Suami Misterius - Bab 87 Biaya Hidup Dipotong Setengah

Ketika sarapan, Sus Rani memasakkan semangkuk mie umur panjang dengan ditambahi telur di dalamnya untuk Rudy. Rudy tidak makan banyak semangkuk penuh mie itu. Dia membagikan setengahnya ke Clara dan Wilson.

Wilson si kecil ini sangat suka makanan dari tepung, terutama mie. Tangan kecil Wilson menciduk mie di mangkok kecilnya dan memakannya dengan lahap, dia kekenyangan sampai tidak hentinya bersendawa.

Cuaca di luar cukup baik, Sus Rani membawa Wilson jalan-jalan di luar untuk melancarkan pencernaan Wilson.

Di dalam apartemen hanya tinggal Rudy dan Clara.

Satu tangan Clara memegang sendok sedang makan bubur, sedangkan tangan satunya mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Lalu dengan gaya cuek dia mendorong kotak kecil itu ke depan Rudy.

“Hadiah untukku?” Alis Rudy terangkat sambil menatapnya. Ada senyum yang hangat di antara dua alisnya.

“Oh.” Clara menundukkan kepala sambil menjawab pelan. Jarang sekali melihat sosok gadis ini yang malu-malu.

Rudy tersenyum lalu membuka kotak kecil itu. Tidak ada barang mahal di dalamnya, hanya sebuah tali merah dengan manik kuning bertuliskan karakter mandarin ‘Ping An Fu’ yang artinya kedamaian dan kebahagiaan.”

“Benar-benar jelek.” Tuturnya sambil tersenyum samar.

Mendengar ini, Clara seperti ayam yang dicabut bulunya. Dia yang telah berniat baik untuk memberi hadiah ke Rudy, tapi malah menerima hinaan seperti itu.

“Kamu ini jadi orang kok begini sih, kedamaian adalah kebahagiaan, paham tidak sih! Jangan-jangan harusnya aku memberi setumpuk uang dan memukulkannya padamu, baru dengan begitu kamu senang ya.”

Mendengar ini, Rudy memandang Clara dengan tatapan serius, membuat orang tidak bisa menebak apa yang dirasakannya.

Clara memiringkan kepalanya lalu meletakkan sendok di tangannya. Dia berdiri dan berjalan ke samping Rudy. Mengambil tali merah bertuliskan ‘Ping An Fu’ itu dari kotak dengan kasarnya lalu memasangkannya di leher Rudy dan masih dengan sengaja mengeratkan tali itu untuk memperlihatkan rasa ketidaksenangan dirinya.

Di tenggorokan Rudy tampak bekas merah dari tali yang dieratkan tadi, jemari panjang dan lentik Rudy pun menyentuh lehernya yang kesakitan itu. Rudy tak berdaya menghadapi trik licik gadis muda ini.

“Aku khusus memintakan ini dari Kuil Puji, cukup cocok juga denganmu.” Selesai bicara, lengan Clara menyentuh melewati pundak Rudy. Baru saja ingin bersiap duduk kembali ke bangku depan, pergelangan tangan Clara tiba-tiba ditarik.

Begitu tangan Rudy menarik, seluruh tubuh Clara dengan mudahnya masuk ke dekapan Rudy.

Clara yang tanpa was-was diri begitu saja duduk di pangkuan Rudy, tangan pria yang kuat merangkul pinggang ramping Clara, pose mereka berdua sangat mesra.

Ketika Clara hendak marah, tiba-tiba dagu Clara ditarik sampai keduanya saling berhadapan. Mata hitam yang dalam Rudy sangat menakutkan.

“Clara, apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?” Tanya Rudy dengan suara berat dan tebal.

Clara mengedipkan mata jernihnya lalu menatapnya. Setelah itu mendengar Rudy berkata lagi, “Seorang wanita jangan terlalu baik terhadap pria. Sikapmu yang sekarang ini bisa membuatku merasa kamu sedang menggodaku.”

Rudy menatapnya sambil menyeringai seperti seorang pemburu mengawasi mangsanya yang lezat.

Clara masih duduk di dekapannya, dada Rudy terasa panas. Clara merasa kalau dirinya sedang dimainkan.

Nona Clara ini bukanlah tuan yang mau rugi dan bisa dimainkan sembarangan. Orang lain memainkan dirinya, jelas dia juga mau balik memainkan orang itu.

Clara memiringkan kepalanya dengan tidak puas dan berusaha melepaskan diri dari kekangan Rudy. Tangan Clara terulur dan balik memegang dagu Rudy sambil tersenyum menyeringai dan berkata, “Aku menggodamu? Kalau begitu apa kamu tahan atau tidak dengan godaan? Kalau memang tidak tahan maka segera manjakan nona ini dong.”

Clara menyeringai penuh maksud, dia sama sekali tidak sadar kalau dirinya sedang bermain api. Sampai akhirnya Rudy menggendongnya masuk ke dalam kamar lalu menindihnya dengan paksa di ranjang, barulah Clara merasa takut.

“Rudy, apa yang ingin kamu lakukan sekarang!” Clara memukul-mukulkan tangan dan kakinya di bawah tubuh Rudy. Tapi tubuh pria yang sedang menindih itu sama seperti gunung besar yang sangat berat, Clara tidak bisa bergerak sama sekali dan nafas Clara jadi terengah-engah karena ditindih, wajah Clara pun memerah.

“Pria dan wanita di ranjang, selain berhubungan badan, mau melakukan apa lagi!” Rudy membungkukkan tubuhnya lalu membuka kancing kemejanya dengan lincahnya.

Dada yang kuat menempel ke dada Clara yang lembut, bibir tipis lembut yang dingin menempel erat di bibir Clara, mengisap dan menciuminya. Ciuman Rudy tidak kasar tapi sangat kuat dan mendominasi.

Clara terus berusaha melawan. Setelah merasa tidak sanggup melawan lagi, Clara gemetar tidak hentinya di bawah tubuh Rudy.

Malam yang sangat gelap waktu itu, di dalam kamar yang juga sangat gelap, semua yang terjadi saat itu bagaikan banjir bandang yang membanjiri dan memenuhi pikiran Clara saat ini. Dibuka dan direjat dengan gilanya, yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan keputusasaan....Clara takut, dia pun memejamkan matanya dan air mata pun menetes dari sudut matanya dan jatuh ke lengan berotot yang kuat dan suhu panasnya menggoda.

Tubuh tinggi besar Rudy pun menegang setelah ragu sejenak, dia pun berbalik dan bangkit.

Sebutan Tuan Keempat Sutedja adalah kebanggaannya, dan itu tidak termasuk dengan memaksa bersetubuh dengan seorang wanita. Meskipun wanita itu adalah wanita yang disukai dan diinginkannya.

Rudy duduk di sudut ranjang lalu mengaitkan lagi kancing kemejanya.

Di belakangnya, Clara segera naik ke sudut ranjang dengan tangan dan kakinya buru-buru dengan penuh rasa takut. Dia menatap punggung Rudy dengan penuh waspada.

Setelah berpakaian dengan baik, Rudy menoleh menatap Clara. Masih ada bekas air mata di wajah pucat itu tapi wajah itu malah tampak sok kuat.

Benar-benar gadis yang susah diberi pelajaran.

“Tidak usah melihatku seperti itu, ini semua salahmu sendiri. Aku tidak pernah bilang kalau aku bisa tahan dengan godaan. Clara, hal semacam ini jangan ada lagi lain kali. Kalau tidak, aku tidak akan jamin aku bisa melepaskanmu.”

Clara membelalakkan mata bersinarnya dan melototi Rudy dengan tajam. Pria itu diberi muka malah tidak tahu malu, sudah mengambil kesempatan darinya tapi berlagak sok benar saja.

Clara marah, dia pun mencengkram bantal di sampingnya lalu melemparkannya ke arah Rudy.

Tubuh tinggi dan besar Rudy hanya berdiri di tempatnya dan tidak mencoba menghindar. Bantal itu mengenai belakang tubuhnya lalu jatuh ke bawah. Mata Rudy saja tidak berkedip.

Clara merasa marahnya masih belum reda, dia pun mengambil bantal lagi dan melemparkannya, bahkan bantal dan selimut yang bisa dicengkramnya, begitu saja dia ambil dan dilemparkan ke lantai.

Rudy mengerutkan kening dan melihat ke lantai yang berantakan dan tampak ketidakberdayaan di wajah tampan itu.

“Sudah reda marahnya?”

Ekspresi wajah Clara begitu dingin lalu berteriak dengan emosinya, “Mulai bulan depan, biaya hidup dipotong setengah!”

Baru saja Clara melontarkan teriakannya, tiba-tiba bel pintu berbunyi.

Rudy turun dan membukakan pintu, ada pemuda pengantar pos yang berdiri di depan pintu dan di tangannya sedang menenteng sebuah kotak kue ulang tahun yang indah. “Tuan, kue tart yang anda pesan, tolong tanda tangan penerima disini.”

Rudy tentu saja tidak memesan kue tart. Dia menoleh melirik ke Clara. Clara mengeratkan bibir merahnya, wajah mungil itu terlihat malu-malu.

Clara merasa dirinya benar-benar sudah makan sangat kenyang, barulah memesan kue tart untuk Rudy.

Ketika Rudy tanda tangan, tampak senyum samar di bibirnya.

Baru saja kue tart itu dihidangkan di meja, Sus Rani sudah kembali bersama Wilson.

Wilson melihat kue tart yang ada di atas meja, dia langsung melangkahkan kaki pendeknya naik bangku dan langsung naik ke atas meja. Tangan mungil yang gemuk itu langsung diluncurkan ke kue tart.

Kue tart yang diremas itu sudah berubah bentuknya, tangan kecil Wilson sudah penuh dengan krim kue.

“Astaga, leluhur kecilku.” Sus Rani panik dan langsung menggendong Wilson dari meja.

“Kue kue kue, mau mau mau!” Wilson menatap kue itu dengan rakus. Tangan dan kakinya terus digerakkan di gendongan Sus Rano. Sus Rani tidak sanggup lagi menggendongnya.

Rudy langsung berdiri di samping dan mengulurkan tangan berniat menggendong Wilson.

Ketika Wilson sudah di dekapan ayahnya, dia tetap saja tidak patuh, krim di tangannya ditempelkan di tubuh Rudy, bahkan di wajah Rudy juga ada krim.

Clara jarang sekali melihat sosok Rudy yang menyedihkan seperti ini, dia pun tidak bisa menahan diri untuk tertawa terbahak-bahak.

Kemudian, Atmosfir di sana pun jadi lebih baik.

Apalagi, ada Wilson. Meskipun Clara rasanya ingin marah-marah ke Rudy, tapi itu tidak boleh.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu