Suami Misterius - Bab 484 Lakukan Sesuai Dengan Apa Yang Aku Katakan

Pada saat Yunita dibawa pergi oleh polisi, Rudy kebetulan bangun.

Dia membuka matanya, pada pandangan pertama, dia melihat wajah Clara agak kurusan, matanya memerah seperti kelinci kecil.

“Clara.” Rudy memanggilnya dengan suara serak, perlahan-lahan mengangkat tangannya, menyentuh wajahnya dengan lembut.

Tangan Clara memegang tangannya yang hangat, dan menempelkan wajah di telapak tangannya, air matanya sekali lagi mengalir keluar.

“Kamu sudah bangun.” Clara mengangkat sudut bibirnya, tersenyum berkata. Suaranya sangat serak.

“Ya.” Rudy menjawab dengan lemah, “Telah membuatmu khawatir.”

Clara memegang tangannya, mengalir air mata, tapi tersenyum menggelengkan kepala, “Aku tahu kamu pasti akan bangun, kamu tidak akan meninggalkan aku sendiri, kan? Rudy, kamu masih berjanji akan memasakan iga kecap untukku.”

“Si Jago makan.” Rudy tersenyum, menyentuh hidungnya dengan lembut.

Clara tersenyum, menyandarkan kepala di bahunya.

Saat ini, pintu bangsal di dorong terbuka dari luar, Kenzy dan Ardian masuk dari luar.

Tangan Kenzy mengambil selembar foto rontgen. “Hey, sudah bangun?”

Kenzy berjalan ke tepi ranjang, mengeluarkan senter dari dalam saku, baru saja ingin menyinari mata Rudy, langsung dihentikan Rudy dengan tidak sabar.

Terhadap pasien yang tidak kooperatif, Kenzy hanya tersenyum, dan menyimpan kembali senternya ke dalam saku pakaian.

“Direktur Jener, bagaimana situasi Rudy sekarang?” Ardian bertanya.

"Kalau sudah bangun, maka masalahnya tidak besar. Aku telah melihat foto-foto rontgen yang diambil pagi tadi, sebagian besar gumpalan darah telah diserap, pemulihannya cukup baik, boleh kembali ke rumah beberapa hari kemudian." Kenzy menggoyangkan foto rontgen di tangannya dan berkata.

Setelah mendengar, Ardian mengerutkan kening. Bisa kembali beberapa hari kemudian? Terakhir kali Kenzy juga mengatakan seperti begini, tapi Rudy malah pingsan pada hari kedua.

Kenzy sangat akrab dengan Rudy, sekarang Ardian tidak dapat memastikan apakah kata-katanya benar atau tidak.

Selesai mengatakan situasi Rudy, ponsel Kenzy berdering, seorang pasien yang sakit kritis dikirim ke departemen darurat, memintanya segera pergi untuk melakukan pemeriksaan. Kenzy langsung bergegas pergi.

Setelah Kenzy pergi, Ardian duduk di samping ranjang, memandang Clara, yang bermata merah, dan berkata dengan tenang, "Kamu telah begadang semalaman, kembali dan istirahatlah."

“Ya.” Kali ini Clara tidak membantah, dia menatap Rudy dengan enggan, kemudian dengan patuh pergi ke kamar sebelah untuk beristirahat.

Rudy tersenyum tak berdaya, melihat penampilan Clara seperti menantu kecil yang disalahin, Rudy tahu beberapa hari ini ketika dia koma, Ardian pasti telah menegurnya.

Rudy berjuang untuk duduk dari ranjang, Ardian segera mengulurkan tangan membantunya, dan meletakkan bantal di belakangnya.

“Sekarang kamu sudah dewasa, sayapmu sudah kuat. Bahkan terluka parah pun berani menyembunyikannya padaku.”

“Ini bukan masalah besar, paling melakukan operasi minimal invasif. Aku tidak ingin kamu ikut khawatir.” Rudy menjawab sambil tersenyum, suaranya masih lemah dan serak.

"Demi Clara, kamu bahkan menyerahkan nyawamu. Apakah kamu benar berutang padanya." Ardian mengerutkan kening dan menghela nafas.

Rudy tersenyum dan menjawab dengan lembut, "Mungkin."

"Keluarga Santoso, semuanya bukan orang biasa. Kalau Clara bukan ibu kandung Wilson, aku tidak akan menyetujui pernikahan kalian."

“Kamu sudah tahu semuanya?” Rudy batuk ringan.

“Kamu jangan menyangka aku tidak tahu apa yang sedang Raymond lakukan akhir-akhir ini. Yunita telah ditahan oleh polisi atas tuduhan pembunuhan. Aku tidak begitu bodoh sampai tidak menghubungkan kedua hal ini bersama."

Ardian lulus dari sekolah terkenal dan telah berada di bidang industri selama bertahun-tahun, tentu saja bukan orang bodoh.

Rudy tidak berencana untuk terus menyembunyikannya, dia tersenyum tidak berkata, diam-diam mengakuinya.

Membicarakan ini, Ardian tidak mengatakan apapun lagi. Dia berdiri, berjalan ke meja makan, membuka termos panas di atas meja, dan menuangkan setengah mangkuk sup ginseng dari dalam.

“Kamu baru saja bangun, seharusnya tidak dapat makan apa-apa. Ibu sengaja meminta orang menyiapkan sup ginseng, kamu segera meminumnya.” Selesai berkata, Ardian membawa sup dan berjalan ke samping Rudy.

Salah satu tangan Rudy diperbankan dan satunya lagi diinfus, tidak nyaman untuk bergerak.

Ardian mengambil sendok dan menyuapnya seteguk demi seteguk.

Rudy lumayan patuh, minum dengan sangat kooperatif.

Ardian merasa seolah-olah kembali ke masa lalu, saat itu Rudy masih kecil, dia sangat gendut dan putih, terlihat seperti bakso putih, dia menyusuinya, menyuapnya makan dan minum.

Dalam sekejap mata, Rudy sudah tumbuh dewasa dan bahkan telah menjadi seorang ayah. Ardian tidak bisa mengekspresikan perasaan di dalam hatinya.

Hatinya sedang penuh perasaan rumit, ponsel di atas meja tiba-tiba berdering.

Ardian meletakkan mangkuk sup dan menyerahkan ponsel kepada Rudy.

Panggilan telepon itu dari Raymond, dia hanya mengatakan satu hal saja.

"Bertemu lagi seseorang yang keras kepala, Yunita menolak untuk mengakui kesalahan. Dia berpura-pura menjadi korban yang tidak bersalah, apapun yang ditanya, dia selalu pura-pura tidak tahu, kalau terlalu banyak bertanya, dia langsung menangis tidak berkata. Oh, dia juga meminta ingin bertemu dengan Rina.”

Rudy menutup telepon, tatapannya semakin mendalam. Pada saat ini, Yunita meminta Rina pergi menemuinya pasti bukan untuk membicarakan tentang kekeluargaan, lalu apa yang ingin dia lakukan?

……

Pada saat yang sama, pengacara membawa Rina ke pusat penahanan.

Rina pertama kali datang ke tempat ini, wajahnya pucat, dia menundukkan kepala ikut di belakang pengacara, tidak mengatakan apapun.

Pengacara membawanya ke sebuah ruangan, setelah selesai menjalankan prosedur, petugas polisi mengizinkan mereka masuk.

Rina dan pengacara duduk bersama di depan jendela besi.

Kemudian, dia melihat Yunita dibawa datang oleh dua petugas polisi wanita. Dia mengenakan seragam penjara berwarna oren dan mengenakan borgol di tangannya, dan wajahnya terlihat sangat kuyu.

“Yunita!” Rina bangkit dari kursi, dan tangannya tidak berhenti menepuk jendela besi.

“Nyonya Muray sabar, silakan duduk.” Pengacara mengingatkannya.

Rina duduk menatap Yunita dengan air mata berlinang, dan berkata dengan cemas, "Yunita, mengapa kamu terlihat begitu kuyu."

Yunita menatapnya dan mengerutkan kening. Pada saat ini, dia masih mengatakan omong kosong seperti begini.

Dia mengabaikan Rina, langsung menatap ke arah pengacara.

Pengacara membuka buku catatan dan berkata, "Nona Muray, aku telah menganalisis kasusmu. Saat ini, pengakuan Lipan sangat buruk bagimu."

“Aku tahu.” Yunita berwajah suram, kedua tangannya menarik ujung pakaiannya dengan erat.

Yunita tidak menyangka Lipan begitu tidak berguna, selain gagal menabrak orang, dia juga tidak dapat diandalkan, hanya diancam dengan beberapa kata, Lipan langsung mengkhianatinya.

“Aku tahu, Pengacara Li, tolong kamu keluar sebentar, aku ingin berbicara dengan ibuku.” Yunita berkata pada Pengacara Li.

Dia bahkan tidak selesai mendengarkan kata-kata Pengacara Li, dan juga tidak bertanya berapa lama dirinya akan dihukum.

Karena, dia tidak ingin tinggal di penjara lagi.

Pengacara Li mengangguk dan pergi. Dalam ruangan hanya tersisa Rina dan Yunita.

Rina menangis tak terkendali, “Kamu, apakah kamu gila! Sampai berani menyuruh orang menabrak Tuan keempat dan Clara, membunuh seseorang dengan sengaja, apakah kamu tahu berapa tahun kamu akan dihukum, kamu masih begitu muda.....”

“Sudahlah, sekarang apa gunanya mengatakan ini!” Yunita memotong pembicaraannya dengan tidak sabar. "Sekarang, hanya Ayah yang bisa mengeluarkan aku dari sini, kamu lakukan sesuai dengan apa yang aku katakan....."

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu