Suami Misterius - Bab 50 Perempuan Harus Punya Harga Diri

Wajah Clara sudah biru membeku kedinginan, meskipun sudah terselimuti handuk tebal tapi tetap saja dia masih menggigil.

Handy bersama dengan Clara berjalan keluar ke ujung pantai. Lalu Handy meminta maaf, “Maaf, merepotkanmu karena harus masuk lagi ke dalam air.”

Handy adalah pria cantik yang sangat terkenal di lingkaran karir ini, suara serak dan seksi dengan pesonanya tak terbatas.

Sedangkan Clara jelas hanya sekedar menghormatinya saja, “ Guru Han, Tidak perlu berkata seperti itu. Aku ini yang rajanya artis yang tidak bagus jadi pasti banyak merepotkanmu.”

Selesai Clara berkata dengan sopannya, dia melingkarkan handuknya lalu berjalan keluar dari spot tempat syuting.

Dari kejauhan, Handy melihat Clara yang berjalan menuju ke samping seorang pria. Punggung pria itu begitu tegap. Karena dipunggungi jadi Handy tidak bisa melihat jelas wajah pria itu. Tapi jelas, jika pria itu bukan orang di lingkaran mereka, harusnya pria itu datang hanya untuk berkunjung saja.

“ kak Han, minumlah air hangat ini agar menghangatkanmu.” Asistennya menyerahkan secangkir teh hangat.

Ekspresi wajah Handy tidak terlalu senang, dia mengulurkan tangan dan menolaknya, “Aku tidak kedinginan.”

Asisten itu merasa sedikit tidak senang, lalu berjalan menjauh sambil memandangi Handy dengan wajah bingung.

*

Di sisi lain, tatapan mata tenang dan gelap Rudy terjatuh ke diri Clara.

Satu tangan Rudy memegang rokok, menyembulkan asap samar di antara bibir tipis dan tegasnya. Lalu terdengar perlahan suara serak, berat dan rendahnya, “ Sus Rani memintaku membawakan ini kepadamu.”

Rudy menyerahkan termos makanan hangat ke Clara.

Clara memegang termos itu lalu membuka tutupnya, asap panas harum menyebul keluar dari dalam termos itu.

“Sup Bebek! Harumnya.” Mata Clara bersinar.

Terakhir kali Clara makan di apartemen itu, dia sangat menyukai sup bebek yang dimasak oleh Sus Rani. Sus Rani juga mengatakan lain kali kalau ada kesempatan lagi, dia akan memasakkan lagi untuk Clara. Tidak disangka ternyata dia mengirimkan sup itu langsung ke lokasi syuting.

Clara memeluk termos makanan itu, meminum supnya sambil menggigil tak hentinya karena kedinginan.

“Dingin sekalikah?” Tanya Rudy dengan alis terangkat.

Ujung lidah Clara dijulurkan untuk menyeruput sup panas itu, asap panas keluar dan mengelilingi serta mengkaburkan sekeliling Clara. “Coba saja kamu berendam setengah jam di dalam laut yang suhunya di bawah nol!”

Setelah mendengar itu,Bibir tipis Rudy memanyun dengan aura yang dalam dan gelap memandang ke Clara, mata hitam yang gelap dan dalam itu menahan semua emosinya sehingga membuat orang tidak bisa melihat jelas apa yang sedang dipikirkannya.

Clara sudah meminum setengah termos supnya, akhirnya tubuhnya mulai menghangat kembali, dan pikirannya juga kembali bekerja normal. Clara baru ingat lalu dia bertanya kepada Rudy, “Kamu tidak khusus kesini hanya untuk membawakanku sup kan?”

“Kamu terlalu banyak berpikir deh.” Tutur Rudy dan menundukkan pandangan matanya.

Pagi ini ketika Rudy mau berangkat, Sus Rani kebetulan sedang memasak sup bebek. Karena tahu Rudy nanti lewat lokasi syuting Clara jadi sudah pasti dia meminta Rudy untuk sekalian membawakan sup itu untuk Clara.

“Cih!” Clara mendengus tidak senang. Bulu mata yang sangat lentik berkedip beberapa kali memandang sinis ke Rudy.

Rudy masih saja duduk tegap di sana dan tidak merespon dengan pandangan mata sinis dari Clara.

Pandangan mata Clara jatuh ke kemeja rapi Rudy. Kemeja garis-garis berwarna biru gelap yang tampak pembuatannya begitu indah. Clara tidak paham mengenai pakaian pria, tapi setiap detail di kemeja itu terlihat jelas begitu terhormat mahal tapi sederhana.

Rasanya Clara hampir terbiasa mengulurkan tangannya lalu ingin sekali membuka kancing kemeja itu dan melihat merek dari kemeja itu. Dia membatin, ‘Jika pria ini berani sekali lagi memberi barang mewah dan mahal dengan uang susu bubuk anaknya, lihat saja bagaimana dirinya akan membereskan pria ini!

Lalu, belum sempat tangan Clara menyentuh kemeja Rudy, pergelangan tangannya sudah dipegang oleh tangan Rudy.

Telapak tangan yang kuat dan ramping itu menggenggam erat pergelangan tangan ramping Clara, tenaganya tidak terlalu besar ataupun kecil tapi cukup untuk tidak membiarkan Clara melepaskan diri.

“Apa yang kamu lakukan, kamu menyakitiku!” Clara memelototinya dengan marah.

“Perempuan harus punya harga diri.” Tutur Rudy dengan suara berat lalu mengibaskan tangan Clara.

Lalu di otak Rudy tiba-tiba muncul adegan ketika Clara berdiri di tengah air menundukkan dagunya dan tersenyum ke Handy. Muncul kekesalan aneh yang ada di benak Rudy.

Clara terhuyung kebelakang, api kemarahan pun dalam sekejap membara.

Dia baru saja berendam di dalam air laut yang suhunya di bawah nol selama setengah jam dan hampir saja dia membeku seperti es. Tidak masalah jikapun pria di depannya ini tidak menghibur atau kasian dengannya, tapi malah datang jauh-jauh kesini hanya untuk mencari gara-gara dengannya.

“Mananya aku yang tidak punya harga diri! Seorang pemerkosa, pezina, mana ada hak untuk membicarakan masalah harga diri.”

Tutur Clara emosi, lalu, belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, dagu Clara sudah dipegang dengan kuat oleh telapak tangan Rudy. Dua jemari panjang menarik dagu itu dengan asal-asalan dan tenaganya cukup kuat. Clara merasakan dagunya seolah akan hancur diremas.

Pandangan mata keduanya pun saling berhadapan, mata Rudy terlihat menggelap dan sangat dalam dan seolah tidak bisa menyembunyikan tatapan dingin dan berbahaya di mata itu.

“Pemerkosa, pezina? Clara, aku harap ini terakhir kalinya aku mendengar kata ini dari mulutmu. Aku rasa ada keharusan untuk mengingatkanmu ini, malam itu kamulah yang berbuat di bawah tubuhku dan tidak hanya sekali.”

Bibir tipis dan tegas Rudy didekatkan ke telinga Clara, suara berat dan serak seolah sengaja memberi rasa tertekan. Tapi aura dingin yang terpancar di sekeliling tubuhnya malah membuat orang bergidik.

Selesai bicara, Rudy melonggarkan kedua jemarinya dan melepaskan Clara.

Rudy perlahan bangkit berdiri lalu dengan dinginnya berbalik lalu pergi.

Wajah Clara langsung memerah, setengahnya karena malu dan setengahnya karena marah. Tempramen nona kayanya pun naik, dia langsung melemparkan termos makanan di tangannya ke punggung besar dan tinggi Rudy.

Termos itu terjatuh di tanah di belakang Rudy, sup yang belum habis di dalam termos itu pun terciprat penuh ke tanah.

Rudy tidak menoleh dan berjalan tegap keluar dari lokasi syuting.

Hal ini bukanlah gerakan kecil biasa, banyak sekali pandangan mata kru syuting yang ada di sana melihat kejadian ini.

Lauren adalah salah satu yang paling bahagia melihat keributan yang dibuat Clara ini. Dia masih mengenakan baju syutingnya dengan riasan pelayan, dua riasan kepalan bunga ada di kepalanya, dadanya yang dibalut erat dengan baju itu terlihat ada hasilnya, terlihat cukup bagus.

Lauren berjalan ke depan Clara lalu berkata dengan mencibir, “Aku dengar baru saja ada pria tampan yang mengunjungimu ke lokasi syuting ini, dia juga membawakan sup untukmu, woh benar-benar pria yang hangat.”

Saat ini suasana hati Clara langsung menjadi sangat buruk, bahkan dia tidak mengangkat pandangan matanya, dan malas memedulikannya.

Lauren malah merasa senang, “Kenapa pergi cepat sekali? Juga tidak menyapa kru kami. Tidak masalah kalau tidak mau mentraktir minum starbucks tapi paling tidak traktir milktea murah kan bisa. Benar-benar tidak punya uang, juga tidak punya sopan santun.”

Clara menatap dingin ke Lauren tidak meresponnya, tapi dia membungkuk lalu mengambil termos makanan yang jatuh di tanah.

Dia mengambil termos itu lalu ketika sudah bangkit dan kebetulan melewati Lauren, dia pun menabrakkan diri ke Lauren.

Termos makanan itu ‘Brukk’ terjatuh tepat di kaki Lauren.

“Awww ! Kamu, Clara kamu sengaja kan!” Teriak Lauren kesakitan.

“Maaf ya, punggungku tidak ada matanya sih. Jadi tidak lihat kalau ada kamu.” Tutur Clara santai. Lalu mengambil lagi termos itu dan berjalan pergi dengan dinginnya.

Lauren mengangkat kakinya dengan marah, ketika baru ingin pergi memberi pelajaran ke Clara, tiba-tiba dia mendengar asisntennya berteriak terkejut.

“ Lauren, kamu....”

“Aku kenapa?” Lauren memandang bingung ke asistennya.

“Dadamu...” Asistennya mengulurkan tangan dan menunjuk-nunjuk dada Lauren lalu menunjuk ke kaki Lauren.

Lauren menundukkan kepalanya, dan dia baru menyadari kalau tempelan dada yang awalnya sudah di tempelkan di depan dadanya, tidak tahu kapan sudah jatuh di tanah dan sudah dipenuhi dengan lumpur.

Clara menabraknya tadi, dan tabrakan Clara tadi bukanlah tabrakan biasa

Di sekeliling Lauren semuanya adalah kru syuting. Lauren merasa sudah kehilangan muka sekali. Jika hal ini menyebar di lingkaran karirnya maka jelas Lauren tidak akan bisa bekerja dan turun di karir ini lagi kedepannya.

“Clara!” Lauren hanya merasakan darah kemarahannya sudah memuncak dan rasanya ingin sekali merobek jantung Clara.

Di saat seperi inilah, Clara malah sudah kembali syuting.

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu