Suami Misterius - Bab 1317 Berapa Harga Yang Harus Dibayar?

Tangan Diva yang sedang memegang gelas anggur sedikit menegang, matanya yang indah terus menunduk, membuat orang tidak bisa melihat emosinya. Sudut bibir indahnya sedikit terangkat dan lengkungannya itu tampak sedikit mengejek.

Percaya atau tidak, tergantung bagaimana kamu memahami kalimat ini.

Diva merasa dirinya tidak memiliki pesona yang bisa membuat Tuan Muda kedua Sutedja untuk terus mengingatnya, tetapi jika Tuan Muda Kedua Sutedja hanya ingin menidurinya, maka kalimat itu masih memiliki kredibilitas, Lagipula, pria adalah makhluk yang akan berpikir untuk tubuh bagian bawahnya.

Meskipun Mahen dapat dikatakan termasuk dalam jajaran kecerdasan tinggi dan sering menggunakan otaknya, itu tidak berarti bahwa dirinya bisa menahan tubuh bagian bawah.

Diva bersandar ringan di bar, menyesap anggur yang ada di dalam gelas, matanya sedikit melihat ke luar jendela, seolah-olah sedang merenung, tetapi tampak juga seolah-olah tidak memikirkan apapun.

Mahen berjalan ke arahnya, memeluknya dari belakang, perlahan melingkarkan lengan di pinggang rampingnya, sedikit mengencangkan.

Diva seketika merasakan napasnya tersendat, tangan yang memegang gelas anggur bergetar dan anggur di dalam gelas hampir tumpah.

Mahen mengambil gelas anggur yang di tangan Diva dan meletakkannya di atas meja bar dengan santai. Kemudian, membalikkan tubuh Diva, mata hitam Mahen menatapnya dalam-dalam, suhu di matanya hampir bisa melelehkan orang.

Mahen menoleh dan mendekati telinganya, suaranya sedikit serak dan berbisik "Jika aku tetap menginginkanmu, berapa harga yang harus dibayar?"

Tubuh Diva tidak terkendali dan bergetar perlahan, lengkungan sudut bibirnya tampak sedikit mengejek.

Benar saja, maksud perkataan yang Mahen katakan merindukannya adalah ingin menidurinya.

“Bolehkah aku menolak?” Diva mengangkat matanya, menatapnya dan bertanya.

Keduanya saling memandang, mata hitam Diva begitu jernih dan jelas, seolah-olah bisa menyedot jiwa manusia.

Mahen merasa jantung di dalam dadanya berdetak dengan tidak terkendali, bahkan napasnya juga kacau.

Lengan Mahen di pinggang Diva tiba-tiba menegang, lalu menundukkan kepala dan mencium bibir merahnya yang lembut.

Tuan Muda Kedua Sutedja telah menjawabnya dengan tindakan langsung: Tidak boleh.

Antara pria dan wanita, jika melawan dengan kekuatan, wanita memang benar-benar lemah.

Diva tahu dengan sangat jelas, Jika Mahen benar-benar menginginkannya, entah Mahen itu mabuk ataupun sadar, Diva juga tidak bisa melawannya.

Saat Diva digendong Mahen ke kamar tidur dan ditekan di atas ranjang, pikiran Diva masih bingung.

Ciuman panasnya terus jatuh di bibir Diva dan pada saat yang sama, jari-jarinya yang panjang membuka kancing leher Diva.

Rok yang dikenakannya mulai dari garis leher hingga pinggang, memiliki banyak gesper dan metode ikatnya agak rumit.

Tuan Muda Kedua Sutedja menjadi sedikit tidak sabar setelah melepaskan beberapa gesper secara berurutan. Tuan Muda Kedua Sutedja mencium telinganya dan tersenyum ringan "Diva, kamu selalu membungkus dirimu seperti ketupat, apakah kamu tidak tahu, semakin kamu membungkusnya dengan ketat, semakin banyak pria yang ingin melepas pakaianmu."

Diva menoleh sedikit, tidak berani menatap matanya yang panas dan juga tidak ingin mendiskusikan topik ini dengannya.

Tuan Muda Kedua Sutedja masih berjuang dengan gesper di pakaian Diva. Pada akhirnya, mungkin karena habis kesabarannya, Tuan Muda Kedua Sutedja merobek ujung roknya dan melemparkannya ke lantai.

Antara pria dan wanita, dorongan dan keterikatan yang paling primitif.

Punggung Mahen tampak beberapa noda darah karena cengkeraman Diva, cara Diva yang seperti ini, tampaknya membuat Mahen merasa empati.

Sejak terakhir kali, Tuan Muda Kedua Sutedja telah berhenti berhubungan selama dua bulan lebih. Sekarang begitu menyentuh Diva, Mahen tiba-tiba menjadi sangat bersemangat. Dirinya tidak mempermasalahkan apakah Diva bekerjasama atau tidak.

Ini adalah pertama kalinya Tuan Muda Kedua Sutedja merasa tidak ingin berhenti terhadap seorang wanita, begitu impulsif dan kuat.

Selama waktu ini, Mahen juga bukan tidak mencoba mencari pelampiasan untuk melupakan Diva, orang-orang yang mencoba menyanjungnya untuk menyenangkan hatinya, semua jenis wanita, yang murni, yang seksi, yang lemah lembut, yang menawan, wanita-wanita dengan kecantikan yang berbeda tidak berhenti membiarkan diri mereka ditiduri oleh Mahen, tetapi Mahen sama sekali tidak tertarik.

Mahen bahkan curiga apakah dirinya telah diracuni oleh Diva.

Semuanya sudah berhenti dan istirahat, Diva berbaring di tempat tidur terbungkus selimut, Mahen masih menempel padanya dan bermalas-malasan dengannya, jari-jarinya melilit rambut lembut Diva.

Diva tidak terbiasa dengan kemesraan seperti itu, lalu berpindah ke tepi tempat tidur, ingin menjaga jarak dari Mahen. Tetapi saat Diva mundur selangkah, Mahen mendekat selangkah, pada akhirnya, tubuhnya sudah berada di tepi tempat tidur dan tidak bisa mundur lagi.

“Kenapa tidak menjauh lagi?” Mahen mengangkat alisnya dengan jahat dan dengan lembut mengaitkan dagunya dengan jarinya. "Aku sudah menidurimu, jadi buat apa menjauh? Diva, apa gunanya."

Diva berpikir: Memang benar tidak ada gunanya.

Diva sedikit kesal, mengulurkan tangan mendorong Mahen, Alhasil, Tuan Muda Kedua Sutedja tidak bergerak sama sekali, tetapi karena efek reaksi kekuatannya sendiri, Diva terjatuh ke bawah dari tempat tidur.

Mahen mengulurkan tangan ingin menangkapnya, tetapi alhasil bukan hanya tidak dapat menangkapnya, Mahen juga tergelincir dari tempat tidur ke bawah lantai.

Lantainya dilapisi karpet tebal dan lembut, terasa nyaman saat disentuh, jika terjatuh di atasnya tidak akan terasa sakit.

Mahen memeluk Diva dan berguling-guling dua kali di lantai dan kedua tubuh itu terjerat lagi.

Mahen memeluknya dari belakang, membisikkan namanya dengan nada pelan dan suaranya seraknya semakin parah "Diva, aku masih menginginkannya."

Diva mencoba berjuang, tetapi hasil akhirnya tidak membuahkan hasil.

Setelah dua kali berhubungan intim, Diva hanya merasakan tulang di sekujur tubuhnya serasa hancur.

Diva memandang ke luar jendela, langit di luar sudah gelap. Jika dirinya tidak muncul lagi, mungkin upacara akbar akan selesai.

“Aku harus kembali,” Diva berkata.

"Um." Mahen mengangguk, mengarahkan jarinya ke arah kamar mandi "Mandi dulu, aku akan meminta seseorang untuk mengirimkan pakaian."

Pakaian Diva sudah di robek oleh Mahen dan sudah pasti tidak bisa dipakai lagi.

Diva berdiri dan hendak pergi ke kamar mandi untuk mandi, baru saja berjalan dua langkah, langsung terasa kakinya sangat lemas, tubuhnya terhuyung-huyung dan hampir terjatuh ke lantai.

Untungnya, Mahen berdiri di belakangnya, mengulurkan tangan dan mendukungnya tepat waktu.

“Kaki lemas?” Mahen tersenyum dan memeluknya, lalu mengendongnya secara horizontal, berjalan ke kamar mandi, berjalan sambil berkata “Kamu ini terlalu manja, benar-benar tidak bisa melakukannya.”

Diva memelototinya, tapi tidak berkata apa-apa.

Suasana hati Mahen tampaknya semakin membaik, menundukkan kepalanya dan mematuk sebelah pipi Diva "Kamu sangat manis saat kamu marah."

Mahen lebih menyukai Diva yang memiliki emosi daripada Diva yang biasanya tampak dingin dan memiliki pemikiran yang ingin menjauh seribu mil dari orang-orang.

Gadis yang begitu muda dan cerdas, tubuhnya yang lembut dan gesit, seharusnya memiliki emosi bahagia, marah, sedih dan gembira.

Mahen tidak keberatan jika wanitanya marah dan centil pada dirinya. Sebaliknya, Mahen akan semakin menyayanginya dan memanjakannya.

Diva masih tidak berbicara dan tidak ingin menghiraukan dirinya.

Mahen menggendongnya masuk ke kamar mandi, menuangkan air, tetapi tidak ada niat ingin keluar. Akhirnya, mereka kembali bertindak di kamar mandi.

Setelah akhirnya selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, asisten sudah membawa baju gantinya kemari.

Diva mengganti pakaiannya dan duduk di samping tempat tidur.

Harus diakui bahwa Mahen sangat perhatian terhadap wanita, rok yang dibawakan oleh asisten itu hampir sama persis dengan milik Diva.

Pada acara-acara seperti festival berskala besar, jika Diva tiba-tiba berganti pakaian, maka akan menimbulkan banyak pikiran bagi orang lain.

Meskipun, Diva telah melakukan hal-hal yang membuat orang banyak berpikir.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu