terbuka, bertemu dengan pipet langsung menghisap dan meminumnya.

Laras melihatnya yang hanya mengenakan jaket, area yang terbuka adalah otot dadanya, dia langsung mengalihkan pandangannya.

Nana tertidur lagi, harusnya akan tertidur sampai besok pagi.

Jantung Laras tidak berhenti berdetak, begitu sadar, dia langsung tidak berani keluar, di luar ada seekor serigala yang menjaga, dia tidak mau menjadi domba yang masuk kedalam perutnya.

Dia berbaring di sebelah Nana, pelan-pelan, dia pun tertidur.

Gavin yang menunggu di luar sedikit tidak sabaran, melihat waktu, Laras sudah masuk satu jam dan masih belum keluar, oleh karena itu, dia berjalan ke depan pintu kamar kecil, membuka celah untuk melihat kedalam.

Di atas ranjang melihat kedua anak ibu itu tidur di satu tempat tidur, sudah tertidur dari tadi.

Gavin menghela nafasnya, pelan-pelan mundur.

Dia memakai baju didalamnya, memikirkan adegan malu tadi, tiba-tiba dia tersenyum, Nana, kamu pintar sekali memilih waktu.

Dia membalikkan kepala melihat celana besar dan kemeja laki-laki yang di jemur di balkon, berpikir dalam hati, sepertinya Laras membeli sesuai dengan ukurannya.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu