Cinta Pada Istri Urakan - Bab 219 Jika Masih Hidup Harus Melihat Orangnya, Jika Sudah Mati Harus Melihat Mayatnya

"Apakah Paman Keempat ada di Gunung Sumbing?"

"Aku tidak tahu."

"Tidak tahu?"

Gavin memelototi Navi dengan garang, Navi bahkan tidak berani bernafas dengan keras, dia memohon ampun sambil menangis : "Aku benar-benar tidak tahu pria tua itu berada dimana, mungkin ada disana, mungkin juga tidak, aku hanya tahu kalau pria itu mau membangun pangkalan rahasia yang lebih besar dibandingkan dengan di Seongwol, semua hal yang aku tahu sudah aku katakan, aku mohon lepaskan aku."

Gavin tidak tergerak sedikitpun terhadap keadaannya yang menyedihkan, melainkan berteriak mengintimidasinya : "Sudah terjadi tanah longsor di Gunung Sumbing, semuanya sudah terkubur, semuanya sudah hancur, tapi kamu baru mengatakannya sekarang, bukankah itu tidak ada artinya, kenapa sebelumnya kamu tidak mengatakannya? Jika aku tidak mengancammu, kamu tidak mengatakannya, menurutku kamu sepertinya sudah bosan hidup!!"

Navi secara refleks mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, kemudian dia langsung merosot turun dari atas kursi roda ke lantai dengan gemetar, dia berlutut dan memohon ampun : "Aku pikirkan, aku akan berusaha untuk mengingat-ingat lagi....."

Dapat terlihat kalau Navi sangat menderita, jika dia tidak mengatakan apapun tidak boleh, tapi jika dia salah bicara juga tidak boleh, sembarangan mengarang cerita lebih tidak boleh lagi, akhirnya dia sudah merasakan apa yang dimaksudkan dengan lebih baik mati daripada hidup.

Gavin mengambil nafas dalam-dalam untuk menekan amarahnya, kemudian dia mengambil 3 sketsa wajah manusia.

Sketsa-sketsa ini dibuat berdasarkan ciri-ciri fisik Paman Keempat yang dideskripsikan oleh gadis-gadis muda yang pernah diculik olehnya, awalnya hanya ada satu garis besar, namun kemudian setelah melewati penyelidikan dan juga berbagai macam spekulasi, mereka mendapatkan 3 sketsa wajah ini.

"Jika kamu tidak bisa mengingat hal yang lainnya lagi, setidaknya kamu pasti tidak akan lupa wajah ayahmu seperti apa bukan?"

Navi membeku, dia melihat 3 lembar sketsa wajah yang dibawa oleh para interogator dengan ragu-ragu.

"Lihat dengan teliti, yang mana yang merupakan wajah Paman Keempat?!" Gavin mencecarnya.

Navi mengambilnya dengan tangan yang gemetar, di melihat lembar demi lembar dengan seksama, "Tiga lembar ini sangat mirip, tapi juga tidak terlalu mirip, secara garis besar semuanya mirip, matanya lebih mirip yang ini, hidungnya lebih mirip yang ini, alisnya dan bibirnya lebih mirip yang ini."

Gavin dan Jino yang ada di sampingnya saling memandang, Jino langsung mengingat poin-poin yang ditunjuk oleh Navi dengan baik.

Paman Keempat sangat misterius, mereka tidak mempunyai informasi apapun tentangnya, jika tidak ada orang berkuasa yang berada di belakangnya, akan sangat sulit bagi orang biasa untuk tidak meninggalkan jejak apapun.

Sedangkan apakah orang berkuasa yang ada di belakangnya itu adalah Darius?

Begitu Gavin memikirkan kemungkinan ini, hatinya langsung terasa semakin sakit, Darius adalah mentor dan juga teman terbaiknya, dia adalah tim elit pasukan khusus, terlebih dia adalah pilar negara, dia masuk ke sana untuk membalaskan dendamnya, namun kenapa malah menjadi anjing pengikut kriminal itu, kenapa?

Paman Keempat adalah tersangka utama yang sudah melenyapkan seluruh keluarganya, namun kenapa dia mau bersekongkol dengannya, kenapa?

Kenapa?

Dia tidak habis pikir, terlebih tidak bisa mengerti tindakannya.

Jino segera membuka laptopnya dan menggabungkan ulang wajah Paman Keempat sesuai dengan kesamaan yang disebutkan oleh Navi tadi.

"Bos."

Gavin menoleh dan melihat sebuah potret wajah tiga dimensi yang lebih realistis terpampang di layar komputer.

Setelah diprint keluar, Gavin sendiri yang membawanya ke hadapan Navi, dia bertanya : "Bagaimana dengan yang ini?"

Navi mendongak dengan takut-takut, saat dia melihat gambar itu, dia tertegun sebentar.

"Bagaimana dengan yang ini?" Gavin mengulanginya lagi dengan suara keras, tidak memberikannya kesempatan untuk bernafas sedikitpun.

"Mirip, mirip, dia terlihat seperti ini."

Gavin menghela nafas lega, dia mengambil gambarnya lalu berbalik dan pergi dari sana, "Ayo, kita berangkat."

Navi tidak berani mengatakan apapun karena takutnya, dia mendongak diam-diam dan melihat Gavin dan yang lainnya pergi dengan tergesa-gesa.

Dia lemas di tempat, ekpresinya terlihat tidak bernyawa, matanya terlihat kosong, seolah-olah jiwanya sudah diambil dari tubuhnya.

--------

Daerah bencana di Gunung Sumbing.

Seluruh lokasi bencana saat ini berubah menjadi sebuah pulau terpencil, karena satu-satunya akses masuk ke sana sudah terkubur, jadi keluar masuk Gunung hanya bisa menggunakan helikopter.

Helikopter pasukan khusus berhenti di atas sebidang tanah kosong yang datar.

Tempat ini dulunya adalah sekolah, sekarang sudah berubah menjadi sebidang tanah datar, medannya menjadi jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

Anggota tim SAR sudah dibubarkan, tempat ini kosong dalam seketika, bahkan sehelai rumput pun tidak ada yang tumbuh.

Di tenda sementara Dimas melaporkan hasil pemeriksaan terhadap semua orang.

Dia berkata sambil menunjuk peta : "Ini adalah puncak utama Gunung Sumbing, ini adalah tempat kita berada sekarang dan ini adalah gunung belakang."

"Ini adalah terowongan yang menghubungkan seluruh gunung belakang, lubang yang dalam ini adalah pintu masuknya. Namun sekarang sudah ambruk dikarenakan tanah longsor sehingga lubangnya sudah tertutup, terowongannya masih ada atau tidak aku tidak begitu jelas."

"Terowongannya sangat dalam dan tidak terukur, yang bisa dipastikan adalah sepertinya terowongannya tidak tembus karena jika berjalan ke sana lagi maka sudah sampai di puncak utama Gunung Sumbing, jadi tidak mungkin tembus kesana."

"Jadi bisa dibilang kalau lubang ini adalah satu-satunya jalan keluar, jalan keluar tertutup, orang yang ada di dalamnya tidak akan bisa bertahan."

Gavin bertanya : "Bisakah detektor kehidupan mendeteksinya?"

Dimas menggeleng, "Sudah dicoba, tidak dapat terdeteksi, mungkin terowongannya terlalu dalam, jadi tidak bisa terdeteksi, mungkin juga tidak ada orang di dalamnya."

Sonny : "Apakah kamu yakin di dalam tidak ada orang?"

Dimas : "Tidak yakin, meskipun mereka tidak berada di dalam terowongan, tetap tidak bisa keluar karena jalan keluar satu-satunya sudah tertutup."

Weiner : "Jadi jika mereka tidak mati di dalam terowongan, maka mereka masih bersembunyi di dalam hutan ini."

Dimas mengangguk, "Benar."

Gavin menempelkan gambar wajah Paman Keempat yang baru saja dibuat dan berkata : "Ini adalah perkiraan penampilan Paman Keempat bersadarkan apa yang dikatakan oleh Navi, kalian lihat dengan jelas, jika dia masih hidup, aku harus melihat orangnya, jika sudah mati harus melihat mayatnya!"

Mereka semua serempak berkata : "Baik!"

--------

Berita mengenai bencana tanah longsor yang terjadi di Gunung Sumbing disebabkan oleh perbuatan manusia segera menimbulkan kegemparan di seluruh negara.

Berita yang mengejutkan ini langsung menekan berita tentang "Ariel diam-diam kembali ke Jakarta untuk bertemu dengan kekasihnya" dan juga "Luna yang dipelihara oleh Rama", dua berita yang masih hangat ini.

Tingkat keantusiasan para netizen sekali lagi benar-benar sangat ekstrim, bahkan banyak netizen yang merasa sangat marah.

"Disebabkan oleh manusia, OMG, apakah itu adalah alien yang ingin menghancurkan bumi?"

"Jika bencana ini disebabkan oleh manusia, maka mereka benar-benar adalah binatang buas yang sudah kehilangan hati nuraninya."

"Astaga, mungkinkah suatu hari nanti Jakarta juga akan dijungkir balikkan oleh mereka?"

"Dunia ini sangat menakutkan, aku mau kembali ke luar angkasa."

"........"

Laras tidak berhenti mencari berita yang berhubungan dengan Gunung Sumbing, dia mempunyai firasat kalau Gavin pasti sudah pergi ke Gunung Sumbing.

Di saat dia sedang merasa khawatir, ponselnya tiba-tiba berdering, itu adalah nomor yang tidak dikenal.

"Halo? Ini siapa?"

Dari dalam telepon sebelah sana terdengar suara Jenny yang muram, "Ini aku, Jenny."

Laras tertegun, "Kamu.....ada apa kamu mencariku?"

"Aku sudah dipecat oleh Gavin."

"........"

"Aku dipecat hanya karena tidak menyelamatkanmu."

Laras merasa ada yang tidak beres, suara Jenny dipenuhi dengan kekerasan dan juga kebencian, membuat dia yang mendengarnya merasa sedikit takut, "Apa yang kamu inginkan?"

"Apa yang aku inginkan? Hahahaha, apa yang aku inginkan? Laras, menurutmu apalagi yang aku inginkan?"

Jenny menangis sambil tertawa, suasana hatinya sangat tidak stabil, "Apakah kamu tahu betapa kerasnya aku berusaha untuk bisa masuk ke dalam pasukan khusus? Apakah kamu tahu berapa banyak kesulitan yang harus aku hadapi untuk bisa mendapatkan posisiku hari ini?"

"Hanya dengan sepatah kata dari Gavin, aku langsung dipecat, satu patah kata darinya itu sudah membuat semua usahaku selama bertahun-tahun ini menjadi sia-sia."

"Laras, kamu beritahu aku, jika kamu menjadi diriku, apa yang akan kamu lakukan?"

Laras tidak bisa menjawabnya, berita ini datang dengan terlalu tiba-tiba, namun dia percaya kalau Gavin pasti memiliki alasannya tersendiri mengapa dia sampai berbuat seperti itu, dia tidak akan memecat Jenny hanya karena keegoisannya sendiri."

"Aku rasa lebih baik kamu mencari atasanmu dan menjelaskan kepadanya, tidak ada gunanya kamu mengatakan hal ini kepadaku."

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu