Cinta Pada Istri Urakan - Bab 132 Apa Kamu Bersedia?

Laras merangkul dan menarik ke bawah dengan kuat leher pria itu, dia terlalu tinggi, dia mendongak sampai leher pegal, lanjut mengelus tangan, “Kamu lihat ya, kalau mau mengumumkan hubungan kita sekarang ini, orang lain tidak akan kelihatan ketekunanku, juga tidak akan mengakui nilaiku, di kemudian hari aku kerja, orang lain semuanya akan membantuku dari belakang, itu terlalu tidak adil untukku? Bagi kamu, juga sangat memalukan bukan?”

“Aku tidak bisa menghentikan orang untuk menyukaiku, tapi yang aku bisa jamin hanya mencintai kamu seorang, kamu lihat betapa tampan kamu, sekali membandingkan dengan dirimu, orang lain itu nol, nol saja tidak sampai.”

“Kamu kalau sibuk dengan kerjaan tidak bisa pulang ke rumah, khawatir terhadapku, boleh minta Pandu mengantar-jemput aku, setiap hari aku laporan sudah cukup bukan?”

“Suamiku, suamiku yang tampan dan kusayangi, kamu jangan murung seperti itu ok? Kamu serius seperti itu membuatku gugup.”

Laras memperbesar bagian yang dielus dengan teknik yang sangat bagus sekali, juga tidak bisa membuat senyuman Gavin kembali, membuat dia merasa gagal dan mencibir mulut kecil.

Tiba-tiba, Gavin menggendong wanita itu, langsung membuatnya terduduk di pinggangnya sendiri.

Laras melotot besar dengan sepasang mata yang sangat penasaran melihat pria itu.

Pria itu berkata: “Mendengar kamu berbicara capek sekali, leher juga sudah hampir patah.”

“….” Jadi, bingung lama sekali ternyata pria itu tidak senang karena kecapekan menunduk?

“Matahari sudah terbenam, harus masak dulu, kalau tidak babi kecil di rumah kita bisa tidak ada makanan untuk dimakan.”

“…..” Siapakah pria itu? Siapakah aku? Dimana aku?

Gavin menggendongnya masuk ke rumah, meletakkannya dengan baik di sofa, membantunya mengambil sandaran kursi, dirinya dengan sopan berbalik dan pergi ke dapur.

TV dihidupkan, tapi Laras sama sekali tidak ada hati untuk melihat TV, sorotan mata semuanya tertarik ke pria tampan yang ada di dapur.

Pria ini, tampan, kaya, berkuasa, masih bisa masak lagi, kombinasi ini terlalu tidak memberi orang lain jalan untuk hidup.

“Kamu buat makanan apa yang enak untuk aku?” Laras menelungkup bersandar di sofa, melihatnya dengan mata penuh kekaguman dan bertanya.

Gavin mengerutkan alis, menggunakan jari mencari menu masakan di IPAD, berkata: “Dimulai dari yang mudah dulu, menumis sayur hijau, lalu membuat kuah telur tomat, aku lihat dua macam ini lebih mudah.”

“Apa tidak ada daging? Aku ingat tadi di supermarket kita membeli daging.”

“Masakan yang ada daging agak susah, tunggu besok aku sudah mempelajari dengan seksama baru buat saja, sekarang buat yang mudah dulu saja, aku mencoba keahlian masakku.”

“….. apa perlu aku yang masak?”

“Kamu duduk lihat saja, aku yang masak.”

Gavin dengan tegas memerintakan dia untuk duduk dengan baik, kemudian menarik kedua lengan baju, setelah mengenakan celemek langsung mulai latihan memasak.

Setelah satu jam kemudian, dua sayur disajikan ke meja makan, sekali Laras melihat, sayurnya sedikit sampai dia tidak enak hati untuk memakannya.

“Aku sudah mencoba rasanya, rasanya pas, ayo kamu coba.”

Laras menggigit sumpit, bertanya: “Apa ini semua cukup untuk kita makan berdua?”

“Kamu makan yang kenyang saja, aku tidak masalah.”

“Tadi aku lihat kamu cuci lumayan banyak sayur, juga memecahkan banyak telur, kenapa jadinya hanya sedikit seperti ini?”

“Karena….” Berbicara sampai di sini, Gavin juga agak tidak enak hati, tapi masih dengan bangga berkata, “Justru karena ada bahan percobaan itu, baru bisa ada produk akhir.”

Em, yang pasti dia tidak akan mengakui kalau masih ada lebih banyak sayur hijau, tomat dan telur lagi, semua yang disajikan ini juga akan dijadikan bahan percobaan.

Laras makan sesendok sayur hijau, memang benar rasanya pas, tapi selain ini juga tidak ada kejutan lainnya, minum seteguk kuah lagi, asem tomatnya luar biasa terasa, dan juga samar-samar terasa keamisan dari telur ayam.

Sekali melihat ekspresi wajah dia yang datar dan tak tertarik, Gavin tahu dua macam sayur ini gagal, dia mengambil dan mau membuang, “Sudah, sudah, kalau tidak enak jangan paksakan, aku panggil juru masak di rumah sana masak dan kirim ke sini.”

“Hey…” Laras dengan cepat menghentikan tangan pria itu, “Letakkan, siapa yang bilang tidak enak, enak, sayur hijau ada rasa sayur hijau, telur ada rasa telur, bukannya juru masak di rumah juga tidak mungkin bisa masak sayur hijau jadi berasa seperti daging sapi?”

Gavin sama seperti seorang anak kecil yang ngambek, dengan tidak senang berkata: “Tapi ini tidak enak.”

“Sudah sangat bagus, apa ini adalah pertama kalinya kamu memasak?”

“Iya.”

“Ini merupakan yang pertama kalinya kamu masak untukku, walau tidak matang aku juga akan dengan senang hati memakannya, sayur ini tidak hanya sudah matang, rasanya juga lumayan, aku sangat suka. Ditambah lagi, kamu masak pertama kali saja sudah bagus seperti ini, aku pertama kali masak sayur hijau semuanya jadi gosong, pertama kali buat kuah telur telurnya tidak terbentuk, semuanya hancur. Aku hanya khawatir sayur tidak cukup, tapi rasa sayur sangat enak.”

Dengan niatnya yang seperti ini, juga sudah sangat memuaskan sekali.

Sekali mendengar Laras berkata seperti ini, sudah ada perasaan lega di muka dingin Gavin, dia dengan serius berkata: “Aku akan semakin buat semakin enak, kamu tunggu saja.”

“Baik.” Ada suami yang baik seperti ini, mana bisa ada yang tidak puas lagi?!

Tidak berapa saat, keduanya menghabiskan semua makanan, meski sedikit, tapi pas sekali, setelah selesai mereka masih membereskan bersama.

Setelah mereka membereskan semuanya dengan baik, Gavin menarik Laras ke teras, di sini bukan hanya bisa menikmati pemandangan matahari terbenam dan terbit di Gunung Sindur, juga bisa menikmati pemandangan malam dan bintang yang saling berdampingan.

Awalnya dia membeli apartermen ini, selain sekelilingnya indah dan terpencil, yang terpenting itu adalah pemandangan di sini, 1 tahun 4 musim, di pagi dan malam hari tanpa sinar bulan, setiap waktu bisa ada pemandangan indah yang berbeda.

“Wah, indah sekali…” Saat Gavin mematikan lampu rumah, Laras tidak tahan untuk menghela nafas.

Di atas sana langit malam yang luas dan kosong bintang dan bulan menari bersama, di bawah sana lampu rumah penduduk, di antara langit dan bumi, ada kerlap-kerlip bintang meteor di dalam pegunungan yang sunyi, yang menyatukan bumi dan langit.

Gambaran ini, perasaan ini, sangat menguncangkan hati.

Dan di saat seperti ini, terangnya itu sama seperti aktor utama naik ke atas panggung, sebuah lampu yang bersinar mulai menyinari dari atas kepala.

Pada saat Laras terkejut dan terdiam, Gavin mengeluarkan sebuah kotak perhiasaan berlapis kain segiempat, membukanya, itu adalah sebuah cincin berlian.

Berlian itu berkilauan di bawah sinar lampu, menyebarkan sinar yang berwarna cerah, dasyat dan berwarna-warni, sinar warna-warni yang berkerlipan.

“Kamu…” Laras terkejut melihatnya.

“Aku yang beli, kamu lihat, mahal tidak?”

Laras secara reflek mengangguk, “Mahal.’

Lalu, Gavin tiba-tiba mengangkat kotak perhiasan dan menekuk lutut, “Memang harusnya sudah jadi istriku, melamar sejenis ini tidak perlu lagi, tapi kamu meminta aku berlutut, aku juga ya berlutut.”

Laras merapatkan bibir dengan erat, hati tersentuh, dalam seketika air mata membuat kabur mata, “Apa kamu ini… melamarku?”

“Em, formalitas saja, apa kamu bersedia?”

Laras bersumpah, ini adalah perkataan lamaran yang paling parah, tapi juga sama bisa membuatnya senang luar biasa sampai lupa diri.

Dia mengisap ingus, terus mengangguk.

Laras tersenyum dan mengangkat pria itu berdiri, menanamkan kepala masuk ke dalam dada pria itu, ternyata dia tahu pikirannya yang disembunyikan itu.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu