Suami Misterius - Bab 674 Aman Dan Sehat

“Kamu ingin Rudy mengenali Bobo, apakah hanya karena ingin Bobo mendapatkan apapun yang dia ingin tanpa perlu bekerja keras dan menikmati kehidupan yang mewah?”

Clara bertanya dengan tenang.

Dia benar-benar tidak mengerti pikiran Rahma.

Meskipun dia jarang berada di samping Wilson, tapi dia selalu memberitahunya, meskipun ayah sangat kaya, tapi itu didapat dari kerja keras ayahnya.

Wilson juga harus belajar dan berusaha keras, menjadi orang yang bermanfaat bagi negara dan masyarakat di masa depan.

Rudy pernah berkata meskipun ingin mewarisi bisnis keluarga, juga harus memiliki kemampuan untuk mempertahankannya.

Kalau tidak, tidak peduli seberapa besar bisnisnya, juga dapat dihancurkan dengan mudah.

Revaldo adalah contoh terbaik.

Pandangan Rahma tentang kehidupan sangat berbeda dengan Rudy, tidak heran pada akhirnya mereka akan berpisah.

"Ini memang pantas didapatkan Bobo! Dia berhak menikmati segala sesuatu yang dimiliki Rudy seperti putramu."

Rahma berkata dengan yakin dan tegas.

Clara merasa dirinya tidak ada apapun yang bisa dibicarakan lagi, dia merasa tak berdaya, mengangkat kopi dan menyesapnya.

Rahma malah berwajah penuh keluhan dan berkata dengan tegas.

"Clara, meskipun status keluargamu tidak terlalu tinggi, tapi kamu tidak pernah mengalami kehidupan susah.

Beberapa tahun ini, aku telah merasakan dingin dan hangatnya dunia, jadi aku tidak ingin putraku terus hidup seperti ini."

Clara tetap tidak berkata, dan menatapnya dengan tatapan tidak setuju.

Clara tidak jelas kehidupan apa yang dialami Rahma dan putranya.

Tapi Wilson hanya menjalani hidup seperti anak biasa.

Rudy tidak mengirimnya ke taman kanak-kanak yang mahal, di masa depan juga tidak akan masuk sekolah yang mahal.

Bahkan Rudy sendiri juga tidak pernah belajar di sekolah yang mahal, tapi belajar seperti biasanya di sekolah umum.

Biasanya Wilson pergi ke taman kanak-kanak diantar jemput oleh Sus Rani, kecuali terburu-buru, kalau tidak Rudy hampir tidak pernah menjemput anak dengan menggunakan mobil mewah.

Pakaian dan sepatu Wilson diutamakan nyaman, tidak pernah mengejar merek.

Wilson juga tidak pernah memamerkan ayah dan ibunya di taman kanak-kanak.

Rudy sering memperingatkan anak-anak, bahwa yang paling layak dipamerkan adalah prestasinya sendiri, orang yang tidak berguna baru akan memamerkan orang tua mereka.

"Aku memang tidak pernah menjalani kehidupan susah, aku bahkan tidak mengerti kata ‘kehidupan susah’ yang kamu maksud.

Bagiku, kehidupan yang aku inginkan hanyalah: aman, sehat, dan sejahtera.

Tapi kehidupan yang kamu inginkan, seharusnya adalah: Hidup mewah dan kaya raya.

"Apakah sekarang Nyonya Sutedja ingin mendiskusikan kehidupan dan nilai pandangan, kemudian mengkritikku?

Tidakkah kamu merasa topik telah teralihkan?

Atau kamu sengaja menghindari masalah Bobo."

Rahma tersenyum dingin.

Clara menggelengkan kepalanya tak berdaya, "Tidak ada yang harus dihindari karena aku tidak ingin terus membahas topik ini denganmu.

Kalau kamu merasa ada masalah dengan tes paternitas, kamu dapat mengajukan permohonan ke pengadilan."

Selesai berkata, Clara mengambil tas dan pergi.

Dia baru saja mengulurkan tangan dan membuka pintu ruang pribadi, langsung terdengar suara Rahma dari belakang, "Mengatakan sejujurnya, aku sudah tidak peduli apakah Rudy masih mencintaiku, tapi Bobo adalah putranya, dan putraku membutuhkan seorang ayah.

Kalau kalian memaksaku seperti ini, aku tidak keberatan membesar-besarkan masalah ini, dan pergi ke pengadilan."

"Terserah kamu."

Clara berkata dengan tidak sabar, mengenakan kacamata hitam dan topi, menginjak sepatu hak tinggi dan pergi.

Clara mengendarai mobil langsung pulang ke rumah, membeli sekantong manggis di toko buah dekat luar komunitas, si kecil sangat suka makan manggis.

Clara naik lift ke atas, mengambil kunci dan membuka pintu, sambil mengganti sandal, dia berteriak ke arah dalam, "Wilson, cepat datang, lihat apa yang dibeli ibu?

Manggis kesukaanmu.

Kucing rakus, cepat turun sebelum ibu habisin."

Setelah mengganti sandal, Clara menenteng kantong naik ke atas, baru sampai di sudut tangga, langsung mendengar suara dari dalam kamar.

"Apakah namamu Bobo, bisakah kamu duduk diam di sini, jangan sembarang menyentuh, aku akan segera menghubungi keluargamu dan meminta mereka datang menjemputmu."

Terdengar suara Sus Rani yang cemas dan tak berdaya dari dalam ruangan.

“Abang, mainan pistol ini milikku, bisakah kamu mengembalikannya padaku?”

Wilson berkata dengan sopan dan terdengar sedih.

Bobo?

Abang?

Apa situasinya?

Clara mengerutkan kening dan masuk ke dalam, dia menemukan kamar anak menjadi berantakan, lantai dipenuhi mainan, terlihat kacau.

Seorang anak laki-laki terlihat sekitar lima atau enam tahun duduk di mobil mainan Wilson, dan tangannya mengambil mainan pistol.

Dalam pandangan sekilas, Clara langsung mengenali anak ini adalah anaknya Rahma.

“Sus Rani, apa yang terjadi?

Mengapa anak ini berada di sini?”

Sus Rani menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tak berdaya: "Tadi siang, wanita yang sudah pernah datang beberapa kali datang membawa anak ini, aku bertanya padanya apa yang terjadi, dia mengabaikanku dan langsung pergi setelah meninggalkan anak di sini.

Anak yang begitu kecil, aku tidak bisa mengusirnya keluar.

Haiks, tidak tahu apa yang dipikirkan ibunya."

"Bu, abang mengambil mainanku."

Wilson bergegas datang, memeluk kaki Clara, dan mengangkat wajahnya yang sedih

Clara mengulurkan tangan, mengelus kepala putranya, dan berkata dengan sabar, "Wilson yang baik, minjamkan mainannya sebentar untuk abang."

"Oh."

Wilson mengangguk.

Clara menyerahkan manggis di tangannya kepada Sus Rani, "Sus Rani, kamu bawa Wilson turun dulu ke bawah."

"Baik."

Sus Rani mengambil buah, dan menggandeng tangan Wilson, "Wilson, ayo turun ke bawah bersama bibi dan makan buah manggis kesukaanmu."

Wilson mengikuti Sus Rani ke lantai bawah dengan patuh.

Clara berjalan ke depan Bobo, berjongkok, dan berkata dengan nada ramah: "Namamu Bobo?"

“Ya.”

Bobo mengangguk.

“Berapa umurmu?”

Clara bertanya lagi.

“Lima setengah.”

Bobo menjawab.

Clara mengangguk, mengulurkan tangan mengelus kepala Bobo, “Bobo sangat patuh, kalau begitu kamu memberitahu Bibi, mengapa kamu berada di rumah bibi?”

“Ibu membawaku ke sini.

Ibu menyuruhku tinggal di sini, tinggal bersama ayah, ayah akan memberikan banyak mainan untukku.”

Tapi aku sudah datang begitu lama, masih belum bertemu ayah, aku sudah beberapa hari tidak bertemu ayah, aku rindu dengan ayah, dan juga rindu dengan nenek.”

Bobo mencibir berkata.

Clara mengerti, ayah dan nenek yang dia katakan adalah Santos dan ibunya.

Anak dibesarkan di keluarga Rugos, dia memiliki perasaan terhadap orang-orang keluarga Rugos.

“Bobo, Ibumu mungkin salah, Ayah dan nenekmu tidak ada di sini, aku akan menyuruh ibumu datang menjemputmu, oke?”

Clara berkata dengan lembut.

Bobo mengangguk.

Clara mengulurkan tangan, dan membuka telapak tangan di depannya.

“Bobo, sekarang turun bersama bibi ke bawah dan memakan buah-buahan, oke?

Di sini adalah kamar tidur adik, kalau menjadi berantakan, adik tidak bisa tinggal.”

“Apakah Bobo bisa bertemu dengan ibu setelah makan buah-buahan?”

Bobo bertanya.

“Ya.”

Clara mengangguk.

“Bibi, bisakah aku membawa pergi mainan pistol ini ?”

Bobo bertanya, dan berwajah memohon.

“Bobo suka dengan pistol ini?”

“Ya.”

Bobo mengangguk dengan kuat.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu