Suami Misterius - Bab 870 Trik Yang Licik

Begitu mendengar kabar ibunya masuk rumah sakit, Suasana hati Melanie akhirnya tergerak, matanya memerah. Tapi dia masih saja menggertakkan gigi dan berkata dengan keras kepala, “Dia punya kamu ‘putri yang patuh’ sudah cukup. Sebelum aku meninggalkan kota A, aku sudah mengatakan semua dengan jelas memintanya untuk tidak pernah merasa pernah melahirkan aku sebagai anaknya.”

“Aku juga berharap dia tidak melahirkan anak sepertimu ini. Sayangnya, kamu tidak bisa dimasukkan ke dalam perutnya lagi.” cibir Clara dengan dingin.

Setelah itu, mereka pun diam sejenak. Tidak ada satupun dari mereka yang bicara.

Lalu, seorang petugas polisi wanita yang mengawasi, berjalan masuk lalu mengingatkan dengan sopan kepada Clara. Dia mengingatkan untuk tidak bisa terlalu lama lagi menunda waktu.

Pusat penahanan juga memiliki peraturan pusat penahanan sendiri. Bahkan Nyonya Sunarya pun tidak berani terlalu berkuasa.

Clara mengangguk menandakan mengerti. Setelah petugas keluar, dia baru bertanya lagi, “Apa Talia pernah mencarimu? Apa yang dia telah katakan padamu?”

Melanie tidak mengatakan apapun. Dia hanya terlihat sangat tidak tahu malu.

Clara marah tidak karuan, nada bicaranya pun jadi tidak terlalu baik. Dia berteriak dengan cukup keras, "Melanie, telingamu tuli ya? atau kamu tidak mengerti apa yang aku tanyakan! Apa jangan-jangan kamu mau aku membawa Bibi Wulan dari Kota A untuk langsung bertanya padamu hal bodoh apa yang telah kamu lakukan!”

Melanie sangat jelas takut bertemu dengan ibunya. Mungkin karena dia merasa bersalah.

Kedua tangannya mengepal dengan erat, dan akhirnya berkata, “Talia berkata kepadaku kalau Ahmed mengakhiri hubungan denganku karena Su Loran. Su Loran dasar rubah tak tahu malu, orang ketiga! Dia ingin memiliki Ahmed sepenuhnya!”

“Su Loran adalah rubah penggoda, orang ketiga, apa menurutmu kamu bukan?” kata Clara tersenyum sinis, “Orang berkata apa kamu langsung percaya begitu saja. Apa otakmu itu hanya untuk pajangan saja!”

Melanie menundukkan kepala dan tak mengatakan apapun. Clara tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Melanie. Dia juga malas untuk menebaknya, dia lanjut bertanya, “Bagaimana kamu melukai Su Loran? Apa lukanya parah?”

Melanie menggelengkan kepala, “Saat itu aku pusing sekali, dan hanya ingin segera berkelahi mati-matian dengannya. Lalu, orang-orang klub tari datang melerai kami berdua. Kemudian, mereka melapor ke polisi dan aku pun akhirnya dikurung di dalam sini. Aku tidak tahu jelas seberapa parah lukanya.”

Clara mengerutkan kening tidak mengatakan apa-apa, dan hanya tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Kemudian, petugas datang lagi dan mengingatkan Clara lagi untuk segera pergi.

Sebelum pergi, dia berkata ke Melanie, “Lakukan saja apa yang kamu mau, terserah.”

Clara berjalan keluar, ditemani oleh petugas polisi dari pusat penahanan. Pada saat yang sama bertanya kepada petugas itu tentang kondisi masalah Melanie.

Petugas polisi mengatakan, "Pengacara Melanie telah mengeluarkan laporan pemeriksaan medis dari rumah sakit dan lembaga reguler. Ada dua patah tulang rusuk dan tulang kaki, dan beberapa memar jaringan lunak. Sikap Melanie itu telah masuk ke dalam ruang lingkup kriminalisasi melukai dengan parah dan akan dituntut secara resmi."

“Apa?” Clara langsung menghentikan langkahnya mendengar itu, matanya terlihat sangat terkejut.

Melanie tidak pernah mempelajari ilmu bela diri apapun. Jika melukai dengan tangan kosong, paling parah dia akan menarik rambut Su Loran beberapa kali, atau mencoba menggaruk wajah Su Loran. Tapi tidak mungkin sampai menyebabkan luka serius dan parah seperti itu.

Clara berjalan keluar gerbang pusat penahanan, mengerutkan kening dan menghela napas.

Serpihan salju berterbangan di langit, lapisan salju tipis telah memenuhi tangga. Clara menuruni tangga dengan sepatu hak tinggi dan hendak berjalan ke arah mobil, tapi dia tiba-tiba mendengar klakson mobil.

Clara mendongak, tanpa sadar langsung melihat ke arah suara itu. Dia melihat Land Rover hitam yang mewah diparkir di bawah naungan pohon di seberang pusat penahanan.

Salah satu sisi pintu mobil terbuka, dan Rudy berjalan keluar dari mobil dengan kaki panjang, mengenakan mantel abu-abu cerah dengan seragam tentara hijau di dalamnya.

Ketika Clara melihatnya, dia langsung tersenyum dan berlari ke arahnya dengan kencang.

Clara menyeberang jalan dan berlari dari samping mobil Mercedesnya. Rudy yang melihat ini langsung mengerutkan kening.

"Zebra cross ada di samping. Bisa-bisanya asal menyebrang jalan saja. Sedikitpun tidak patuh ya.” kata Rudy sambil memeluk Clara ke dalam dekapannya. Lalu, dia mengusap kepala dengan lembut, “Ayo naik.”

“Em.” Clara mengangguk, lalu menjinjit dan mengecup dagu Rudy. Kemudian dia berbalik dan berjalan ke samping bangku penumpang bagian depan, membuka pintu mobil dan naik ke dalamnya.

Rudy mulai menyetir mobilnya, mobil pun perlahan melaju di jalan.

Clara mengangkat kepala menatapnya, “Bukannya hari ini pergi ke pasukan ya, kenapa tiba-tiba datang kesini?”

“Tidak terlalu sibuk. Lalu, karena tahu kamu disini, jadi karena satu jalan sekalian saja menjemputmu.” Jawab Rudy.

Clara menyanggah pipinya dengan tangannya lalu tersneyum manis menatap Rudy.

Pusat penahan ada di pinggiran kota, mana mungkin satu jalan. Padahal jelas sekali datang kesini sengaja menjemputnya.

“Suamiku, kamu benar-benar baik sekali.” kata Clara sambil tersenyum. Clara mengulurkan tangannya lalu merangkul leher Rudy. Dia mencondongkan diri lalu mengecup pipi Rudy.

“Em.” Gumam Rudy sambil tersenyum hangat. Dia berdeham lalu mengingatkan lagi, “Nyonya Sunarya, aku sedang menyetir. Apa boleh kamu kembali duduk dengan tenang di bangkumu.”

Clara pun akhirnya duduk kembali ke bangkunya. Dia tiba-tiba teringat tentang masalah Melanie, kepalanya langsung pusing.

Dia pun mengatakannya kegelisahan dan kebingungan dirinya kepada Rudy, “Melanie seperti apa orangnya aku sedikit banyak masih tahu. Dia tidak mungkin melukai Su Loran sampai luka parah. Menurutku, Su Loran memang sengaja mau menjebak Melanie.”

Selesai mendengar itu, Rudy merapatkan sudut bibirnya, “Aku sudah menyuruh orang menyelidiki masalah ini. Su Loran memang terluka parah sekali dan sekarang ada di rumah sakit.”

“Mana mungkin!” kata Clara tidak percaya.

Satu tangan Rudy memegang stir mobil, satu tangannya yang lain bersandar ke tepi jendela mobil. Mata yang gelap dan indah menatap jalan di depannya. Lalu dia berkata dengan nada bicara yang begitu tenang.

"Su Loran dan Melanie bertengkar dan berkelahi di belakang panggung klub tari. Mereka berdua pun berhasil dilerai oleh orang-orang klub tari. Ketika Su Loran pulang sendirian, dia dikepung dan dipukuli oleh beberapa orang. Setelah orang-orang itu ditangkap, mereka terus mengatakan kalau Melanie yang menyuruh mereka. "

"Melanie tidak mengatakan ini padaku," Clara mengerutkan kening dan berpikir.

Dia bertanya-tanya apakah Melanie menyembunyikannya dengan sengaja, atau ada hal lainnya yang tersembunyi dalam masalah ini. Setelah berpikir sejenak, sebuah nama tiba-tiba muncul di benaknya, "Talia?"

Rudy tersenyum, wanitanya ini lebih pandai daripada yang dia kira.

"Jika Melanie memiliki otak untuk mmenyuruh orang menyerang dan memukuli Su Loran. Maka seharusnya dia tidak perlu sampai berkelahi dan melakukannya sendiri. Ini jelas sekali kalau dia dimanfaatkan. Melanie dan Su Loran sama-sama kalah dan terluka, dan yang diuntungkan di sini adalah Talia.

Pertama, membujuk Melanie untuk menemui Su Loran dan membuat masalah. Lalu, Talia menyewa tukang pukul untuk memukuli Su Loran lalu melempar semua kesalahan ini kepada Melanie. Menghabisi dua orang hanya dengan sekali tembakan panah, dan membuat dirinya tampak bersih dan tidak tahu apa-apa. Talia ini, sungguh triknya sangat licik.”

Apa ada bukti terkait yang akan membuktikan kalau Talia yang melakukan ini semua?” tanya Clara.

Rudy menggelengkan kepala, “Aku sudah meminta Raymond untuk menyelidikinya. Talia sangat berhati-hati, bersih dan bagus sekali dalam melakukan apapun, sama sekali tidak meninggalkan jejak atau bukti apapun.”

“Kalau begitu semua kesalahan dan tuduhan ini, sudah pasti akan ditangguhkan ke Melanie.” Kata Clara sangat khawatir.

“Teorinya seperti itu.” jawab Rudy, “Sebenarnya, bukanlah hal yang buruk membiarkan Melanie mendekam beberapa waktu di dalam sana. Biarkan dia berpikir jernih dan tenang di dalam, dengan begini juga bisa menghindari masalah ini sejenak.”

“Tapi, jika dia punya jejak kriminal dalam hidupnya, maka kehidupan Melanie pasti akan hancur sudah.” Kata Clara menghela napas berat.

Rudy mengulurkan tangannya mengelus kepala Clara, dia tersenyum dan berkata, “Baiklah. Aku akan mencari pengacara bagus untuk Melanie. Dan mencoba untuk mendapatkan penyelesaian di luar pengadilan."

Penyelesaian di luar pengadilan, itu berarti uang dengan jumlah besar sebagai kompensasi.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu