Cinta Pada Istri Urakan - Bab 457 Perjodohan

Emosional Laras menjadi sedih terdengar kata tanpa suami, Dia selalu mendapatkan rasa sakit tiba-tiba, Luka yang mulai pulih kembali diserang hingga berdarah.

Kalau begini terus, mengakibatkan luka hatinya bertambah.

Dia takut seumur hidup begini, karena sebuah kata, seseorang, atau sesuatu adegan, membuat dia terpikir Gavin.

Dia takut seumur hidup tidak bisa jalan keluar dari masa lalu.

Manda melihat Laras berubah emosionalnya, segera memberitahu Fanny dengan mengedipkan mata.

Fanny melihat dia, sakit hati, marah dan menyalahkan diri, tetapi, sebagai teman terdekatnya, dia mesti memberitahukannya, " Laras, kenapa kamu, kamu sedih karena perkataanku? Menurut aku, kamu seharusnya melepaskan masa lalu, berpacaran dengan gembira, bukankah kamu sudah ada pasangan? Sudah melahirkan anak? Kenapa masih memikirkan Jenderal Gavin?"

Hati Laras semakin terluka, Sangat terluka mengakitbatkan dia tidak ingin berbicara.

Manda sekali lagi mengedipkan mata kepada Fanny supaya berhenti berbicara.

Fanny menghelakan nafasnya, sebenarnya dia ingin memperkenalkan teman kerjanya, seseorang yang profesional dipasar saham.

Laras menghelakan nafasnya, dengan terpaksa tersenyum: "Dikantor masih banyak yang perlu dikerjakan, Kita pergi dulu.....Manda, ada waktu renggang aku baru datang.”

"Baik." Manda tidak berkata lagi, dia takut jika bicara terus, akan membuat dia terluka,

Laras dan Fanny keluar dari kamar, diluar adalah ruangan tamu, Tidak hanya Anna, Allan juga datang.

Allan duduk di kursi roda, kelihatan segar, muka tersenyum, suaranya penuh tenaga, otot dimuka tidak miring, tidak kelihatan ada efek samping dari penyakit strokenya.

Benar, Laras merasakan Allan lebih sehat dari Allan yang dulu, kecuali kakinya saja.

"Ada waktu kalian harus pergi lihat, sana memang cocok untuk hari tua....."

Sekali terlihat Laras, Allan langsung berhenti bicara, sepertinya sengaja, ekpresi wajah berubah serius.

Sangat canggung, perlu bersapa? memanggilnya apa? Hati Laras berpikir keras.

"aku tahu kamu takut bosan, aku memberitahukan kamu, sama sekali tidak membosankan, di taman ada aneka bunga dan rumput, bisa habiskan setengah hari, kalau masih bosan bisa pergi pancing ikan, bukankah kamu suka memancing, pasti tidak akan bosan.”

Gaya pembicaraan Allan, mengabaikan Laras, dan tertawa seperti biasa.

"...."Laras mengigit lidah sendiri dengan sengaja, apa yang ingin dia bicarakan disimpan kembali.

Mereka meremehkan dia, untuk apa masih dipikirkannya, ah, begini lebih baik, tidak perlu bersapa.

Melihatnya, Fanny juga marah, menarik Laras meninggalkan tempat itu.

Di lorong jalan, Fanny sambil berjalan, berkata: "Kamu lihat kamu lihat, orang tua sekarang bahagia sekali, waktu dilewati dengan senang, tanpa beban, tanpa peduli segalanya, cuma kamu yang tidak bisa lepaskan.”

Laras menahan nafasnya, tidak berani bicara, takut menusuk hati.

“Pacar lama tidak bisa dilupakan, pacar baru pasti kurang memuaskan, Laras, aku kenalkan seseorang, mau gagah ada gagah, mau tampan ada tampan, mau kemampuan ada kemampuan, segala syaratnya bagus.”

"Kenapa tidak disimpan untuk sendiri?"

"Teman kerja waktu di pasar saham, aku pernah memikirkan untuk mengejar dia, masalahnya sudah menjadi teman yang terbaik, orang yang bagus harus sisakan untuk teman, aku kenalkan kepadamu, gimana? ketemu yuk?"

"tidak mau!"

"Cieh."

Dengan topik begini bisa mengurangi perhatian Laras, Laras agak baikan, "Cepat pergi yuk, planning kemarin masih belum selesai."

"aw aw aw, sepertinya kamu tahu saja"

"Aku tidak mengerti planning, aku mengerti cara suruh orang, pesanan tidak boleh kurang, cepat pergi cepat pergi, pulang kerja."

"Muka kapitalis akhirnya mulai kelihatan."

"Bekerja membuat aku bahagia, aku mau pergi kerja."

.......

"Wei, Randi Uno, apakah hari ini kamu ada waktu?"

"Ya ya, Ingin mengundang kamu ke perusahaan baruku, mana tahu kamu ingin kesini kerja."

"Hm, kamu jangan memandang rendah perusahaan perencanaan yang kecil ini, perfoma sangat bagus."

"Apakah memulai bisnis dipasar bursa mesti buka bank? Pandangan bisnis kamu terlalu pendek."

"Jangan membantah lagi, satu kata datang atau tidak?!"

"Bagus, Ingat jam 12 tepat ketemu di restoran lantai dasar, kalau tidak aku pergi ya.”

Siang, Fanny menarik Laras ke restoran lantai dasar, ini adalah acara perjodohan yang direncanakan.

Dihadapannya terduduk seseorang pria yang gagah perkasa berkacamata, ganteng dewasa, memakai kemeja putih jas hitam, tutur katanysa sopan, tersenyum, gaya seorang pengurus perusahaan besar.

Laras tersenyum mengangkat keningnya, menatap Fanny diam-diam, apa yang kamu rencanakan?

Fanny memberi tanda-tanda dengan tersenyum, kenalkan pacar baru untukmu.

"Randi, kenalkan, dia bos besar aku dan teman sekolahku, dan juga teman baikku, masa depan yang gemilang. Randi, Randi?"

Randi terkejut dari lamunannya, “Ya?"

Fanny memutar bola matanya, "Kenapa, begitu cepat sudah tertarik dengan kecantikannya? Dari kemarin minta kamu datang tidak mau, lihatlah, aku tidak akan bohongi kamu."

Randi tersenyum, "Jadi kamu adalah Laras."

Laras dan Fanny terkejut, "Kamu kenal aku?"

"Wei, Randi, kamu kenal Laras, kenapa tidak beritahukan aku dari dulu."

Randi menggeleng kepala dengan cepat, menjelaskan: "Tidak tidak tidak, aku tidak kenal kamu, cuma pernah dengar kamu."

Mendengarkan nama Laras, tidak ada seratus ribu orang juga ada sembilan ribu orang, Orang yang tahu keluarga Pradipta di Jakarta, pasti tahu dengan nama Laras, tapi itu dimasa 4 tahun yang lalu.

"Aku ada teman sekolah SMA yang bernama Ivan Sunarya, kamu ada ingat?"

"Ivan Sunarya?"

"Benar, belajar arsitektur."

Laras tidak akan lupa, kakak kelas Ivan pernah mengejar dia, sampai membuat Gavin cemburu.

Fanny terkejut, 'Wow, senior Ivan di jurusan arsitektur adalah teman SMA, kenapa tidak pernah dengar darimu?"

"Kamu tidak tanya."

"Haha, kenapa, senior Ivan masih ada benih cinta terhadap Larasku? Perlukah memanggil dia untuk makan bersama?Auu!!......."

Laras menendang kaki Fanny dibawah meja, siapa suruh kamu sembarangan bicara, suruh kamu jangan sembarangan buat keputusan.

Randi: "Tidak juga, Ivan Sunarya sudah pindah ke Amerika, dan sudah berkeluarga, aku ada mengikuti acara perkawinan dia, dia pernah memberitahukan percintaan yang tersembunyi ini kepada aku, aku baru bisa tahu.”

Ternyata mengenal dia karena Ivan Sunarya, bukan karena keluarga Pradipta, benar juga, Gavin Pradipta yang terkenal, yang sudah meninggal empat tahun yang lalu tidak pernah ada yang mengungkit, apalagi nama Laras.

Acara makan bersama dalam keadaan canggung, demi Fanny, dia bertahan, kalau tidak dari pertama dia sudah mau pergi.

Beda dengan Laras, Randi malah berterima kasih kepada Fanny atas perkenalan ini.

Kesan terhadap Laras dari percakapan Ivan Sunarya, menurut Ivan Sunarya, Laras lincah imut, terus terang, berani, sekali terlihat hari ini, dia merasakan Laras adalah seseorang yang murah hati, perempuan yang dewasa mandiri, penuh cerita, ada masa lalu, dan dilapisi dengan pesona, misterius dan mengesankan hati.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu