Suami Misterius - Bab 435 Lihai Mengendalikan Suami

“Aku telah bertahun-tahun menjadikan mbak Nung sebagai pengintai, sangat disayangkan bahwa pengorbanannya tidak dapat mengusir Nalan Vi.” Keluh Ardian.

"nenek belum tentu tidak tahu hal-hal kacau yang dilakukan Nalan Vi. Hanya saja Revaldo selalu menampilkan kondisinya yang seakan-akan hampir putus napas, nenek dan Tuan Tua hanya bisa menurutinya. Kita tidak bisa mengapa-apakan suami istri itu untuk sementara waktu ini."

Ardian terdiam beberapa saat setelah mendengarkan.

Sudut bibir Rudy terangkat, memasangan senyuman licik, "Kak, apakah kamu pernah mendengar permainan kucing-dan-tikus? Setelah kucing menangkap tikus, ia tidak akan membunuhnya secara langsung, tetapi ia akan mengendalikannya dan mempermaikannya."

Ardian tentu mengerti apa yang dimaksud Rudy. Revaldo melakukan hal-hal itu pada mereka dulu, terlalu menguntungkannya jika membiarkannya mati begitu saja!

"Aku tidak mau urus lagi, terserahmu mau main apa."

Rudy tersenyum jelas, "Kamu cukup tinggal di kota Jing dengan tenang, biarkan dia menemanimu dengan baik."

“Kamu tidak perlu campur tangan dalam urusanku.” Ardian langsung mematikan telepon setelah melontarkan kalimat ini.

Rudy tersenyum sambil menggelengkan kepala, melepaskan headset Bbluetooth di telinga dan melemparnya ke samping.

Dia memang tidak punya waktu untuk mengurus masalah Ardian, masalahnya sendiri bahkan belum terurus.

Satu tangan Rudy memegang setir, tangan lainnya menggenggam ponsel, menekan nomor Clara, sesuai dugaan, tidak ada yang menjawab telepon.

Rudy tersenyum tak berdaya, dia meminta orang memeriksa keberadaan Clara. Barulah dia tahu bahwa Clara berada di vila daerah Marina.

Mengetahui gadis kecil telah pulang ke rumah, Rudy pun merasa lega. Memutar balik mobil dan melaju ke arah Marina.

Begitu Rudy memasuki pintu, sebuah bantal tertuju pada wajah tampannya, Rudy secara naluriah menghalangi bantal itu dengan tangan.

Clara duduk di sofa, memelototinya dengan wajah cemberut.

Rudy menghampirinya dengan memasang senyuman hangat, secara terbiasa mengulurkan tangan hendak membelai kepalanya, tetapi Clara menghindar dengan kening berkedut, mengambil bantal dan menghantamnya lagi.

Kali ini, Rudy tidak lagi menghindar, membiarkan Clara memukulnya dengan bantal, tetapi pukulan bantal pastinya tidak menyakitkan bagi Rudy.

“Marah?” Tanya Rudy dengan suara hangat disertai senyuman tipis di bibir.

Tampilan gadis kecil yang mengambek terlihat sangat lucu.

Clara menatapnya dengan sengit, "Jika aku yang dipeluk pria lain sambil mendengar pengakuan perasaannya padaku, tidakkah kau marah!"

Rudy jarang membisu oleh kata-katanya.

Clara sementara tidak ingin memedulikannya, berdiri dan berjalan ke lantai atas. Rudy mengikutinya.

Clara masuk ke kamar tidur, tepat saat Rudy juga hendak masuk, Clara mengulurkan tangan untuk menghentikannya.

Rudy mengangkat alis, menatapnya dengan paras bingung.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk. Mulai hari ini, tidur di ruang belajar." Usai bicara, Clara membanting pintu.

Rudy dikunci oleh Clara di luar pintu, punggung bersandar ke dinding, wajah tampan diliputi ketidakberdayaan.

Tengah dia berpikir apakah mau mengambil kunci cadangan untuk membuka pintu, pintu kamar terbuka.

Clara keluar dari dalam dengan berpakaian rapi. Tangan menenteng tas, jelas mau keluar.

“Ke mana?” Tanya Rudy.

Clara mengabaikannya, langsung turun ke bawah dan berjalan keluar dari villa.

Rudy mengikutinya langkah demi langkah sampai di pintu vila. Dia melihat sebuah mobil Toyota hitam terparkir di depan, Clara langsung membuka pintu mobil itu dan masuk.

Tubuh tinggi Rudy berdiri di samping mobil, segera, jendela mobil bergerak turun, Luna menatapnya sambil tersenyum.

"Direktur Rudy, kupinjam istrimu dua hari, kami mendadak menerima iklan." kata Luna.

Rudy mengangguk tanda mengerti, tatapan terus fokus pada Clara.

Clara terus menundukkan kepala, tidak menatapnya sekali pun. Kemudian, mobil melaju perlahan.

Mobil Luna tidak melaju kencang, setelah mengambil belokan, barulah sosok Rudy menghilang dari kaca spion.

Luna memegang setir dengan kedua tangan, memandang ke arah Clara dan bertanya dengan santai, "Tengkar?"

"Tidak." Jawab Clara, "Orang seperti Rudy, mau tengkar pun susah.”

“Karena Tuan keempat Sutedja mengalah padamu.” Luna berkata sambil tersenyum.

Jarak usia antara Rudy dan Clara tidak jauh, dalam pandangan Rudy, Clara tidak berbeda dengan gadis kecil, jika dia bertengkar dengan Clara, maka dia akan terlihat tidak beretika.

“Kenapa dia bisa membuatmu marah?” Luna bertanya lagi, dia agak khawatir Clara akan membawa emosinya ke kerja.

Clara merapatkan bibir, menyampaikan garis besar tentang apa yang terjadi kemarin.

Setelah mendengar itu, Luna agak kaku lidah. Dalam kehidupan orang kaya, bahkan hal-hal kotor semacam ini pun dapat terjadi, benaran lebih mengasyikkan daripada serial TV.

"Tuan keempat Sutedja bukan orang bodoh, bagaimana mungkin dia tertarik pada wanita tidak senonoh seperti itu. Kamu benar-benar tidak seharusnya bertengkar dengannya karena masalah ini." saran Luna.

Clara sekedar mengangkat bahu, "Aku tentu tahu bahwa tidak ada apa-apa antara Rudy dan Amy . Aku emosi dengannya untuk menunjukkan posisiku. Baik itu Amy , Amo, atau Ame, selama dia terjerat dengan wanita mana pun, aku bakalan marah. Sehingga kedepannya dia akan lebih berhati-hati dan waswas saat ada wanita yang ingin mendekatinya."

Setelah mendengarkannya, Luna merasa bahwa apa yang dikatakan Clara memang tidak salah, tapi Clara terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi atau bahkan tidak akan terjadi.

"Aku rasa Tuan keempat Sutedja bukan orang yang sembarang. Terlebih lagi, tadi aku melihat bahwa kaulah satu-satunya di matanya, tidak ada yang bisa menarik perhatiannya."

Clara menopang pipinya dengan satu tangan, berkata dengan nada tak berdaya, "Dia terlalu sempurna, dan ada terlalu banyak godaan di luar. Dulunya, bukankah di mata Gusti juga hanya ada kamu, tetapi pada akhirnya ia tetap saja tidak tahan dengan godaan di luar."

“Untuk apa membahas Gusti, dia tidak beda dari bajingan!” Luna berkata dengan nada menghina.

"Sebaik apa pun pengendalian diri seorang pria, pernikahan tetap perlu dikelola. Jika tidak dikelola dengan baik, maka pastinya akan lebih besar pasak daripada tiang, perasaan akan terkuras habis, pada akhirnya sulit untuk menghindari perceraian. Jika ingin mengelolanya dengan baik, perlu mengambil sedikit langkah licik. Seperti sekarang ini, aku marah dan cemburu. Rudy akan merasa bahwa aku sangat peduli padanya. Dia juga akan merasa berhutang atapun bersalah padaku, maka kedepannya dia pun akan lebih baik dan lebih memperhatikanku."

Setelah Luna mendengarnya, dia tersenyum tipis. Tiba-tiba merasa bahwa gadis kecil zaman sekarang berpikiran dalam, tidak seperti dirinya yang dulu, begitu bodoh hanya memedulikan masa depan Gusti, hasil akhirnya malah dinikmati orang lain.

"Gadis kecil lihai mengendalikan suami ya."

Mendengar itu, Clara tidak tahan untuk menghelakan napas, "Kak Luna, sebenarnya sangat melelahkan untuk mencintai seseorang. Semakin kamu mencintainya, semakin kamu peduli padanya, semakin kamu takut akan kehilangannya. Rudy mencintaiku, aku tahu. Dia bilang dia ingin menghabiskan seumur hidup denganku, aku juga percaya. Namun, perjalanan seumur hidup terlalu panjang, aku tidak yakin apakah dia bisa mencintaiku begitu lama."

Tatapan Clara tampak bingung. Setiap kali terjadi masalah antar dia dan Rudy, tidak ada cara baginya untuk menghindari perasaan takut akan kehilangan. Perasaan ini seperti tahanan yang dijatuhi hukuman mati dan sedang menunggu hari kematiannya. Bukan kematian itu sendiri yang menakutkan, tetapi proses menunggu kematian itu.”

Setelah mendengar ini, Luna tersenyum tak berdaya, "Apakah kamu tidak takut penuaanmu akan lebih cepat karena selalu mengkhawatirkan begitu banyak hal. Jika kamu takut, cepat lahirkan seorang anak utnuknya. Tidak peduli seberapa kuat hubungan cinta itu, pada akhirnya tetap akan berubah menjadi hubungan keluarga, setelah mempunyai anak, ikatan kalian akan berubah dari cinta menjadi keluarga, maka kalian pun tidak mudah terpisahkan lagi."

Clara merapatkan bibir, tidak mengatakan apa-apa. Dia punya anak, tapi dia merasa cukup menyedihkan untuk mempertahankan pria dengan ikatan anak.

Pikiran Clara menjadi semakin kacau, akhirnya dia memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu