Suami Misterius - Bab 675 Tidak Boleh Memanggilku Si Imut

“Tapi pistol ini miliki adik, bibi tidak berhak berjanji padamu.

Nanti kamu turun bertanya pada adik, kalau adik memberikannya padamu, kamu boleh membawanya pergi.”

Clara tersenyum menjawab.

Bobo juga tersenyum, memegang tangan Clara, dan turun bersamanya.

Bobo dan Wilson duduk makan manggis di sofa, Sus Rani mengambilkan yogurt untuk kedua anak.

Clara duduk di samping, sedang menelepon Rahma.

Awalnya diputusin dua kali, kemudian tidak ada yang jawab.

Sangat jelas, Rahma rencana meninggalkan anak pada mereka.

“Apa yang terjadi?

Tidak bisa menghubungi ibunya Bobo?”

Sus Rani bertanya.

Clara mengangguk, pandangannya penuh dengan tak berdaya.

“Haiks, mengapa ada ibu yang begitu kejam.

Tega meninggalkan anak yang begitu kecil.”

Sus Rani menggelengkan kepala dan menghela nafas berkata.

Clara menggerakkan bibirnya tidak berkata.

Rahma tidak kejam, tapi dalam pengetahuannya, dia meninggalkan Bobo pada Rudy, agar Bobo dapat memiliki seorang ayah yang kaya dan berkuasa, dia menyangka ini adalah yang terbaik bagi anak.

Rahma menyangka apa yang dia lakukan demi kebaikan anak-anak, tapi Clara sama sekali tidak setuju dengan pikiran seperti ini.

Kalau indeks kebahagiaan dapat diukur dengan uang, maka dunia ini akan menjadi sederhana.

Tidak bisa menghubungi Rahma, jadi Clara hanya bisa menelepon Rudy, tapi ponsel Rudy juga tidak ada yang menjawab.

Clara menggunakan ponsel mengambil selembar foto, kemudian mengirim pada Rudy via WeChat, dan mengirim sebuah pesan: ‘Putramu’ berada di rumah, segera kembali dan menanganinya.

Setelah pesan dikirim, belasan menit kemudian, Rudy langsung menelepon datang.

“Apa yang terjadi?”

Dia bertanya.

“Rahma langsung pergi setelah meninggalkan anak di rumah kita, aku meneleponnya tapi tidak diangkat.

Sekarang aku tidak tahu bagaimana menanganinya, kamu kembali dan menanganinya.”

Clara berkata.

“Ya.”

“Aku segera kembali.”

Setelah menutup telepon, Rudy mengangkat kepala menatap Raymond di depannya, dan berkata dengan dingin, “Nanti kamu memimpin rapat, aku akan kembali sebentar.”

“Apa yang terjadi?”

Raymond bertanya.

“Urusan pribadi, kamu jangan ikut campur.”

Selesai berkata, Rudy mengambil mantel dari gantungan, dan berjalan keluar.

Dia mengendarai mobil kembali ke rumah, begitu tiba di luar rumah, langsung mendengar suara berisik dari ruang tamu, kemudian tangisan anak-anak.

Rudy dapat mendengar itu adalah suara tangisan Wilson, dia segera mengambil kunci membuka pintu.

Begitu memasuki rumah, langsung melihat Wilson berbaring di lantai dan menangis, lalu memeluk erat pistol yang dia belikan untuknya.

Anak Rahma sedang membungkukkan tubuh ingin merebut, kedua anak sedang berebutan, umur Wilson lebih kecil, jelas kalah dengannya.

Clara dan Sus Rani sibuk memisahkan kedua anak.

Wajah Wilson tergores , Clara sakit hati dan memeluk Wilson ke dalam pelukannya.

Sus Rani menarik Bobo ke samping, dan berpenampilan tak berdaya, menghela nafas berkata: “Mainan pistol itu dibelikan Tuan ketika Wilson mendapat juara 1 dalam perlombaan bahasa Inggris.

Dia sangat menyukainya, dan bahkan memeluknya tidur di malam hari.”

Karena jarang kembali jadi Clara tidak jelas tentang ini.

Dia sedang menghibur Wilson, begitu mengangkat kepala langsung melihat Rudy.

“Aku akan membawa Wilson menginap beberapa hari di rumah paman, aku berharap kamu segera menyelesaikan masalah anak ini.”

Clara berkata dengan nada tidak berdaya.

Kemudian menggendong Wilson yang masih menangis, melewati Rudy dan keluar dari rumah.

Mobil Clara berhenti di bawah, dia meletakkan anak ke dalam mobil, kemudian mengenakan sabuk pengaman dengan hati-hati.

Wilson berhenti menangis setelah masuk ke mobil, tangannya tetap memegang mainan pistolnya, dan bertanya, “Ibu, ke mana kita pergi?”

“Ibu membawamu menginap di rumah kakek beberapa hari, oke?

Nenek memasak banyak makanan kesukaan Wilson.”

Clara berkata.

“Apakah ayah pergi?”

Wilson melihat ke luar jendela, dan masuk memandang ke lantai atas.

“Ayah tidak pergi, ayah masih ada urusan yang harus dikerjakan.”

Clara menjawab.

“Apakah Ayah menemani Abang Bobo di rumah?”

Wilson mencibir, berpenampilan cemberut, “Aku merebut mainan dengan Abang, aku tidak patuh, apakah ayah menyukai abang Bobo, dan tidak menyukaiku lagi?”

Clara menghela nafas, dan tersenyum mengelus kepala putranya, “Siapa bilang Ayah tidak menyukai Wilson, yang paling ayah sukai adalah Wilson.

Tapi Wilson harus patuh, sekarang pergi ke rumah kakek bersama Ibu.”

“Wilson akan patuh.”

Wilson mengangguk dengan kuat.

Mobil Maserati Clara berwarna merah perlahan-lahan memasuki halaman balai kota.

Mobil berhenti di lantai bawah, kebetulan bertemu Ezra dan Aeris kembali membeli sayur-sayuran.

“Hey, Wilson sayangku datang, sini kakek gendong.”

Ezra membungkukkan tubuh, menggendong Wilson dari bawah dan tersenyum berkata, “Bocah kecil tambah berat.”

“Kakek, Wilson rindu denganmu.”

Wilson memeluk lengan Ezra, dan mencium di pipinya, membuat Ezra sangat senang.

“Paman, bibi.”

Clara mendekatinya, dan mengulurkan tangan mengambil kantong belanja yang ditenteng Aeris, lumayan berat.

“Mengapa beli begitu banyak sayur?”

“Tamtam telah kembali, sekarang sedang mengatasi jet lag di rumah, setelah memasak, pas membangunkannya.

Kamu dan Wilson kebetulan datang, kita bisa makan bersama.

Di mana Rudy?

Malam ini panggil dia datang makan bersama.”

“Tamtam telah kembali?

Dasar bocah ini, pulang pun tidak memberitahuku.”

Clara tersenyum berkata, tapi tidak membicarakan tentang Rudy.

Ezra memeluk Wilson masuk ke rumah, Tamtam sedang menonton dan makan makanan ringan di ruang tamu.

“Hey, Wilson, si imut, kalian telah datang.”

Setelah melihat mereka, Tamtam langsung berubah wajah bercanda.

Clara berjalan mendekatinya dan melambaikan tangan memukul Tamtam dengan tidak segan, “Sudah berapa kali aku beritahumu, jangan memanggilku ‘Si imut’, panggil kakak, dasar tidak sopan.”

Tamtam berpenampilan acuh tak acuh, melompat dari sofa, berjalan mendekati Wilson dan menggendongnya.

"Wilson, apakah kamu masih ingat dengan Paman?

Paman membawakan hadiah untukmu, coba lihat apakah kamu menyukainya?"

Tamtam bergegas kembali ke kamar dan keluar membawa sebuah kotak besar, di dalam kotak ada sebuah Bumblebee yang original.

“Bagaimana?

Suka?”

Tamtam bertanya.

“Suka, terima kasih paman muda.”

Wilson disogok oleh Tamtam, mengikutinya masuk ke kamar, dan bermain bersama, sangat harmonis.

Aeris sedang memasak di dapur, Clara menemani Ezra bermain catur di ruang tamu.

Clara tidak terlalu pandai bermain, jadi tidak mungkin menang, asalkan jangan kalah terlalu cepat.

Clara sudah banyak kali mengambil langkah curang, Ezra tak berdaya dan tidak menahan diri tersenyum, “Rudy sangat ahli bermain catur, mengapa bisa menikahi dirimu yang tidak pandai sama sekali, tidak ada kemajuan apapun dalam beberapa tahun ini."

"Industri seni memiliki keahlian dan manusia pasti memiliki kekurangan.

Apa pun bisa, itu adalah dewa."

Clara menjawab dengan santai.

"Kamu......"

Ezra menunjuk ke arahnya dan tersenyum tak berdaya.

Mereka berdua sedang bercanda, tiba-tiba terdengar suara dari pintu masuk, Mulyati mengenakan rok pendek, menginjak sepasang sepatu hak tinggi dan berjalan masuk.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu