Suami Misterius - Bab 879 Ini Yang Namanya Menggoda

Rudy tersenyum rendah, menarik tangan Clara dari matanya.

Ujung jari Clara sedikit dingin. Bibir tipis Rudy bergerak, memasukkan salah satu ujung jari Clara ke dalam mulut. Mata indah Rudy menatap Clara tanpa berkedip.

Clara merasa ujung jarinya gatal, ini adalah perasaan yang belum pernah ada sebelumnya. Di dalam dada, jantung berdebar kencang, seolah-olah akan melompat keluar kapan saja.

Di bawah tatapan Rudy yang membara, Clara merasa pipinya memanas, napasnya mnejadi kacau.

Setelah beberapa saat, Rudy melepaskan tangan Clara, bibi menempel pada telinganya, berbisik, "Nyonya Sunarya, ini baru namanya menggoda."

Sangat jelas bahwa Rudy berhasil menggoda Clara.

Tubuh mereka berdua saling menjerat, suhu di dalam ruang berangsur meningkat.

Karena Clara amat aktif, hubungan seks kali ini membuat Rudy sangat tergerak sehingga dia agak kehilangan kendali. Kemesraan ini berlanjut sampai senja.

Setelah berakhir, Clara berbaring terengah-engah di dada Rudy. Ujung jari yang ramping melingkar-lingkar di dada Rudy.

"Rudy, jangan berpikir godaan ini dapat menghentikan protes dariku. Kamu harus bertanggung jawab atas barangku yang hilang di rumahmu." Clara menunjukkan ekspresi marah, tapi suara lembutnya seakan bisa melumaskan tulang orang.

Rudy tersenyum hangat, mengulurkan tangan untuk meraih ujung jari Clara yang mengacau, meletakkannya di bibir dan menciumnya, "Jangan khawatir, barang-barangmu akan segera dibawa ke sini."

Sikap Rudy sudah sangat jelas, Nenek Sunarya dan Bahron bukah orang yang ceroboh. Mereka tahu siapa yang lebih penting, seorang cucu yang mewarisi bisnis keluarga atau seorang anak perempuan yang sudah menikah.

“Hah?” Clara nanar memandangnya.

Rudy mengelus kepala Clara, gerakan itu penuh dengan pemanjaan, dia tidak memberi penjelasan. "Pergi mandi."

Clara bangkit dari tempat tidur dengan malas, ketika dia berjalan ke kamar mandi untuk mandi, dia tiba-tiba merasakan sakit di perutnya.

Tadi dia tenggelam dalam kemesraan yang menggembirakan itu, selain rasa senang dan puas, ia tidak merasakan ketidaknyamanan.

Setelah mandi dan berbaring dengan tenang di tempat tidur, rasa sakit ini semakin menjadi.

Karena rasa sakit tidak kuat, Clara pun mengabaikannya. Setelah tidur sebentar, dia bangun dan berganti pakaian, pergi ke sekolah bersama Rudy untuk menjemput Wilson.

Wilson memiliki kelas bahasa setiap hari Senin, dia baru pulang sekolah pukul 5.30.

Pada musim dingin, langit lebih cepat gelap. Jadi, langit sudah sepenuhnya gelap pada pukul 5:30. Lampu jalan yang tinggi di kedua sisi jalan dan lampu dari deretan kendaraan sangat menyilaukan.

Angin terasa dingin dan kencang pada malam musim dingin, meskipun Wilson mengenakan jaket bulu yang tebal, tapi wajahnya tetap memerah karena kedinginan.

Rudy memeluk putranya ke dalam mobil, menyalakan penghangat ruangan di dalam mobil ke suhu tertinggi.

Awalnya mereka berencana pergi ke supermarket terdekat untuk berjalan-jalan, tetapi suhu terus menurun dalam dua hari terakhir, malam sangat dingin. Rudy khawatir istri dan putranya akan masuk angin, jadi dia pun langsung pulang.

Setelah pulang ke rumah, Clara masih merasa sedikit tidak nyaman di perutnya, tapi itu masih dapat ditahan, jadi dia pun tidak bilang.

Hanya saja, ketidaknyamanan itu menyebabkannya tidak nafsu makan pada malam hari, dia hanya makan setengah mangkuk.

“Mengapa makan begitu sedikit, apakah makanannya tidak sesuai dengan seleramu?” Sus Rani bertanya.

“Tidak, aku yang tidak nafsu makan.” Jawab Clara

Melihat raut muka Clara tidak begitu baik, Rudy merangkul bahu Clara dan bertanya dengan cemas: "Kamu sakit?"

“Perutku sedikit sakit, mungkin suhu terlalu dingin, jadinya masuk angin.” Sahut Clara.

Rudy mengernyit, "Kedepannya kamu tidak boleh bertelanjang kaki, aku akan membawamu ke rumah sakit besok."

"Tidak perlu pergi ke rumah sakit, ini bukan masalah besar, jangan memperbesar masalah kecil." Clara bergumam. Dia selalu tidak menyukai bau desinfektan di rumah sakit.

"Dokter yang berhak menyatakan apakah itu masalah besar atau masalah kecil. Aku akan menemanimu ke rumah sakit besok." Rudy mengambil keputusan akhir.

Clara memoncongkan bibir, wajah kecil tampak cemberut sebagai tanda ketidakpuasannya terhadap Rudy yang meraja dan berkuasa. Tapi dia hanya bisa tidak puas, perlawanannya tidak pernah berhasil.

Seusai makan malam, Rudy menemani Wilson untuk mengerjakan tugas sekolah di kamar.

Rudy sangat sabar, dia selangkah demi selangkah mengajar Wilson untuk menulis. Pada saat bersamaan dengan menulis, dia menyusupkan prinsip-prinsip kehidupan kepada Wilson.

Sebenarnya, berprilaku sama saja dengan menulis, teratur dan rapi,

Clara memandang mereka dari luar ruangan untuk sementara waktu. Melihat suami dan putranya, senyuman puas perlahan menyembul di wajahnya.

Rudy adalah ayah yang baik, menjadi putranya sangatlah bahagia.

Pada malam hari, Rudy juga membacakan dongeng untuk Wilson sebelum tidur, meninabobokannya.

Setelah anak tertidur, barulah dia kembali ke kamar tidur utama.

Di kamar tidur.

Clara berbaring miring di tempat tidur, dia dalam kondisi sangat mengantuk. Agaknya kemesraan di siang hari terlalu dahsyat sehingga Clara merasa sekujur tubuhnya pegal dan sakit, dia hanya ingin menguburkan kepalanya dan tidur nyenyak.

Rudy tidak mengganggu nya, tetapi memeluknya dengan lembut, berusaha membuatnya tidur lebih nyaman.

Namun, Clara ditakdirkan untuk tidak bisa tidur nyenyak pada malam ini. Entah kapan, dia terbangun karena rasa sakit di perutnya.

Dia menahan rasa sakit dan duduk dari tempat tidur.

Rudy selalu tertidur dengan waspada. Begitu Clara bergerak, dia pun ikut bangun. Dia melihat Clara duduk di tepi tempat tidur sambil memegangi perutnya dengan wajah yang terlihat kesakitan.

“Kenapa?” Tanya Rudy dengan cemas, mengulurkan tangan untuk memeluk Clara.

Tubuh hangat Rudy menempel di punggung Clara, Clara merasa hangat dan nyaman, seolah-olah ketidaknyamanan di tubuhnya lantas mereda banyak.

"Sakit perut. Aku pergi ke kamar mandi dulu." Clara menarik napas panjang.

Clara berjalan ke kamar mandi, melepas celananya, barulah dia menemukan noda darah di celana dalamnya.

Clara merasa lega, ternyata sakit perut itu disebabkan oleh menstruasi.

Dia berjalan keluar dari kamar mandi dengan wajah yang masih pucat. Dia mengeluarkan kotak obat dari dalam lemari dan menelan obat penghilang rasa sakit. Kemudian, dia berbaring kembali di tempat tidur sekaligus menarik selimut untuk menutupi diri.

Sementara Rudy sudah berpakaian rapi dan mengeluarkan mantel Clara, siap membawanya ke rumah sakit.

“Tidak perlu pergi ke rumah sakit, aku hanya menstruasi, kepanikan kosong.” Kata Clara dengan lemas.

"Sakit menstruasi juga termasuk penyakit, pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih aman.” Ujar Rudy.

"Tapi, pergi ke rumah sakit pada malam hari karena sakit menstruasi amat canggung." Ucap Clara.

Rudy bimbang sejenak, lalu mengangguk, "Kalau begitu, kita pergi besok pagi saja."

“Iya.” Jawab Clara dengan samar-samar, tanganlalu merangkul leher Rudy dan menarik dekat kepala Rudy, mencium bibir tipisnya dengan lembut.

“Suamiku, aku sangat mengantuk, tidurlah."

“Iya.” Rudy melepas mantel. Berbaring miring di samping Clara, telapak tangan hangat terus menempel di perut Clara.

Rasa hangat menjalar di sekitaran perut, obat penghilang rasa sakit juga telah bekerja, Clara merasa tidak begitu sakit lagi, segera tertidur.

Tidur kali ini cukup nyenyak.

Pagi esok harinya, setelah Clara bangun, perutnya tidak lagi sakit. Dia pun tidak menganggap serius hal ini.

Dia dan Sus Rani mengantar Wilson ke sekolah. Saat pulang, dia kebetulan bertemu Ardian di lantai bawah.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu