Suami Misterius - Bab 1339 Jadi Istriku

Diva tersenyum tipis dan berjalan ke hadapannya.

Mahen memiliki postur tubuh yang tinggi, saat ini berdiri di atas anak tangga pertama membuat Diva harus menengadah saat menatapnya.

“Apa yang kamu lakukan lagi, aku masih mengira kalau diriku salah tempat.” Diva berkata, dari bola matanya yang jernih terpantul senyum tipis.

“Senangkah?” Mahen bertanya.

“Iya.” Diva menganggukkan kepala, tidak ada wanita yang tidak menyukai bunga segar termasuk Diva.

“Kamu membuat rumahku menjadi seperti ini, apa yang ingin kamu lakukan lagi?” Diva bertanya lagi.

Mahen menatapnya dengan bola matanya yang hitam dan senyuman jahat, sepertinya terdapat sedikit ketidakberdayaan dalam senyum tampannya, dengan nada bicara kesal ia berkata “Diva, apakah kamu bodoh, begini saja tidak tahu, aku sedang melamarmu.”

“Oh melamar.” Diva tertawa sambil menarik panjang nada bicaranya, dengan setengah serius ia berkata “Melamar dengan menggunakan bunga-bunga ini tidaklah berguna, aku adalah pebisnis, hal terpenting bagiku adalah keuntungan, Tuan Muda Kedua Sutedja dapat memberiku apa?”

“Apa yang kamu inginkan?” Mahen sedikit menyipitkan matanya dan bertanya dengan serius.

Diva terdiam sejenak dan menatapnya dalam diam.

‘Apa yang kamu inginkan’, Mahen mengucapkan kalimat ini padanya sudah lebih dari satu kali. Namun, dia sepertinya telah salah mengerti akan maksudnya, dia mengira Tuan Muda Kedua Sutedja yang tidak serius itu sedang menggunakan uang untuk mengusirnya.

Akan tetapi setelah dipikirkan kembali saat ini, sebenarnya kalimat tersebut ada lanjutannya, mungkin maksud dia adalah: Apa yang kamu inginkan, aku akan memberimu segalanya.

Dan kenyataannya dia memang melakukannya seperti itu.

Diva menatapnya sambil tersenyum dengan sepasang matanya yang sangat terang, masih dengan nada bercanda sambil berpikir ia berkata “Bagaimana kalau Tuan Muda Kedua Sutedja memberiku empat ratus milyar.”

Selesai mendengar perkataannya, tanpa berpikir Mahen menganggukkan kepala dan menjawab “Oke, besok akan ditransfer ke rekeningmu.”

Yang paling banyak dimiliki oleh Tuan Muda Kedua Sutedja adalah uang. Permintaan Diva sama sekali tidak menjadi masalah baginya.

“Kamu tidak menanyakan kepadaku untuk apa uang itu?” Diva bertanya sambil tertawa.

Mahen berjalan turun dari tangga dan tangannya langsung merangkul pinggang Diva yang ramping lalu dengan sekuat tenaga mencium pipinya, ia berkata sambil tertawa “Asalkan uangnya bukan untuk memelihara gigolo, digunakan untuk apa saja terserah kamu.”

Diva mendekat ke dadanya dan berkata dengan senyum tipis “Aku pernah menandatangani perjanjian dengan keluarga Bone, menggunakan dana mereka sebesar empat ratus milyar. Awalnya aku berencana menukarnya dengan saham Shinee Movie, akan tetapi sekarang aku tidak terlalu ingin memiliki hubungan dengan keluarga Bone, jadi harus membayar uang tersebut.”

Demi melawan Guan dia telah menukar uangnya dengan saham. Diva tidak memiliki uang untuk membayarnya, tentu saja hanya bisa meminta kepada Mahen. Dan ia memintanya dengan sangat percaya diri.

Mahen malah menyukai kepercayaan dirinya itu, seperti hanya dengan begitu baru bisa membuatnya merasa kalau dirinya adalah lelakinya, akhirnya dia bersedia mempercayai dan mengandalkannya.

“Sebaiknya secepat mungkin memutuskan hubungan dengan orang-orang gelap hati dari keluarga Bone itu. Coba lihat betapa bodohnya kamu dulu sehingga menyukai Iqbal si idiot itu.”

Diva tertawa dengan tidak berdaya, diam-diam ia sedikit menghela napas dalam hatinya.

Bagaimana dia bisa tidak mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada pada Iqbal, akan tetapi dengan kondisinya saat itu dan berbagai pro kontra, Iqbal adalah pilihan terbaiknya.

Tetapi Diva tidak berencana untuk melanjutkan topik pembicaraan tentang keluarga Bone dengannya, ia malah berkata dengan setengah bercanda “Aku cuma memiliki satu mantan tunangan saja dan semuanya juga sudah diselesaikan dengan jelas, tidak ada hubungan apa-apa lagi. Akan tetapi bagaimana dengan para mantan tunangan Tuan Muda Kedua Sutedja, tidak tahu apakah akan muncul tiba-tiba, kesabaranku selalu tidak baik, tidak terlalu suka berhubungan dengan orang yang tidak penting.”

“Aku dan orang-orang itu sudah tidak ada hubungannya lagi. Kamu tenang saja, tidak akan ada orang yang menganggu cinta kita.” Tuan Muda Kedua Sutedja berkata dengan mantap.

Akan tetapi kenyataannya, perkataan yang terlalu indah malah mudah membuat orang kecewa.

Diva tersenyum tipis dan menjawab “Mudah-mudahan memang seperti itu.”

Kemudian Mahen menariknya untuk duduk di atas sofa.

Di sekitar sofa di penuhi dengan bunga mawar yang cantik, aroma harumnya membuat Diva sedikit mabuk.

Indra penciumannya menjadi sangat sensitif setelah hamil, aroma bunga yang begitu kuat membuatnya tidak tahan. Akan tetapi dia juga tidak tega mematahkan antusiasme Tuan Muda Kedua Sutedja.

Mahen mengeluarkan kotak perhiasan halus dari saku jasnya, ia membuka kotak tersebut, tampak sebuah cincin berlian berbentuk hati yang bersinar, tidak terlalu besar dan sangat cocok apabila terpasang di jari manis Diva.

Saat Mahen memakaikan cincin kepadanya, Diva terus memandanginya dengan tersenyum. Mahen tidak pernah menanyainya apakah bersedia atau tidak, seperti dia memang sudah seharusnya menikah dengannya.

Pria ini sungguh mendominasi dan sombong.

Mahen sudah selesai memakaikan cincin dan menggosok tangannya dengan telapak tangannya, kemudian ia mendekap Diva dalam pelukannya. Dagunya dengan lembut menyentuh bagian atas kepalanya, terdengar suaranya yang serius dan berat.

“Diva, jadilah istriku, aku akan selalu memanjakanmu dan mencintaimu, aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan.”

Diva yang berada dalam pelukannya dengan satu sisi wajahnya yang menempel pada dadanya yang kokoh, mendengarkan detak jantungnya yang stabil dan bertenaga membuat dia merasa tenang.

“Diva, aku telah memeriksa kalender abadi, tanggal satu bulan depan adalah hari baik, baik untuk pernikahan, ayo kita pergi mendaftarkan pernikahan ke biro catatan sipil.” Mahen berkata lagi dengan hati-hati.

Setelah mendengarnya, Diva menganggukkan kepala dan menjawab dengan datar “Oke.”

Mungkin karena tidak mengira kalau Diva akan menyetujuinya dengan begitu senang, Mahen malah sedikit tercengang.

Dia terus mengatakan kalau dirinya adalah pebisnis, orang yang menjalankan bisnis mementingkan keuntungan. Akan tetapi dia sama sekali tidak membicarakan dan menanyakan upacara pernikahan dan mahar malah langsung menyetujuinya.

Mahen tiba-tiba merasa, Nona Besar Maveris yang sudah ajaib sejak kecil ini terkadang memiliki hati yang lapang.

Diva telah memakai cincin juga telah menyetujuinya untuk pergi mendapatkan surat nikah, upacara lamaran mewah dan khusyuk yang diadakan oleh Tuan Muda Kedua Sutedja akhirnya sudah bisa berakhir.

“Mahen, apakah sudah bisa membereskan bunga-bunga ini sekarang?” Diva bertanya sambil menggosok hidungnya. Dia seorang wanita hamil sudah merasa tidak nyaman dengan terus menghirup aroma bunga yang kuat ini.

“Bukankah terlihat bagus dan kamu tadi juga mengatakan menyukainya.” Mahen menatapnya dengan tidak mengerti.

“Aku memang suka, tapi sepertinya anakmu tidak terlalu suka.” Diva berkata sambil batuk kecil.

Saat ini Mahen baru sadar, Diva adalah wanita hamil, mungkin tidak bisa menghirup aroma ini.

Mahen segera membereskannya, namun bunga di ruangan tersebut memang terlalu banyak, hanya untuk mendekor saja dia mempekerjakan dua orang dan menyelesaikannya sepanjang sore.

Akhirnya Mahen tidak berdaya, dia memanggil kembali dua orang tadi untuk menyingkirkan bunga-bunga tersebut dengan cepat, kemudian membuka jendela agar adanya pertukaran udara.

Diva melihat berember-ember bunga yang di bawa pergi dan ada juga yang dibuang, dengan tidak tahan ia bertanya “Mahen, kamu menghabiskan berapa banyak uang untuk bunga-bunga ini?”

“Hanya beberapa puluh juta saja.” Tuan Muda Kedua Sutedja menjawab dengan santai.

Sampanye dan bunga mawar memang mahal dan yang dipesan oleh Tuan Muda Kedua Sutedja ini di kirim melalui jalur udara dari luar negeri, tentu saja harganya sangat mahal.

Selesai mendengar perkataannya, Diva merasa sakit hati. Pria pemboros ini.

“Mahen, kelak tidak perlu menyia-nyiakan pikiran seperti ini lagi, langsung transfer uangnya ke rekeningku saja, aku pasti sangat gembira.” Diva berkata dengan serius.

Mahen tercengang sejenak, kemudian dengan tidak dapat menahan tawa ia menjawab “Oke.”

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu