Suami Misterius - Bab 652 Sulit Untuk Dikatakan

"Suruh orang-orang yang ada di bawahmu untuk memeriksa hotel, losmen, termasuk homestay di dekat jalan raya itu."

Rudy memerintahkan lagi lalu berjalan kaki menuruni tangga.

Range Rover hitamnya berhenti tepat di bawah tangga dan Raymond memegang payung di satu tangan, dan mengulurkan yang lain untuk menarik pintu untuknya.

Setelah Rudy naik mobil, sopir bertanya dengan hati-hati, "Presdir Sutedja, pergi ke mana ini?"

"Pulang ke Jalan Gatot Subroto."

Kata Rudy, suara dingin bercampur dengan helaan napas.

Dia tidak tahu apa Clara akan pulang, dia hanya bisa pulang dan mencoba peruntungannya.

Mobil itu melaju lurus di jalan datar. Cuaca hujan badai yang sangat deras. Padahal jelas-jelas sekarang siang hari tapi seluruh kota malah berada dalam kegelapan mendung yang suram.

Pejalan kaki dan kendaraan di jalanan menjadi sangat sedikit.

Lengan Rudy bersandar di jendela mobil di sampingnya lalu tatapan matanya yang dalam memandangi rintik hujan yang ada di luar jendela.

Ketenangan di dalam mobil akhirnya dipecahkan oleh suara deringan ponselnya.

Suara dering ponsel ini berdering di waktu yang tidak tepat. Rudy mengerutkan keningnya, dia mengambil ponselnya lalu menerima telepon masuk itu. Suara tenang Hyesang yang ada di balik sisi telepon.

"Apa kamu sedang mencari Clara?"

"Em."

Rudy Jawab, suaranya terdengar dingin dan tidak ada emosi dam gejolak di dalamnya.

"Tidak usah mencari lagi, Istrimu ada di rumah istriku.”

Jawab Hyesang.

“Clara di rumahmu?”

Akhirnya ada gejolak emosi dalam suara Rudy. Hati yang daritadi gelisah akhirnya menjadi tenang dalam dadanya.

“Di rumah istriku.”

Hyesang menekankan kata-katanya sekali lagi dan suaranya terdengar berat sekali.

“Kalian pisah rumah?”

Tanya Rudy.

“Em.”

Jawab Hyesang.

Setelah pemakaman Saras selesai, keesokan harinya Ahyon pindah ke apartemennya sendiri.

Alasan yang diberikan kepada Hyesang adalah, dia sudah terbiasa hidup sendirian jadi tidak terlalu bisa beradaptasi ketika ada tambahan orang dalam rumahnya.

Mendengar alasan ini, Hyesang hanya tersenyum kecut.

Ahyon begitu ceroboh bahkan dalam membodohi Hyesang.

Dulu, ketika mereka hidup bersama kenapa Ahyon tidak pernah mengatakan kalau dia tidak terbiasa dengan kehidupan dua orang bersama.

Sekarang ketika sudah menikah, Ahyon tiba-tiba merasa kalau Hyesang mengganggu pandangan matanya, aneh sekali.

“Berikan alamat apartemen Ahyon padaku.”

Kata Rudy di balik telepon.

“Aku baru saja pulang dari sana. Aku melihat Lena membawa bahan makanan dan bumbu hotpot. Sekarang kelihatannya mereka sedang asik makan, kamu datang ke sana apa mau bergabung makan satu meja dengan mereka?”

Rudy, “.....” Dia sudah mencari Clara dimana-mana, mengkhawatirkan dan begitu tidak tenang. Tapi Clara malah sedang asik makan hotpot?

Wanita tidak punya perasaan ini. Rasanya Rudy ingin sekali segera menangkapnya kembali untuk pulang.

......Pada saat yang bersamaan ini, di apartemen Ahyon.

Jendela di ruang tamu terbuka lebar dan angin berhembus dari jendela dengan sedikit rintik hujan.

Sebuah meja bundar besar ditempatkan di tengah ruang tamu dan panci hotpot bergerak degup degup karena sudah panas.

Tiga wanita kecil duduk di sekitar meja itu, Ahyon sedang memasukan bahan makanan di dalam panci, Lena mengaduk bahan dalam panci hotpot dengan sumpitnya sedangkan Clara menompang pipinya dengan kedua tangan menatap panci itu menunggu untuk makan.

"Makan hot pot di hari hujan, rasanya enak sekali dan tidak bisa lebih baik lagi dari ini."

Kata Lena sambil meniup daging panas yang baru diambil dari panci.

"Akan lebih baik jika ada minuman alkohol."

Kata Clara.

"Ahyon, apa di rumahmu ini ada minuman alkohol?"

Tanya Lena.

Ahyon mengarahkan jarinya ke arah lemari minuman alkoholnya, "Seharusnya ada, kamu bisa mengambilnya sendiri di sana."

Setelah dia dan Hyesang mendaftarkan pernikahan mereka, Hyesang selalu saja tinggal di rumahnya dan tidak mau pergi. Lemari minuman alkohol itu juga dia yang memindahkan ke sini.

Lena berjalan ke depan lemari minuman alkohol lalu mengeluarkan sebotol anggur merah, dan memandang botol itu dengan cermat.

Meskipun makan hot pot dan minum anggur merah agak tidak cocok, tapi anggur merah ini adalah minuman anggur yang sangat baik.

"The Romanee Conti buatan tahun 1992.

Anggur yang disimpan Tuan muda ketiga Keluarga Sutedja cukup lumayan juga ya. Hari ini kalau begitu ‘dimanjakan’ olehnya"

Lena tersenyum senang lalu kembali ke samping meja.

"Kita bertiga "dimanjakan " olehnya satu botol ini. Aku benar-benar khawatir itu akan kewalahan.

Kata Clara dengan serius.

Bahkan, Maksudnya adalah dia khawatir satu botol ini tidak akan cukup untuk mereka bertiga.

Ahyon, "..." Dia menyesal membawa mereka berdua pulang.

Yang satu bilang kalau telah putus cinta dan ingin menyembuhkan luka-lukanya.

Yang satunya lagi dijemputnya di tengah jalan, terlihat begitu menyedihkan seolah tidak punya rumah untuk kembali jadi dia memaksa untuk ikut ke rumahnya.

Sekarang, dua orang ini malah sedang makan, minum, berbicara dan tertawa, dari rambut sampai tumit, tidak terlihat sama sekali kalau mereka putus cinta dan sedih.

"Ahyon, apa kamu punya gelas anggur merah?"

Kata Lena lagi.

Ahyon tak berdaya dan bangkit dari posisinya berjalan ke dapur dan mengeluarkan tiga gelas kristal anggur merahnya.

Lena membawa botol anggurnya lalu menuangkan anggur merah dan menyentuhkannya ke gelas Clara.

"Romanee Conti?

Tahun ini setidaknya tahun 90 tahunan. "

Clara menggoyangkan gelasnya.

Clara tidak tahu banyak tentang minuman anggur sebelumnya, tetapi Rudy memiliki kilang anggur pribadi dan dia terkadang kalau punya waktu kosong akan pergi menemani Rudy minum dan duduk bersama sehingga perlahan mulai belajar sedikit-sedikit tentang minuman anggur.

"Em, enak sekali kok.

Ahyon, kenapa kamu tidak minum? "

Tanya Lena memandang Ahyon.

Ahyon, "..." Dia saat ini merasa kalau dirinya lah yang tamu .

Perlahan Ahyon mengambil gelas itu dan menyesap minuman anggurnya.

Begitu masuk di mulut rasanya pedas tetapi ketika sudah mengalir ke tenggorokan terasa manis.

Di dalam lamunannya tiba-tiba masih terdengar suara pria itu yang begitu berat dan rendah di samping telinganya, pria itu berkata, "Ketika kamu menciumku pertama kalinya, kebetulan kamu barusan minum alkohol, alkohol ini dan ciumanmu memiliki rasa yang sama."

Ahyon melamun sejenak. Sedangkan Clara dan Lena mengobrol dan berbicara dengan sangat asiknya.

"Usus bebek akan matang selama beberapa detik setelah dimasukkan ke dalam panci. Jika waktu memasaknya terlalu lebih lama, rasanya akan berubah."

Lena memegang sumpit, mengambil beberapa usus bebek, dan menaruhnya di mangkuk Clara.

"Cobalah."

Clara mencelupkan usus bebek ke dalam saus dan memasukkannya ke dalam mulutnya, lalu mengangguk dengan wajah penuh bahagia, "Wah, enak sekali.

Aku tidak menyangka ternyata kamu belajar banyak tentang makanan ya."

"Hal ini diajarkan oleh Raymond. Dia adalah pria yang suka sekali makan, minum, dan bersenang-senang."

Lena mengangkat bahunya lalu di senyumnya tampak kepahitan yang samar. Matanya sedikit merah, seolah-olah dia akan menangis.

"Aku putus cinta dan hatiku sungguh sedih dan tidak nyaman.

Kamu segera hibur aku dong. "

Gumam Lena.

"Nona Lena, kamu sudah putus cinta selama lima tahun."

Kata Ahyon tak berdaya.

"Kamu masih saja belum keluar dari hubungan terakhirmu itu selama lima tahun?

Lena, kamu benar-benar mencintainya ya.

Sebenarnya apa baiknya Raymond sih?"

Tanya Clara tidak mengerti.

Raymond hanyalah pria yang suka tebar pesona di mata Clara.

Tangan Lena menopang dagunya lalu wajahnya tampak sedih, "Dia baik sekali di segala hal.

Ada makanan lezat, dia pasti memberikannya kepadaku. Ada mainan yang menyenangkan, dia akan membiarkan aku memainkannya. Aku juga dibolehkan olehnya untuk seenaknya mengganggunya.

Jika ada seseorang menggangguku, dia akan membantuku."

Clara, "..." Ahyon, "..." Kalau seperti ini, Raymond memang benar-benar baik.

"Raymond sekarang bekerja di bawah Tuan muda keempat Keluarga Sutedja, Clara, Nyonya Sutedja bisakah kamu menyuruh suamimu untuk memerintahkan pernikahan dan menyelesaikan masalah besarku yang seumur hidup ini.”

Lena meraih tangan Clara dan berkata dengan setengah bercanda dan setengah serius.

Clara mengulurkan tangan dan menepuk pundak Lena, lalu berkata dengan sedikit bercanda tapi serius, “Hari ini, aku baru saja kehilangan kasih sayang. Jadi mungkin tidak bisa membantumu.”

“Kamu kehilangan kasih sayang?”

Lena sangat terkejut, “Karakter Rudy adalah yang paling stabil. Dulu ketiika Rahma di sampingnya. Dia bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun padanya dan jelas langsung bersikap seperti tidak mengenal Rahma saja. Clara, hal buruk dan menjengkelkan apa yang telah kamu perbuat sehingga membuatnya marah?"

Clara memanyunkan bibirnya lalu berkata, “Aduh, sulit dikatakan.”

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu