Cinta Pada Istri Urakan - Bab 356 Persaingan Politik Lebih Menakutkan Daripada Perperangan

"Sedang diproses, ini bukan akhir tahun, komisi tahun lalu baru saja ditransfer ke rekeningnya, walaupun belum beberapa bulan, tapi uangnya tidak sedikit, sekarang kamu dimana? Mengapa suaramu aneh, sedang flu?"

Laras yang disebelah semakin mendengar semakin merasa ada yang tidak beres, sikap normal kakak ipar terhadap adik ipar mana seperti ini? Apalagi sudah mantan.

Manda menarik nafas dalam, dengan tegas memarahi: "Bukan urusanmu! Jangan meneleponku lagi."

"Wei, mengirim uang kepada Maira karena perkataanku, kalau aku bilang tidak maka tidak mengirim uang kepadanya."

".......Tanu, kamu sedang mengancamku?"

"Aku bukan mengancammu, aku sedang berbicara logika denganmu, aku menandatangani surat perceraian itu berati sudah mengalah, tapi tujuanku tidak berubah."

"Kamu tidak tau malu."

Tanu yang diujung telepon juga menghela nafas dengan tak berdaya, "Manda, aku hanya mengkhawatirkanmu, setidaknya kamu beritahu padaku keberadaanmu, agar aku tau kamu aman."

"Aku di kediaman Gavin."

"Itu cukup aman, aku saja tidak bisa masuk."

"......Kututup!"

Manda bergegas memutuskan panggilan, ada banyak masalah dihatinya, tidak bisa melihat akhirnya.

Laras mengangkat kepalanya meliha Manda, bertanya: "Si Dibyo itu mau mengejarmu ya?"

Manda tidak membantah, Laras semakin serius, "Apa dia sedikitpun tidak mengerti? Si sampah itu juga berhak mengejarmu?"

Memikirkan gambaran dipernikahan saat Tanu demi Manda menerima tusukan pisau, kata-kata Laras sedikit tidak terkendali, "Apa yang dia lakukan, dia serius? Kamu dan kakak pertama putus karena dia?"

Manda menggeleng kepala, "Bukan."

"Kalau begitu kenapa?"

"Kamu tidak tau."

"Maka itu beritahu padaku."

"Aku tidak ingin mengatakannya."

"......Manda!"

Manda membalikkan badannya, membelakangi Laras, menghindari tatapan bertanya Laras.

Laras bukan orang yang mudah dibuat bingung, dia berdiri, sambil mengambil handphone sambil berkata: "Ini aku langsung menelepon kakak pertama, tanya sebenarnya kalian kenapa putus, kalau karena Tanu, dia pasti sudah salah paham."

"Jangan jangan." Manda menahan handphonenya, air mata yang dia tahan susah payah sudah mau keluar lagi.

Laras sudah tergesa-gesa, tapi malah tidak bisa melakukan apa-apa, "Kalau begitu beritahu padaku kenapa."

"Aku yang minta putus, hehe, aku tidak menyukainya lagi."

"......" Laras tidak akan mempercayai kebohongan seperti ini, "Kamu kira aku anak berumur 3 tahun? Siapa yang waktu itu begitu bermuka tembok mengejarnya? Juga bilang tidak akan menikahi orang lain selain dia, tidak boleh kalau bukan dia, kamu sampai mau langsung meregistrasi pernikahan dengannya, kamu sudah lupa?"

"Itu pemikiran pada saat belum mendapatkannya, setelah mendapatkannya ya seperti ini."

Laras menjadi serius, "Manda, katakan yang jujur!"

"......" Manda membuka mulutnya, tapi putus asa lagi.

"Masih tidak jujur? Kalau begitu aku tanya kakak pertama."

"Laras, jangan sembarangan!"

Laras tiba-tiba merasakan keseriusan hal ini, Manda bukanlah orang yang berkopromi, tapi dalam beberapa waktu ini, dia sekali dan sekali lagi berkompromi, dan juga dalam komprominya kehilangan cintanya.

Manda menghapus air matanya, dengan serius berkata: "Kamu jangan urusi masalah ini, aku tidak pernah memohonmu apa-apa, kali ini anggap aku memohon padamu, jangan ikut campur!"

"......"

"Kamu keluar, aku mau sendirian menenangkan diri."

"Manda......"

"Keluar!"

Laras diusir keluar, yasudahlah, dia sedang putus hati dia menjadi ratu, dia bilang apa turuti saja, tunggu nanti moodnya sudah membaik baru tanya lagi.

Di ruang tamu, nenek begitu melihat Laras jalan kemari, langsung khawatir dan bertanya: "Laras, Manda tidak apa-apa kan?"

"Sudah tertidur, dia bilang tidak mau makan malam."

"Aduh, anak yang malang, mana boleh tidak makan tidak minum, aku suruh dapur persiapkan sedikit makanan ringan, nanti kamu antarkan kekamarnya, nanti kalau lapar bisa dimakan."

"Baik, terimakasih nenek."

"Masalah dia aku juga ada dengar sedikit banyak, dia tak bersalah, dia juga tidak bisa menentukan statusnya......Anak ini sangat tau berterimakasih, keluarga Atmaja sudah memperlakukannya seperti itu, sekarang keluarga Atmaja mengalami masalah, dia juga pulang tanpa mempertimbangkan apa-apa."

Laras diam-diam menghela nafas berat, dalam hatinya berpikir: Itu makanya, bibi malah memukulnya memarahinya seperti itu, melemparkan semua kesalahan padanya, sungguh tidak adil.

"Tapi Laras, masalah keluarga Atmaja itu kita tidak boleh ikut campur lagi." Nenek menariknya duduk diatas sofa, nenek dengan nada serius berkata, "Allan sudah membicarakannya denganku, dia juga memberitahu padaku keuntungan dan kerugian kasus ini, ini sebenarnya kasus area militer, malah menyuruh polisi yang menindaklanjuti, apa kamu tidak merasa aneh?"

Laras bingung, "Nenek, aku tidak mengerti, Gavin tidak pernah membicarakan pekerjaannya denganku."

"Kalau begitu tidak apa-apa, kuberitahu padamu, kasus ini menyangkut orang militer, Gavin dan kelompoknya berjuang sampai tidak makan tidak tidur baru menangkap beberapa orang penting, tinggal selangkah lagi tuan dalangnya akan tertangkap, tapi atasan malah menyerahkan kasus ini pada polisi, tidak mau Gavin ikut campur. Sebenarnya, tidak ikut campur juga bagus, ini sangat berbahaya, tapi Gavin sudah menyelidiki kasus ini selama beberapa tahun, tapi akhirnya malah diserahkan pada orang lain, orang lain belum tentu bisa memecahkan kasus ini."

Laras seperti mengerti seperti tidak, "Maksud nenek, polisi belum tentu bisa menangkap tuan dalang itu?"

"Benar, sebelumnya Badan Narkotika Nasional mencari sangat lama tapi tidak berhasil menangkapnya, lalu menyerahkannya pada Gavin, Gavin sudah menangkap beberapa orang penting, sekarang kasusnya malah dikembalikan pada polisi, kalau polisi bisa menyelesaikannya maka sangat aneh. Gavin sampai di titik sekarang ini, banyak yang sangat iri, orang lain akan bilang dia bersaing dan merebut kontribusi, mengambil semua kontribusi untuk dia sendiri, dia semakin tinggi, orang yang iri padanya semakin banyak. Persaingan poitik, pertikaian secara terbuka maupun tertutup, lebih mengerikan daripada perperangan."

Laras mendengar sangat jelas, rupanya, Gavin yang tampilannya begitu tak terbatas, ada begitu banyak jebakan yang tidak bisa dilihat orang lain.

"Orang-orang yang didepan begitu baik denganmu, mungkin saja menusukmu dari belakang, bagaimana matinya pun tidak tau. Disekitar Gavin ada banyak orang seperti ini, mereka sedang menunggu kelemahan Gavin, kalau kita menggunakan hubungan Gavin untuk melakukan sesuatu yang tidak baik, kalau ada orang yang tidak baik menggunakan ini, dampaknya tidak baik untuk Gavin, benar tidak?"

Laras mengangguk, "Ehn, aku mengerti."

"Kamu gadis yang pintar, sedikit saja langsung mengerti, aku takut akan seperti kemarin, Manda menangis akan membuat hatimu menjadi lembut, kemarin aku juga salah, terlalu gegabah, sekarang kalau dipikir dengan tenang, kita tidak boleh karena lembut hati malah melukai Gavin, benar tidak?"

"Benar, nenek tenang, keluarga Atmaja tetap ditindak sesuai hukum, kalau paman dan bibi benar-benar melakukan hal yang melanggar hukum, makan harus menerima hukuman, terkait Manda aku akan memberitahunya, dia pasti akan mengerti."

"Baik, kalau begitu kita bicarakan soal melahirkan anak."

Tuhan, kondisi ini berubah terlalu tiba-tiba, membuatnya dalam sejenak tiba-tiba menghadapinya.

Nenek mengeluarkan sebuah kotak kecil, bertanya: "Membantah dari belakang sepertinya tidak baik, kalian begini membohongi wanita tua sepertiku?"

"......" Wajah Laras memerah, bagaimana kotak kondom ini didapatkan, ya Tuhan, sudah tidak menjaga privasi lagi?!

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu