Cinta Pada Istri Urakan - Bab 382 Target Pembunuhan Diam-diam

Gavin dengan tampang serius kembali ke markas, Laras sekali melihat mukanya yang serius, segera dia tahu harus mundur.

“Kamu sibuk ya? aku bisa sendiri pulang kos.”

Gavin mengangkat tangannya dan memegang perempuannya yang pengertian, kemudian memeluk bagian belakang kepalanya untuk menariknya lebih dekat, sebuah ciuman jatuh di atas dahinya, “Tunggu aku pulang.”

“Baik, aku tidak akan kemana-mana, tenang saja.”

Laras melihat dia pergi, punggungnya yang nampak tergesa-gesa itu membuatnya merasa tidak rela, bahkan terasa di ujung hidungnya.

Dia hanyalah seorang istri biasa, dia tidak mengerti masalah negara, dia hanya tahu suaminya yang masih dalam keadaan terluka, tetapi masih harus fokus pada pekerjaan. Sebagai seorang istri, dia sangat tidak tega, tetapi, dia hanya bisa mendukungnya.

Dia perlahan-lahan mulai mengerti nenek, juga mulai mengerti ibu mertuanya, terlebih mulai mengerti ribuan hingga puluhan ribu istri tentara.

Dibandingkan dengan dulu dia semakin mencintai pria ini, tidak lagi menyukainya pada permukaan, melainkan semakin merasa tertarik padanya secara mendalam.

——

Gavin dengan tergesa-gesa menuju ruang rapat.

Hendro sudah memproyeksikan informasi terbaru yang diperolehnya di atas dinding putih. Jordan, Weiner dan Sonny bertiga melihat gambaran yang diproyeksikan dengan muka yang berat.

“Bos.” Keempatnya memanggil dengan serentak.

“Apa yang terjadi?”

Hendro: “Tim investigasi memeriksa monitor, menemukan bahwa tembakan Luobin sedikit aneh, saat itu posisi yang seharusnya dia tembak adalah disini, berjarak empat puluh lima derajat dari posisi Bos, biarpun penembak yang tidak hebat, juga tidak akan tersimpang terlalu jauh, apalagi Luobin adalah penembak jitu yang dipilih pasukan selama tiga tahun berturut-turut.

Sonny mengangkat tangan untuk memotongnya, “Luobin adalah penembak terhebat yang pasukan kita terima tahun ini, apalagi hasil tes penilaiannya nomor satu.”

Weiner bertanya-tanya dengan heran: “Apa mungkin speedboat yang didudukinya saat itu bergoyang-goyang? Aku ingat saat Bos ditembak, posisi speedboatku dan speedboat mereka berdekatan, Luobin segera bertanya Asep mengapa tiba-tiba berbalik arah, hingga mencengkeram kerahnya dan menekannya ke tanah, aku yang saat itu memisahkan mereka.”

Hendro: “Tim investigasi sudah bertanya pada Asep, Asep berkata dia saat itu sama sekali tidak berbalik ataupun memutar speedboat, jalurnya lurus, dia tidak memahami perbuatan Luobin. Dan gambaran saat itu pada drone juga menunjukkan, bahwa speedboat yang mereka duduki tersebut, saat itu memang berjalan lurus.”

Hendro: “Setelah Asep giliran Luobin, tetapi tim investigasi menunggu lama pun tidak ada yang datang, pergi mencari, sudah ditemukan bunuh diri menembak mulutnya sendiri di kos. Ini gambarannya, lihatlah.”

Sonny mengelap mukanya, menghela nafas: “Bibit unggul yang disayangkan, tetapi, ini bukan disebut kesalahan, ini adalah kecelakaan, Bos, bagaimana menurutmu?”

Gavin telah mengerti perkataan Sonny, saat itu memang pistol Luobin diarahkan kepadanya, peluru juga ditembak ke arahnya, kalau bukan karena refleksnya yang tajam, pasti akan tepat terkena tembakan.

Gavin sedang terdiam, setelah langsung melihat beberapa gambaran di tempat, dia bertanya: “Apakah sudah menghapus kemungkinan dia dibunuh orang?”

Hendro: “Di lokasi tidak ditemukan jejak orang kedua, di atas pistol juga hanya terdapat sidik jarinya, jadi untuk saat ini disimpulkan kasus bunuh diri.”

Gavin menggeleng-geleng kepalanya, “Tidak benar, kamar yang ditinggali empat orang, tidak mungkin tidak ada jejak orang lain, kecuali pembunuh setelah membunuh orang sudah membereskannya, sidik jari dan petunjuk lain sudah dihapuskan.”

Semuanya merasa tidak percaya, khususnya Weiner yang baru saja menyadarinya, dia sedikit tidak dapat bereaksi, “Sonny, aku tidak begitu mengerti maksud Bos, tolong kamu jelaskan padaku.”

Sebenarnya dia bukan tidak mengerti, dia hanya menginginkan sebuah pengakuan, melihat apakah pemikiran orang lain sama dengan pemikirannya.

Sonny: “Ada orang yang menginstruksi Luobin untuk membunuh orang, targetnya ialah Bos, sayangnya Luobin telah gagal melaksanakan misi, jadi dia pun dibunuh.”

Kemarahan Weiner yang tersimpan penuh tiba-tiba meledak, dia menepuk meja dengan keras, marah dengan mengatakan sebuah kalimat, “Siapa dia untuk bertindak sewenang-wenangnya di tanah orang, sudah bosan hidupkah?!”

Semua orang sudah menyadari tingkat kekacauan seperti ini, di dalam pasukan tentara, ternyata ada hal seperti rencana pembunuhan, apalagi targetnya adalah Gavin, hal seperti ini memang belum pernah terjadi.

Gavin menatap ke arah Sonny, Sonny pun menggeleng-gelengkan kepala ke arahnya.

Sebelumnya Sonny diarahkan Ketua untuk diam-diam menginvestigasi Komandan Sutedja, tetapi setelah sekian lama, dia tidak mendapat informasi apapun.

Atau mungkin, arah mereka ini salah.

Gavin: “Blokirlah informasi ini, tutuplah kasus ini sebagai kasus bunuh diri.”

“Ketua,” Weiner tidak sudi, “Ini terlalu bahaya, ada yang ingin diam-diam membunuhmu loh.”

Sonny mendudukkan Weiner yang impulsif, “Duduk dulu Weiner, tindakan Ketua ini adalah untuk membalas rencana mereka, kalau saat ini kita melakukan investigasi menyeluruh, bukankah tindakan gegabah yang membuat musuh waspada?”

Weiner baru mengurangi kekerasannya, tetapi emosinya tetap ada, “Jangan sampai aku menemukan bajingan ini, Ketua, apa langkah kita selanjutnya?”

Gavin: “Akhir-akhir ini semua gerak-gerik kita sedang diawasi, jadi, apapun jangan dilakukan.”

Dia melihat Jordan yang terus terdiam dan tidak berbicara, dan bertanya: “Jordan, kamu ada pandangan apa?”

Semua orang terdiam, suasana di ruang rapat menjadi tegang, Jordan mengangkat kepalanya untuk melihat Gavin, beberapa kali membuka mulutnya, tetapi akhirnya menelan kembali kata-katanya.

Weiner sudah tidak tahan, “Jordan, aku melihatmu saja sudah tidak tahan, kamu sebenarnya ada pandangan tidak?”

Hati Jordan terasa sangat tertekan, berharap iya, juga berharap tidak, dia berkata dengan suara yang rendah: “Sebelumnya bukannya kita mencurigai ada mata-mata di tengah pasukan kita? Jika Darius, Jenny dan mata-mata tersebut bekerja sama…”

Weiner langsung marah, “Astaga, sudah meningkat, apakah ingin menghabiskan Pasukan Khusus Serigala? Datanglah, cobalah aku, ambil aku Weiner sebagai mangsa pertama untuk dibunuh boleh!?”

Rapat ini, pada akhirnya tidak membuahkan hasil, Gavin mengesahkan dokumen kasus pembunuhan diri Luobin, maka kasus ini dianggap telah selesai.

Saat semuanya bersedia untuk menutup rapat, Hendro menerima sebuah informasi yang penting lagi.

“Ketua, masalah besar,” dia memelototi layar komputer, takut salah baca, “….tim anti narkoba disergap saat melakukan tindakan pemusnahan Grup Segitiga Emas, semua tentara telah gugur, lima belas orang polisi tidak ada satupun yang selamat, diantaranya Kapten Fu.”

Dengan datangnya satu berita ini, tidak saja mengejutkan Pasukan Khusus Serigala, juga telah mengejutkan pembimbing besar negara, juga telah mengejutkan seluruh dunia.

Gavin sudah tidak dapat duduk diam, segera meminta atasan untuk membiarkan dia mengambil alih kasus Segitiga Emas.

Saat ini, dia yakin akan menang, selain tim anti narkoba, dia adalah orang yang secara langsung pernah menangani kasus ini, lagipula sang tersangka, Darius dan Jenny juga merupakan mantan anggota Pasukan Khusus Serigala, hanya dialah orang yang paling berhak mengambil alih kasus ini.

Tetapi, lamarannya tetap ditolak dengan dingin.

“Komandan Sutedja, mengapa tidak diberikan padaku?!” dia langsung menelepon nomor pribadi Reno.

Secara pribadi, dulu Reno adalah bawahan Allan, Gavin selalu memanggilnya paman, Reno adalah orang yang melihat Gavin tumbuh besar.

Reno berkata di dalam panggilan telepon: “Gavin, kamu tenanglah sedikit, justru karena kedua tersangka dulu adalah bawahanmu, aku baru khawatir kalau mereka memang menjadikanmu target, jadi, kamu tinggalah di markas dengan baik, berlatihlah persiapakan dirimu dengan baik.”

“Sudah gugur begitu banyak rekan seperjuangan, aku tidak bisa tinggal diam!” Gavin berteriak.

Reno juga berteriak: “Ini adalah perintah militer!”

Ini adalah perintah militer, perintah militer bagaikan gunung!

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu