Suami Misterius - Bab 301 Emosi Besar Karena Kekasih

Clara menghentikan mobilnya di tepi jalan, lalu mengambil ponsel, dan menelepon ke nomor ponsel Rudy.

Setelah telepon tersambung, Clara langsung bertanya dengan nada kasihan, “Rudy, kamu sedang apa ?”

“Aku di kota D, kemungkinan besar harus tinggal satu minggu di sini.” Rudy menjawabnya.

“Kenapa kamu pergi ke kota D lagi, aku jarang-jarang bisa pulang, tetapi sama sekali tidak bisa bertemu denganmu.” Clara tidak bisa bertahan untuk mengeluh.

Setelah itu, di sisi lain dari telepon terdengar suara senyuman Rudy, dengan nada yang rendah dan menggoda, “Kangen sama aku ya ?”

“Iya.” Clara mengangguk-angguk, dengan refleksnya memegang pipi sendiri, wajahnya terasa sedikit hangat. “Luna tiba-tiba suruh aku menghadiri acara pembukaan malam tahun baru di kota A, aku akan menginap satu minggu di kota A, kamu sempat pulang ?”

“Usahakan.” Rudy tersenyum menjawabnya, dia datang ke kota D, tentu saja dikarenakan ada permasalahan yang rumit di sini, waktu satu minggu belum tentu sempat untuk kembali ke kota A.

Mereka mengobrol dengan singkat, kemudian memutuskan sambungan teleponnya. Beberapa hari kemudian, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Sampai pada satu hari sebelum acara pembukaan tahun baru, Rudy tetap tidak kembali ke kota A.

Clara duduk di ruang dandan, sedang menanti geladi terakhir.

Dia memegang ponselnya sambil berbicara, ekspresi wajahnya sangat suram.

“Rudy, kamu kapan mau pulang, selesai acara pertunjukan besok, aku masih perlu ke Prancis untuk perekaman iklan.”

“Sudah di jalan, nona besarku.” Rudy menjawabnya, nadanya mencampur sedikit rasa tidak berdaya dan senyuman hangat.

“Intinya, kalau aku selesai geladi masih tidak nampak kamu, kamu tidak perlu datang lagi.” Clara sedikit berkeluh, memutuskan sambungan teleponnya, namun ekspresi di wajahnya kembali senang.

Pada saat ini, Melanie berjalan masuk, dan memberikan daftar acara kepada Clara, jadwal dirinya terletak pada pertengahan acara.

Clara melirik sekilas daftar acaranya, dan menatap nama Rosa di atas daftar tersebut.

Dia mengerutkan alisnya dengan refleks, dalam hatinya berpikir, dunia hiburan memang kecil sekali, di mana-mana tetap akan berjumpa. Untung saja, dia dapat pergi setelah selesai tampil, sedangkan jadwal tampil Rosa terletak di akhir acara, jadi hampir tidak ada interaksi di antara mereka.

Pada saat yang sama, di ruang dandan sebelah,

Rosa duduk di depan meja dandan sambil untuk menata rias, Yunita duduk di posisi tidak jauh dari belakangnya, jarinya sedang menjepit sebatang rokok wanita yang tipis dan panjang, gerakan menghisap rokoknya terkesan elegan dan memesonakan.

“Orang paling sibuk di dunia juga ada waktu untuk menonton geladi aku ya.” Nada Rosa sangat datar.

Meskipun demikian, masalah iklan untuk merek O, Yunita dapat mundur seutuhnya dari rebutan posisi ini.

Yunita membuang asap rokoknya, sedikit memiringkan kepala, dan menatap ke arah Rosa, lalu perlahan-lahan berkata “Jarang-jarang bisa menginap beberapa hari di kota A, dengarnya kamu akan tampil di acara pembukaan malam tahun baru, makanya datang menemui kamu.”

Rosa mengeluh ringan, tidak terlalu melayaninya.

Yunita tidak berkenan dengan sikapnya yang dingin, tersenyum dan berkata, “Kamu lihat jadwal acara ini, kebetulan Clara juga diundang untuk tampil, Ayahku suruh aku banyak perhatian padanya. Gadis ini semakin berani, bahkan langsung mengutarakan perasaan kepada Rudy di acara Majesty 8, untung saja Rudy tidak mempermasalahkan dengannya, malah mengizinkan dia duduk di meja utama.”

Yunita sudah selesai berbicara, sedangkan Rosa tidak menjawabnya, hanya saja telapak tangan yang sembunyi di bawah lengan baju sudah mengepal dengan erat.

Kejadian di acara Majesty 8, meskipun dia tidak menghadiri secara langsung, namun juga mendengar kabar ini dari orang lain. Rudy adalah lelaki yang terbiasa dengan angkuh dan sombong, tatapan dirinya selalu dingin baik dalam menghadapi siapapun, tidak tahu juga Clara memanfaatkan trik apa untuk menggoda Rudy, bisa membuat Rudy memperlakukan spesial terhadap dirinya.

Rokok di ujung jari Yunita sudah habis terbakar, dia menggerakkan pinggangnya dan berjalan pergi.

Rosa mengulurkan tangan untuk memanggil asistennya dengan ekspresi suram, dan berbisik ringan pada telinga asistennya.

“Ini, bukannya tidak terlalu baik ya, bagaimana kalau terjadi sesuatu.” Asistennya selesai mendengarnya, wajahnya muncul ekspresi khawatir dan tidak tenang.

“Ada aku yang tanggung jawab, suruh kamu pergi ya pergi.” Rosa berkata dengan tidak senang.

Asisten mengangguk, lalu berjalan keluar dengan ketakutan.

Setelah itu, acara geladi di mulai.

Sekitar empat puluh menit kemudian, giliran Clara yang tampil. Dia membawa dua buah lagu, lagu pertamanya adalah lagu di film Trik Bertahun-tahun yang berjudul Lautan Bunga, gunanya untuk mempromosikan film Trik Bertahun-tahun. Lagu selanjutnya adalah salah satu lagu di albumnya yang berjudul Kangen Kamu.

Clara bernyanyi sendiri, penerangan cahaya dan panggung menyesuaikan dirinya yang membawa lagu berjudul Lautan Bunga, monitor besar pada latar belakang panggung sedang putar lagu di film Trik Bertahun-tahun.

Pada saat dia membawa lagu ke dua, baru ada penari yang mengiringinya. Clara berdiri di atas panggung dan bernyanyi, sama sekali tidak menyadari pertunjukan penari di belakangnya, oleh sebab itu, tidak menyadari siapa yang mendorongnya di belakang, Clara sedang mengenakan sepatu tumit tinggi, sehingga berjatuhan ke depan karena dorongan ini, dan langsung terjatuh dari atas panggung.

Panggung tidak terlalu tinggi, dengan ketinggian yang tidak mencapai tiga meter, tidak mematikan, namun tidak dapat menghindari dari luka pada tulang tangan atau kakinya.

Pada proses saat terjatuh, Clara hanya terdengar suara hembusan angin dan suara detak jantung di telinganya. Kemungkinan dikarenakan dirinya pernah jatuh dari panggung, sehingga dia ketakutan dengan proses terjatuh.

Setelah kecelakaan ini terjadi, acara geladi menjadi sangat kacau, dan juga sangat ribut.

Akan tetapi, rasa sakit yang dibayangkan tidak terasa, Clara terjatuh ke dalam sebuah pelukan yang kuat dan hangat. Dalam pernafasannya, terasa hembusan yang dingin, rasanya tidak asing.

Clara pelan-pelan membuka kedua matanya yang sedang dipejamkan, yang papar di dalam pandangannya adalah wajah tampan Rudy yang diperbesar, dan sepasang bola matanya yang sangat suram.

Otak Clara terbengong sejenak, setelah menyadari kembali, dia langsung mengulurkan lengannya, memeluk erat pada leher Rudy, membawa nada tangisan dan berkata “Rudy.”

“Jangan takut, ada aku.” Rudy memeluknya, dan membujuk ringan.

Setelah terjadi kejadian Rudy menolong orang, acara yang kacau menjadi sunyi seketika. Petugas dan para artis semua pada menatapnya, bahkan mulai berbisik untuk menebak.

Sedangkan sutradara utama di acara ini pernah bertemu dengan Rudy di acara Majesty 8, sehingga langsung menghampirinya dan tidak berani lalai dengan hal ini.

Terjadi kecelakaan seperti ini, dia sebagai sutradara tidak dapat mengelak tanggung jawab, lagi pula, kecelakaan ini terlalu mendadak, harus melakukan penyelidikan terlebih dahulu sebelum bertindak. Pada saat ini, dia hanya bisa menjelaskan secara paksa, “Maaf, CEO Sutedja, dekorasi panggung kami mungkin kurang efektif.”

Rudy tetap memeluk Clara, melirik seluruh tempat kejadian dengan tatapan dingin, lalu mengeluarkan suara yang dingin dan sinis, “Kalau tidak efektif, berarti juga tidak perlukan lagi.”

Dia selesai berbicara, tempat kejadian langsung muncul belasan orang berbaju hitam, tangannya menggenggam tongkat besi, dan langsung beranjak ke arah panggung.

Tempat kejadian menjadi kacau total, seluruh perlengkapan dan dekorasi di atas panggung menjadi pecah belah karena pukulan tongkat besi, kaca pecahan melayang sana sini, suara pecahan kaca dan suara jeritan penari di atas panggung menjadi sebanding.

Beberapa saat kemudian, tempat kejadian menjadi gelap gulita, hanya tersisa suara percikan listrik bola lampu yang usai diputuskan listriknya.

Dalam kondisi kekacauan, Rudy menginjak langkah yang stabil, memeluk Clara dan meninggalkan tempat.

Dia meletakkan Clara ke dalam mobil, setelah itu, memerintahkan supir untuk berangkat.

Clara terus sandar di dalam pelukannya, mengedipkan matanya, dan menatap pemandangan di luar jendela yang mundur terus.

Sejak awal hingga saat ini, dia tidak berbicara sama sekali, seluruh auranya terkesan dingin. Membuat dia tidak dapat menebak isi pemikirannya.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu