Suami Misterius - Bab 171 Tidak Suka Tipe Seperti Kamu

Tiga tahun yang lalu, Aldio mulai membangun industry musik dibawah bantuan dana Perusahaan Sutedja yang kuat, berturut-turut memproduksi tiga film, dan penjualan tiketnya menembus angka yang sangat fantastik, Dongyu Entertainment yang sekarang, sudah menjadi jaminan penjualan tiket film.

Belum lama ini beredar kabar berita kalau Dongyu Entertainment sedang mempersiapkan produksi film keempat mereka, dan sekarang sudah masuk dalam tahap pemilihan tokoh. Luna memanfaatkan koneksi untuk mendapatkan scenario, bahkan menganggap scenario ini sangat penting.

“Kamu sudah lama vacuum, kesempatan kali ini tidak boleh dilewatkan.” Luna berkata pada Clara.

Clara memegang kripik kentang dan memakannya dengan asik, “Begitu banyak naskah yang dikirim kesini, kamu maalh harus banget mengemis naskah yang lain, Kak Luna, kamu itu benar-benar suka cari penyakit ya.”

“Yang dikirim ke sini ada beberapa yang bagus. Namun yang kupilihkan untukmu adalah yang terbaik.” Luna menepuk dadanya sambil menjamin.

Selain mempercayainya, Clara punya pilihan lainkah?

“Baiklah, berikan naskahnya, aku akan mencari waktu dua hari ini untuk melihatnya.”

“Naskah dalam tanganku juga tidak lengkap, kamu kan bukan bertemu dengan sutradara, bertemu dengan tuan muda seperti Aldio sama sekali tidak butuh naskah, keluarkan daya tarikmu sebagai perempuan saja sudah cukup.”

“Pfftt!” begitu Clara mendengarnya, kripik yang dikunyah oleh Clara hampir saja menyembur ke wajah Luna.

“Apaan sih! Menyembur sampai lantai penuh kripik, jijay!” Luna berkata dengan tidak senang dan jijik.

Clara lebih sebal dari dia, langsung melempar bungkusan kripiknya keatas meja, “Jangan-jangan kamu mau menjebakku. Tuan Aldio yang kamu katakana itu bisa diandalkan tidak, kalau aku diapa-apain bagaimana?”

“Tenang saja, aku sudah membantumu mencari tahu, tuan Aldio suka wanita cantik yang seksi, tidak suka tipe seperti kamu.” Luna sekali lagi menjamin sampil menepuk dadanya.

Clara : “……….”

Rasanya ingin sekali mengganti manager, tidak tahu masih keburu atau tidak.

“Semangat, Clara sayang, aku padamu.” Luna mengulurkan tangannya menepuk ringan pundak Clara.

Clara mengulurkan tangan untuk mengambil kembali kripik yang ada diatas meja, lalu mengunyahnya dengan kuat, membuat suara renyah keripik terdengar begitu nyaring. Luna seketika merasa merinding, entah kenapa dia merasa yang dia kunyah bukan kripik melainkan dia.

“Kamu mau minum jus tidak? Aku ambilkan untukmu.” Luna bangkit berdiri lalu berjalan ke dapur untuk mengambil jus untuk Clara.

Ketika ia keluar dari dapur, ia melihat putranya yang baru saja pulang sekolah sedang berebut kripik dengan Clara, mereka bergulat memperebutkan sebungkus kripik, pertarungannya juga berlangsung sangat sengit.

“Ini kripik yang ibu belikan untukku, kembalikan.” Tintin mencengkram kripik tidak mau lepas.

Clara sama sekali tidak melunak, satu tangannya mencengkram kantung, satu tangannya lagi masih memasukkan satu potong kripik ke mulut dengan sengaja, “Anak barbar, bagaimana guru disekolah mengajarimu, berani-beraninya membully wanita.”

“Jelas-jelas kamu yang sedang membully anak kecil!” Tintin berkata dengan galak.

“Kalian berdua hentikan!” Luna langsung mendekat dan memisahkan mereka dengan paksa.

“ Tintin, bukankah kamu adalah pria sejati, kenapa sama sekali tidak menunjukkan sikap gentlemenmu.” Luna memutar wajah putranya dan mengomelinya.

Clara malah menjulurkan lidah kearah Tintin dengan senang. Akibatnya, Luna juga berbalik mengomelinya setelah mengomeli Tintin, “Kamu juga, orang dewasa berusia 20 tahun malah berebut makanan dengan anak kecil, kamu masih kecil.”

Clara menundukkan kepala dan melirik dadanya dengan refleks, dia benci kata ‘masih kecil’ ini.

Luna menyuruh Tintin kembali ke kamar untuk mengerjakan PR, Tintin menggendong tas sekolahnya, dan tidak lupa untuk menjulurka lidah kearah Clara.

“Dasar bocah tengik, lain kali jangan pernah minta aku membelikan robot canggih lagi.” Clara berkata padanya sambil mengerutkan bibir.

……

Awalnya Clara ingin makan malam di rumah Luna, namun belum mulai makan ia sudah menerima telepon dari nenek Santoso yang memintanya menemani Ester memilih hadiah untuk Nyonya besar Sutedja.

keluarga Sutedja memiliki status yang khusus, saat acara ulang tahun dia tidak akan menerima hadiah ulang tahun yang mahal juga perhiasan, kalau tetap ingin memberikan hadiah, tidak boleh menunggu sampai hari ulang tahun tiba. Jadi, yang muda akan menyiapkan hadiah untuk menunjukkan ketulusan hati mereka.

Clara tidak bisa menolaknya, mau tidak mau harus menemani Ester pergi ke pusat perbelanjaan.

Clara menemani Ester berkeliling dengan mengenakan sepatu heels 5 cm dan perut yang kelaparan, membuat kaki Clara kesakitan. Kalau tahu akan jadi seperti ni, seharusnya ia ganti sepatu heelsnya, daripada harus tersiksa seperti ini.

“ Ester, kamu sudah tahu mau membeli apa?” Clara sungguh tidak sanggup jalan lagi, didalam pusat perbelanjaan ada kursi, demi menjaga image Clara tidak sampai melepas sepatunya.

Ester sama sekali tidak ada bayangan apapun, dia sama sekali tidak bernah berurusan dengan orang-orang selevel Nyonya besar Sutedja.

Dan Clara juga tidak bisa memberikan saran apapun pada Ester, karena dia mengerti, nenek dan cucu dari keluarga Santoso ini sungguh tidak tahu diri, membantu mereka tidak akan mendapatkan pujian kalau benar, namun kalau salah pasti akan mendapatkan masalah.

Sekarang mereka berada tepat di toko emas, ketika Ester melihat buah persik emas yang terpajang di etalase toko, matanya langsung berbinar.

“ Clara, menurutmu ini cocok tidak?” Ester bertanya pada Clara.

Tentu saja tidak cocok! Clara berpikir dalam hati.

Emas masuk dalam golongan barang mahal, sementara persik emas ini paling tidak berharga puluhan ribu dollar, dan barang semahal ini sama sekali tidak cocok untuk diberikan pada saat acara ulang tahun, apalagi diberikan oleh yang muda untuk yang lebih tua sebagai hari ulang tahun. Ini lebih cocok diberikan oleh pejabat yang ingin menjabat atasannya disaat ulang tahun atasannya.

Namun dia tidak bisa mengatakannya secara gamblang, kalau tidak ini akan melukai hati Nona Ester yang rapuh.

“Kelihatannya agak kemahalan.” Clara berkata.

Namun Ester bukan orang yang bisa mendengarkan saran, tanpa melihat harga dia langsung menyuruh pelayan membungkusnya.

Ketika ingin membayar, ia baru sadar kalau saldo dalam kartu atmnya tidak cukup.

“Nona, maaf, apakah anda ada kartu lain?” kasir berkata dengan ramah.

Wajah Ester terlihat canggung, karena dia hanya punya kartu dan beberapa lembar uang cash di tas, “Ada masalah apa, kartuku rusak?”

“Maaf nona, saldo di kartu anda tidak cukup.” Kata kasir.

Wajah Ester masih terlihat canggung, seingatnya dalam kartunya masih ada 60ribu sampai 70ribu dollar sisa membeli baju saat itu. Tiba-tiba dia teringat dengan harga persik emas itu.

“Bukankah persik emas ini dalamnya kosong?”

Kasir : “……”

Dibelakangnya masih ada yang mengantri, perlahan sudah terdengar suara bisikan dari belakang : “Sanggup beli ga sih, kalau tidak mampu beli minggir, jangan menghalangi orang lain bayar.”

Ester termenung, bingung mau beli atau tidak. Sebelum pergi, nenek sempat berpesan, jangan sengaja membeli yang sangat mahal dan melebihi saldo dalam kartu, membuat Ester tidak tahu harus bagaimana.

Namun kalau tidak beli terlalu memalukan. Ester hanya bisa melihat kearah Clara.

“ Clara, bisakah pinjamkan aku 400 juta?”

Ada begitu banyak orang yang melihat, mungkinkah Clara tidak meminjamkannya. Mau tidak mau dia mnegeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya.

Clara melihat kartunya di geser di mesin EDC, hatinya terasa seperti teriris. 400 juta ini pasti seperri jatuh ke dalam laut, tidak akan dikemblaikan. 400 juta itu bisa untuk membeli berkaleng-kaleng susu untuk Wilson.

Clara mengeluarkan uang 400 juta, akhirnya membeli ijin pulangnya, ia mengantarkan nona muda Ester kembali ke keluarga Santoso.

Sekarang tiap kali ia memikirkan tentang pesta ulang tahun, dia akan merasa sakit kepala. Ia sengaja duduk didepan meja kerja dan mulai mencari informasi tentang Aldio.

Ketika Rudy pulang dari bertemu klien, tidak sengaja melihat lampu ruang kerja yang masih menyala.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu