Suami Misterius - Bab 358 Drama Seru Sudah Mulai Tayang

Wajah kecil Rina langsung kaku dan membiru, dan juga sedikit berubah bentuk, “Clara, kata-katamu ini tidak enak di dengar. Meskipun aku bukan ibu kandungmu, tetapi bagaimanapun aku juga sudah membesarkan kamu untuk beberapa tahun ini.”

“Kalau kamu cerewet terus, ada yang lebih tidak enak di dengar lagi. bibi, bagaimana cara kamu membesarkan aku dalam beberapa tahun ini, kita sama-sama tahu sendiri. Kalau kita membahas dengan terus terang, semua orang akan menjadi tidak enak.” Clara berkata dengan nada datar.

“Aduh, mau menikah dengan Rudy memang berbeda, ini masih belum menikah lagi, sudah berlagak gaya nyonya Sutedja.” Rina berkata dengan nada sindiran.

“Baguslah kalau tahu, selanjutnya, jangan memancing emosiku lagi.” Clara mengangkat dagu sambil berkata.

Nama besar Rudy begitu enak dipakai, kalau saat ini dia masih tidak memanfaatkan nama besar Rudy, rasanya akan sedikit bersalah juga terhadapnya.

Ekspresi wajah Rina telah berubah bentuk, namun dia tidak berani membantah lagi. Dia tidak ada keberanian untuk melawan Rudy.

Clara malas melayani Rina, lalu tatapannya terjatuh lagi pada tubuh Yanto, tidak ada Rina yang menjadi senjata, Clara malah mau lihat bagaimana Yanto bertingkah sebagai pengecut lagi.

Yanto sedikit canggung lalu batuk ringan, “Clara, masalah ayah, kamu sama Rudy tetap harus mengingat di hati.”

Clara tersenyum sekilas, “Kalau begitu ayah juga harus mengingat masalahku ke dalam hati. Mencari kartu keluarga seharusnya tidak butuh waktu lama juga kan. Seharusnya kamu hari ini bisa memberikan padaku, atau, lain harinya suruh Rudy datang jemput sendiri ?”

“Baik, baiklah.” Yanto mengalah dengan tidak berdaya, “Lain hari kamu mengundang Rudy makan di rumah, aku langsung memberikan kartu keluarga kepadanya. Kamu tenang saja, ayah ada penilaian sendiri, tidak akan menyusahkan kalian. Ayah sudah membesarkan kamu beberapa tahun ini, kamu sudah mau menikah, ayah juga merasa sangat tidak tega….”

“Baik, aku mengerti.” Clara tidak bisa menahan untuk memutuskan kata-katanya, dia benaran tidak ingin mubazir waktunya untuk mendengar kata-kata Yanto yang memalukan lagi.

Yanto berani juga dengan tidak tahu malunya mengatakan telah membesarkan dirinya untuk dua puluhan tahun, yang menghidupi dirinya selama ini adalah uang keluarga Pipin. Uang keluarga Pipin digunakan untuk menghidupi sekeluarga besar Santoso, mereka bukan hanya tidak tahu berterima kasih, malahan masih bertingkah tidak berperikemanusiaan.

Clara mengganti topik dengan sembarangan, lalu tersenyum dan bertanya :”Nenek sama kakak sepupu di mana ? Kenapa tidak kelihatan.”

“Ester sedang periksa di rumah sakit, nenekmu semalam sudah pulang ke kampung, dua hari lagi akan pulang.” Rina menjawabnya.

Namun ketika baru selesai berbicara, sudah terdengar suara yang berasal dari gerbang pintu besar. nenek Santoso sudah pulang.

Akan tetapi, nenek Santoso bukan hanya pulang sendirian, di belakangnya masih ada Wini yang mengikutinya.

Dua bulan tidak jumpa, kelihatannya Wini semakin kurus, dia tetap saja dengan reaksi dan ekspresi yang kasihan, dan hampir menangis tersedu-sedu.

“ Wini !” Reaksi Rina melihat Wini, bagaikan telah melihat hantu.

Wini ditangkap kembali oleh keluarga mertuanya, kejadiannya begitu menghebohkan, begitu memalukan, meskipun setebal apapun kulit muka Wini, juga tidak mungkin pulang lagi ke sini.

Clara tetap duduk di atas sofa, lalu menopang pipi dengan tangannya, dan juga ekspresi menonton drama.

Akhirnya drama seru sudah mulai tayang !

“Baru pulang berapa lama saja, kenapa malah jadi asing pula. Wini, ayo cepat masuk.” nenek Santoso tertawa riang sambil menahan lengan Wini, lalu menginjak ke dalam pintu besar rumah Santoso.

Namun Rina beranjak menghampirinya lalu memperlihatkan gayanya sebagai nyonya rumah, lalu menghalangi di hadapan nenek Santoso dan Wini.

“ Wini, terima kasih sudah mengantar nenek pulang ke rumah, orangnya sudah diantar sampai depan pintu juga, kamu silakan pulang saja.”

Wini terus menunduk kepalanya, dan juga tidak berbicara, hanya saja terdengar sedikit suara tangisan tersedu-sedu.

nenek Santoso dengan tidak segannya mendorong Rina, “Awas, jangan halang di jalan.”

nenek Santoso adalah pekerja keras saat masih muda, saat ini masih sangat bertenaga, Rina bahkan terpeleset mundur karena dorongannya.

nenek Santoso mendampingi Wini, lalu duduk di atas sofa ruang tamu. Dengan gayanya yang begitu berhati-hati, seolah-olah takut Wini akan pecah.

Clara menarik kedua sudut bibirnya, merasa sedikit lucu.

“Kebetulan kalian pada ada di rumah, aku mau mengumumkan sesuatu. Wini sedang mengandung anak Yanto, aku sudah meminta peramal meramalkan, peramal bilang anak yang sedang di dalam kandungannya adalah anak laki-laki, akhirnya keluarga Santoso ada keturunannya juga.” nenek Santoso berkata dengan wajah semangat.

Kata-kata nenek Santoso, bagaikan suara petir menyambar, setelah Rina merasa mengejutkan hati, reaksi pertamanya adalah mengelak kenyataan ini, “Ini mana mungkin ! Yanto dia….”

“Apanya yang tidak mungkin, Yanto masih belum sampai umur lima puluh, kondisi tubuhnya juga tidak masalah. Rina, kamu sendiri tidak mampu melahirkan anak laki-laki, tidak menandakan orang lain juga tidak mampu.” nenek Santoso berkata menyindirnya.

Wajah Rina yang sudah dandan rapi, menjadi pucat dan membiru seketika, lalu dengan refleksnya menatap ke arah Yanto.

Reaksi wajah Yanto sama sekali tidak berubah, jelasnya sudah tahu dari sebelumnya, Kelihatannya, mereka hanya menutupi dari dirinya saja, kesannya memang mengambil keputusan sebelum diskusi.

Rina berusaha menahan amarah di dalam hatinya, apinya baru tidak meledak langsung. Usahakan berkata dengan emosional yang stabil :”Yanto, kamu benaran bermaksud membiarkan dia tinggal di rumah ? Saat ini masa penting dalam pemilihan umum, seandainya isu ini tersebar keluar, ini pelanggaran hukum poligami, nanti karir politik….”

“Asalkan kamu tidak menyebarkan, tidak akan ada yang mengetahuinya.” Yanto hanya melempar kalimat ini kepadanya.

Rina tersedak dengan jawabannya dan tidak dapat membantah apapun, menatap Wini dengan tatapan kejam dan berkata, “Yanto, menurutku lebih baik kamu lebih teliti lagi. Dia sudah begitu lamanya meninggalkan rumah Santoso, siapa juga yang tahu dia menggoda lelaki mana lagi, asalkan hamil langsung menuduh padamu, hati-hati diselingkuhi.”

“Kamu diam, jangan hanya demi mengusir Wini, langsung pakai cara fitnah dirinya.” nenek Santoso melotot Rina dan menjerit.

Wini lebih gelisah lagi, dia berdiri dari sofa sambil menangis, “Kak Rina, kamu mana boleh begitu mengatakanku, aku benar-benar bukan wanita yang sembarangan, anak ini benaran punya abang sepupu. Masa hamilku sudah tiga bulan lebih, aku sudah hamil anak ini sebelum meninggalkan keluarga Santoso.”

“Tiga bulan lebih ? Kamu mau menipu siapa, siapa juga yang tidak pernah hamil. Tiga bulan lebih, seharusnya perutmu sudah mulai kelihatan.” Rina menyindirnya, tatapannya terjatuh terang-terangan pada perut Wini.

“Kamu tidak perlu sembarangan mencurigai lagi, cucuku mana mungkin bisa salah. Aku sudah membawa Wini periksa di rumah sakit kampungku, Wini benar-benar sudah hamil tiga bulan lebih, karena kurang gizi, makanya perutnya masih begitu kecil. Makanya, aku pasti harus menjemput dia pulang ke sisiku untuk menjaganya.

Yanto, Rina, hari ini aku memperingatkan langsung, asalkan aku masih bisa bernafas, cucu ini aku pasti akan mempertahankan.” nenek Santoso berkata dengan emosi.

Wini juga tidak bisa berhenti menangis, lalu sambil menangis sambil berkata :”Seandainya kalian semua tidak percaya padaku, aku pulang saja. Aku sendiri yang melahirkan anak ini dan membesarkan dia, tidak perlu kalian keluarga Santoso yang bertanggung jawab.”

“ Wini, jangan berkata bodoh lagi. Ini cucunya keluarga Santoso, mana bisa membiarkan dia mengembara dan hidup susah di luar.” nenek Santoso menasihatinya.

Rina melingkar kedua tangan pada dadanya, lalu berkata dengan nada dingin :”Aku tidak ada maksud untuk mengusirmu. Aku hanya mau pastikan apakah anak di dalam perutmu benar-benar anaknya Yanto saja. Sekarang ilmu kedokteran begitu berkembang, pergi tes prenatal, semua akan jelas kalau sudah tes DNA.”

Rina sama sekali tidak percaya kalau anak di dalam perut Wini adalah anak kandungnya Yanto.

“Tes prenatal sangat mudah terjadi keguguran, kakak ipar, kamu begitu tidak bisa terima anakku ya, anak ini juga sebuah nyawa, anakku punya abang sepupu, setelah dilahirkan, kamu mau bagaimana tes DNA juga boleh.” Wini

sambil menangis tersedu-sedu sambil berkata.

“Sudahlah, jangan bilang lagi.” Kebisingan ini membuat Yanto merasa sakit kepala, “Ibu, kamu bawa Wini naik ke atas istirahat dulu, masalah selanjutnya, ke depannya baru bahas lagi.”

nenek Santoso membawa Wini naik ke lantai atas.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu