Suami Misterius - Bab 1159 Terima Kasih Atas Doamu

Keyra segera mengangguk, kasus Zaenal dan Brendon Construction akhirnya mencapai kesepakatan penyelesaian, pekerjaannya di Kota H juga sudah berakhir.

Dia memiliki banyak sisa waktu untuk menunggunya.

Keyra keluar dari ruang rapat, Kapten Rulli dan beberapa pekerja sedang menunggunya di luar sana, satu demi satu merasa cemas sambil berbalik ke sana ke sini dan saling berbisik.

Seorang pekerja mengatakan: “Kapten Rulli, sebenarnya pengacara ini bisa diandalkan apa tidak, barusan aku mendengar si marga Sanusi mengatakan, di dalam itu adalah prianya, sebenarnya apa yang mereka katakan di dalam, masih takut kita mendengarnya. Jangan-jangan mereka dan si marga Sanusi itu adalah satu komplotan, bersekongkol untuk mempermainkan kita.”

“Seharusnya tidak mungkin. Pengacara Sunarya orangnya sangat baik, akan membantu kita.” Kapten Rulli berkata, tapi nama bicara tidak terlalu yakin.

“Kapten Rulli, kamu itu orangnya terlalu baik, melihat siapapun adalah orang baik. Aku merasa pengacara ini tidak bisa diandalkan, sekali menghilang langsung beberapa hari, hanya mengutus seorang asisten untuk asal-asalan menghadapi kita.”

Suara mereka tidak kecil, Keyra berdiri di belakang, mendengar dengan jelas sekali. Dalam hati merasa agak tidak berdaya.

Tuhan juga tahu, dia demi memperjuangkan lebih banyak hak dan keuntungan untuk mereka, baru saja menipu pria idamannya.

Beberapa pekerja itu tetap berbicara tanpa ada hentinya, sama sekali tidak ada orang yang menyadari keberadaan Keyra.

Dia tidak tertarik untuk terus diam-diam mendengarnya, batuk ringan sejenak untuk mengingatkan.

Kapten Rulli yang lebih dulu melihatnya, segera berjalan ke hadapannya, bertanya dengan tidak sabar dan penuh harapan: “Pengacara Sunarya, bagaimana perundingannya? Apakah mereka bersedia memberi kompensasi kepada Zaenal ?”

“Apa yang perlu dirundingkan lagi, aku lihat mereka adalah orang jahat yang satu komplotan.” Tidak menunggu Keyra menjawab, seorang pekerja bergumam dengan wajah penuh amarah.

Kata-kata ini cukup menyakitkan orang, Keyra menghela nafas, tidak mempermasalahkannya dengan mereka. Bagaimapun, orang-orang ini hidup di lapisan masyarakat bawah yang kurang beruntung.

“Kesepakatan awal sudah tercapai, Grup Brendon bersedia membayar kompensasi kecelakaan kerja sesuai dengan peraturan dalam negeri, uang kompensasi sekitar satu miliar empat ratus juta, dan berjanji akan memberikan uang tunjangan sebesar enam juta kepada anak Zaenal , hingga anak berusia delapan belas tahun.”

“Satu miliar empat ratus juta? Begitu banyak, setiap bulan masih ada enam juta rupiah.” Beberapa pekerja saling memandang, wajah semua orang penuh keterkejutan dan kegembiraan, barusan pekerja yang banyak bicara itu, jelas sekali wajah jauh lebih canggung dan merasa bersalah.

“Ada lagi, Brendon Construction telah menunggak beberapa kali pembayaran peroyek kalian, hari pembayaran berikutnya kalian bisa ke sana untuk meminta pelunasan.”Keyra bertanya lagi.

Kali ini, beberapa pekerja menunjukkan senyuman bahagia di wajahnya, Kapten Rulli bahkan menangis karena kegirangan. Dia mengulurkan tangan untuk memegang Keyra, telapak tangan penuh dengan kapalan tebal.

“Pengacara Sunarya, terima kasih, benar-benar terima kasih. Aku menggantikan istri dan anak Zaenal untuk berterima kasih padamu.”

“Pengacara Sunarya, terima kasih.” Para pekerja ramai-ramai mengatakannya.

Masih ada dua pekerja yang barusan mencurigai Keyra, merasa tidak enak hati mengatakan: “Pengacara Sunarya, maaf, kami sudah salah paham padamu.”

Keyra tersenyum, senyuman ceria dan hangat, sedkit bercanda mengatakan: “Tidak perlu berterima kasih, ini adalah pekerjaanku. Beritahu ibu Nina , setelah mendapatkan uang jangan sampai lupa membayar uang pengacaraku.”

“Tidak, tidak akan lupa.” Kapten Rulli dan para pekerja tersenyum mengatakannya.

Dan pada saat bersamaan, kebetulan Alfy berjalan keluar dari ruang rapat, melihat dia berdiri di tengah sekelompok orang, tubuhnya seperti berkilauan, begitu mempesona.

Alfy tanpa sadar menghentikan langkah kaki untuk melihatnya, merasa agak sulit mengalihkan pandangannya.

“Tuan muda Sanusi.” Sekretaris bersuara mengingatkan, di konstruksi terus mendesak, sudah tidak sabar menunggu lagi.

“Ayo jalan.” Alfy bersuara menjawabnya, melangkahkan kaki ke arah lift.

……

Di sisi lain, setelah Keyra meninggalkan Brendon Construction, langsung mengendarai mobil kembali ke hotel. Begitu sampai langsung tidur hingga keesok siangnya, untung saja dibangunkan oleh Dina.

Suara bel pintu yang memekakkan telinga terus berbunyi, Keyra merasa tidak sabar lalu bangun dari tempat tidur, membawa selimut dengan rambut berantakan berjalan ke pintu untuk buka pintu.

“Nona besarku, meneleponmu hingga ponsel hampir meledak, sudah menekan bel pintu hingga begitu lama juga tidak ada respon, aku mengira kamu sudah mati di dalam kamar, jika kamu mati siapa yang akan memberikan bonus padaku.” Dina berdiri di luar, bla bla mengatakannya.

“Tidur kesiangan.” Keyra merenggangkan pinggangnya, menjawab dengan wajah mengantuk, dengan dibungkus selimut berbalik kembali ke kamar, Dina ikut masuk bersamanya.

“Kasus sudah selesai, hari ini ada rencana apa? Mau pergi berkeliling ke Kota Tua.” Dina bertanya.

“Tidak mau, nanti malam ada kencan.” Keyra mengikat rambut sambil mengatakannya.

“Malam ada kencan, siang keluar keliling-keliling.” Dina berkata lagi.

“Malam kencan, tentu saja siang harus keluar untuk membeli pakaian.” Keyra berkata dengan wajar sekali.

Dina: “……”

Pada akhirnya mereka berdua pergi bersama, masih pergi ke salon kecantikan.

Demi kencan nanti malam, Keyra sepenuh hati mempersiapkannya, menata rambutnya dan berdandan halus, ganti gaun panjang dan sepatu kristal hak tinggi yang indah.

Keyra berdiri di depan cermin lantai, Dina berdiri di samping, melihat dia dengan kedua tangan dilipat depan dada.

“Nona besarku, apakah kamu mau berkencan dengan pangeran?”

“Ini adalah kencan pertama antara aku dan Alfy, tentu saja harus lebih serius.” Keyra menjawab, kemudian, mengambil tas tangan, bersiap mau pergi, “Nanti malam tidak perlu menungguku untuk makan malam.”

“Apakah nanti malam juga tidak perlu menunggumu pulang untuk tidur?” Dina mengedipkan mata, mengolok-olok dengan mesra.

“Terima kasih atas doamu.” Keyra menjawab sambil tersenyum.

Dina: “……Nona besar Sunarya, bisakah kamu bersikap lebih terkendali.”

“Aku sudah cukup terkendali.” Keyra berkata dengan wajah polos. Jika dia tak terkendali, dari awal sudah menjatuhkan Alfy.

Keyra pergi duluan, mengendarai mobil menuju tempat janjian, sebuah restoran barat dengan lingkungan dan suasana yang baik.

Sudah terlebih dahulu memesan tempat, Keyra masuk ke ruang pribadi dengan ditemani nona penyambut.

“Nona, apakah mau pesan sekarang?” Pelayan masuk dan bertanya.

“Tunggu dulu, orang yang janjian denganku masih belum tiba.” Keyra menjawab sambil tersenyum.

Pelayan sangat sopan keluar dari dalam ruang pribadi, menutup pintu, Keyra merasa bosan dan melihat pemandangan di luar jendela.

Jendela restoran menghadap ke sebuah jalanan panjang, jalanan penuh dengan kendaraan, lampu malam yang menyala, ada semacam hiruk pikuk dunia ini.

Keyra menundukkan kepala melihat jam tangan, jarum jam terus bergerak sedetik demi sedetik, kebetulan tiba waktu yang dijanjikan, tetapi Alfy masih belum muncul.

Keyra menopang pipinya dengan satu tangan, sedikit mengatupkan bibir merah mawarnya. Suasana hati terdapat sedikit rasa sedih.

Kencana pertama sudah telat, benar-benar bukan penampilan yang baik.

Tapi Keyra sangat sabar, memesan kopi pada pelayan, sambil minum kopi sambil melihat halaman baru diinternet.

Dia sedang membaca berita di ponsel, pintu ruang pribadi diketuk pelan, suara sangat pelan dan berirama.

Bahkan suara ketuk pintu juga begitu sopan, itu pasti Alfy.

Keyra merasa senang dan berdiri, berjalan ke sana untuk buka pintu.

Pintu dibuka, Alfy berdiri di luar,terbiasa bersikap dingin dan tenang, tetapi tetap sulit menyembunyikan penampilannya yang penuh debu. Jelas sekali, dia langsung datang dari lokasi konstruksi.

Meskipun, Alfy terlambat lama sekali, tapi hati Keyra tetap senang sekali, tersenyum sambil menyampingkan tubuh, berbicara dengan nada pelan: “Tuan muda Sanusi silahkan masuk.”

Namun, Alfy berdiri di depan pintu dan tidak bergerak. Ada jejak rasa bersalah yang melintas di dalam mata hitamnya.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu