Cinta Pada Istri Urakan - Bab 414 Pergi Dengan Tenang

Keluarga Dibyo, Tanu sudah 3 hari tidak keluar rumah.

Tanpa alasan terus bolos kerja, membuat Ciputra sangat tidak senang.

Pagi-pagi hari, dia dengan marah-marah masuk ke kamar putranya, melihat putra yang masih tertidur di atas tempat tidur, ada semacam amarah karena berharap putranya menjadi lebih baik.

"Sudah jam berapa masih belum bangun, bisnis perusahaan baru membaik, kamu mulai bermain-main lagi?"

Wajah lusuh Tanu berjenggot, dengan linglung berkata: "Pa, aku izin beberapa hari."

"Kamu......Kamu mau buat aku mati marah ya? Kamu tau tidak beberapa hari ini apa yang terjadi, presdir Li dari Humpus terus menunggumu menandatangani kontrak, kamu tidak tandatangan, orangnya sudah tandatangan dengan orang lain. Dan juga tanah di teluk Marina itu, harusnya kita memenangkannya, kamu malah bagus sekali, langsung menghilang, sekarang tanah itu sudah masuk di kantong orang. Coba kamu katakan, kamu sudah menghilangkan berapa banyak hal yang besar?! Aku mengira kamu benar-benar sudah dewasa, tidak disangka lebih tidak bisa diandalkan dibandingkan dulu."

Ciputra semakin marah, memarahi semakin kuat, Tanu menampilkan wajah 'tidak apa-apa', seperti lumpur yang tergeletak di atas tempat tidur, sedikitpun tidak bergerak.

"Dasar anak kurang ajar, bangun!" Ciputra dengan paksa menarik Tanu bangun, "Lihat kamu sekarang ini, sudah mirip macam apa!"

Elsa yang mendengar suara marah suami, tergesa-gesa datang kemari, begitu masuk langsung melihat suami mau memukul anak, dia langsung menghentikannya, "Untuk apa bermain tangan, jangan bermain tangan."

Ciputra di dorong Elsa ke sebelah, dengan sakit hati memegang wajah putranya, "Kamu lihat pukulan kamu, kan bisa bertanya baik-baik, untuk apa pakai menampar?"

Elsa duduk di tepi ranjang, dengan khawatir bertanya: "Tanu, sebenarnya kamu kenapa?"

Rambut Tanu berantakan, matanya kendur, bibir dan dagunya tumbuh kumis yang tidak rata, orangnya tampak sangat kotor dan berantakan.

"Apakah sedang bertengkar dengan Manda?"

Elsa juga yang lebih mengerti putranya, begitu mengungkit Manda, tatapan Tanu ada pergerakan.

"Tampaknya benar, beritahu mama, kenapa kalian bertengkar? Mama bantu kamu hibur dia ya?"

Tanu menggosok wajahnya, emosi yang tertekan tinggal sangat lama di wajahnya, "Pa, masalah perusahaan aku minta maaf, tapi aku ada rencana lain, aku merasa pengembangan bisnis domestik ada hambatan, aku ingin pergi ke luar negri mencari peluang bisnis."

"Apa?" Ciputra dan Elsa sangat terkejut.

"Iya, aku ingin pergi berkelana."

Elsa mendengar ada yang aneh, putranya ada niat untuk menjadi lebih baik adalah hal yang bagus, tapi keputusan yang tiba-tiba ini masih saja membuatnya sangat terkejut, "Sebenarnya apa yang terjadi, nak?"

Tanu menghela nafas berat, berkata: "Bukannya kalian memang tidak suka dengan keluarga Atmaja, seperti yang kalian inginkan, aku memutuskan untuk melepaskan Manda."

Ciputra dan Elsa saling melihat, saling tersenyum.

Elsa: "Anakku, akhirnya kamu sudah mengerti ya?"

Tanu menangguk, "Sekarang aku hanya ingin cepat pergi."

Elsa dengan berhati-hati berkata: " Rini dan anakmu ada di Amerika, kalau tidak mama temani kamu dulu pergi melihat mereka?"

Kalau bukan karena mamanya mengingatkan, Tanu hampir lupa kalau dia masih mempunyai seorang putra, dia sangat kesal, yapi ini juga menambah buktinya sebagai sampah saja.

Dia dengan tak berdaya menyetujuinya, "Baik."

Elsa sangat senang, akhirnya bisa menggendong cucu besar yang dia rindukan.

Sebenarnya Elsa dengan Rini selalu berkomunikasi, Rini sering mengirim foto dan video anak itu pada Elsa.

Walaupun Ciputra tidak mengakui Rini , tapi melihat cucunya yang gemuk dan putih, dia juga tidak mengatakan apa-apa.

Rini adalah gadis miskin yang datang dari daerah pegunungan, pada saat bekerja di malam hari baru kenal dengan Tanu, latar belakangnya yang seperti ini, tidak akan mendapatkan pengakuan dari suami istri keluarga Dibyo.

Tapi anak ini adalah daging darah keluarga Dibyo, mereka mengakuinya.

------

Sebelum Tanu pergi, diam-diam menyetir mobilnya ke komplek Radio dan TV, dia tau kalau Manda sekarang tinggal disini.

"Halo, ini aku......"

"Boleh bertemu sebentar? Tenang, aku hanya ingin berpisah baik-baik denganmu, besok aku akan keluar negri."

"Baik, kutunggu."

Tidak lama, Rendra menarik tangan Manda kemari, Tanu melihat gambaran ini dari kejauhan.

Sore hari di musim panas, matahari terik di atas kepala, jangkrik tidak berhenti bernyanyi di atas pohon, Rendra memegang payung menghalangi panas cahaya matahari dari Manda.

Tanu tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan, iri sampai gila, tapi hanya bisa berpura-pura tenang.

Dia melihat senyum yang sudah lama hilang di wajah Manda, itu adalah senyum yang tidak pernah muncul saat Manda bersama Tanu, dan karena senyuman ini, dia rela melepaskan Manda.

"Aku mencari Manda, bukan mencarimu, untuk apa kamu turun?" Tanu dengan tidak senang bertanya pada Rendra, menyatakan tidak senang dengan kedatangannya.

Rendra menjawab dengan cepat: "Keluar pada saat cuaca panas seperti ini, aku takut dia stroke panas."

Tanu memutarkan matanya, "Menyalahkan cuaca panas kan, kenapa tidak tinggal di kantormu ditiup AC saja, bapak ketua?"

"Bukankah kamu juga disini dijemur matahari, tuan muda?!"

Manda melihat mereka baru bertemu sudah saling membenci, tapi tidak mencium bau panas, sungguh sangat marah tapi juga sangat lucu "Weh, kalian berdua kenapa kekanakan sekali? Sudah berumur 30 tahunan, jangan kekanakan begini oke?"

Tanu: "Sedang membicarakanmu, kekanakan."

Rendra: "Jelas-jelas membicarakanmu."

"Cukup!" Manda langsung memotong, lalu menarik sudut baju Rendra berkata, "Kamu masuk dulu, oke?"

"Tidak, nanti kalau kamu diculik olehnya bagaimana?"

"........"

Tanu benar-benar tidak sanggup melihat mereka bermesraan dengan marah-marahan, melambaikan tangannya berkata: "Sudahlah, aku juga bukan melakukan hal yang memalukan," Dia melihat Manda, dengan tidak tega berkata, "Besok aku sudah akan pergi, tidak tau kapan akan kembali, mungkin tidak kembali lagi."

Manda langsung berseru, "Jadi kak Maira......"

Ada kekecewaan di mata Tanu, tapi dengan cepat kembali normal lagi, "Aih, aku tau kamu paling mengkhawatirkan Maira, tenang saja, aku sudah bilang kalau sahamnya tidak akan ditarik, dia seperti ini lain kali mau menikah juga sangat sulit, anggap saja itu biaya penanggungannya saja."

Manda melihat ada apresiasi di matanya, "Kalau begitu aku menggantikannya berterimakasih padamu."

"Jangan, jangan, anggap saja aku beramal, dulu melakukan banyak hal jahat, kamu tidak bersedia menikah denganku adalah dosa yang diberikan Tuhan untukku, lain kali aku harus banyak berbuat kebaikan, siapa tau suatu hari nanti Rendra mengkhianatimu, kamu akan kembali padaku lagi."

Rendra langsung berkata: "Mimpimu ini selamanya tidak akan menjadi kenyataan, tapi berbuat kebaikan itu benar, kamu ingat 2 kata itu."

Tanu melirik Rendra dengan sinis, tidak ingin memperdulikannya, lalu berputar menghadap Manda, "Manda, lukamu sudah sembuh belum?"

"Sudah tidak apa-apa, hanya sisa sedikit bekas luka saja."

"Baguslah kalau begitu.......Jadi sekarang kamu masih kesal denganku tidak?"

Manda menggeleng.

"Membenciku?"

Dia menggeleng lagi.

"Terimakasih, kalau begini aku juga bisa pergi dengan tenang."

Rendra tidak bisa menahan untuk tidak masuk ke percakapan mereka, "Perkataanmu ini sangat menjijikan, sendiri bilang kalau diri sendiri pergi dengan tenang."

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu