Suami Misterius - Bab 244 Selamanya Tidak Boleh Berubah

Luna tersenyum, “Kalau ini harus tanya dirimu sendiri, kalian bukannya sudah berpacaran dua tahun lebih. Kamu mungkin saja tidak tahu identitasnya, tetapi mana mungkin tidak memahami kepribadiannya. Lagi pula, di dalam dunia hiburan ini juga tidak ada kabar atau isu tentang dirinya yang negatif.”

Sebagai orang yang berkuasa di Sutedja Group, Rudy termasuk sangat disiplin dan menjaga diri. Anak orang kaya lainnya, rata-rata ada simpanan yang menjadi artis atau model.

Ada kabar bahwa Raymond berpacaran dengan beberapa artis dalam waktu yang sama, dan katanya kecepatan Aldio di Dongyu Entertainment dalam mengganti wanita lebih cepat daripada kecepatan dia mengganti baju. Dibandingkan dengan mereka, Rudy selain memiliki rumor yang tidak begitu jelas dengan Rosa Meldi, tidak ada kabar atau berita yang negatif tentang dirinya.

“Selanjutnya ada rencana apa ?” Luna bertanya.

“Sementara ini sedang perang dingin.” Clara menjawabnya.

“Kalau setelah perang dingin ?” Luna bertanya lagi.

Clara bahkan tidak berpikir ulang dan langsung menjawab “Melanjutkan hubungan gelap kami. Baik identitasnya, maupun identitasku, akan membawa banyak masalah apabila diumumkan. Lagi pula, aku tidak bermaksud menikah dengannya dalam dua tahun ini.”

Luna selesai mendengarkannya, tertawa keceplosan, “Clara, sepertinya kamu sangat yakin, asalkan kamu ingin menikah, dia juga pasti akan menikahimu. Kamu sudah berantem sama dia, namun sama sekali tidak khawatir kalau dia akan emosi juga. Kelihatannya, Rudy pernah berjanji sesuatu padamu.”

Luna selesai berbicara, menatap Clara dengan tatapan mesra, “Kamu bilang dia menipumu, kelihatannya bukan hanya menipu perasaan, tetapi juga tubuhmu.”

Wajah Clara merona karena kata-kata Luna, dia menggerakkan bibir, tetapi tidak tahu bagaimana membantahnya.

“Clara, kamu tidak perlu mengelak, aku lebih mengerti sifat lelaki dibanding kamu. Rudy begitu setia padamu, aku tidak percaya kalau dia sama sekali tidak menyentuhmu .”

“Luna, kamu kok begini.” Clara menutupi wajahnya, dia sudah malu.

Luna tersenyum sambil minum kopinya, “Aku kenapa, kamu mau cari ke mana lagi manager yang terbuka seperti aku. Ingat ya, hati-hati kalau kencan, jangan terlalu sering masuk berita topik utama, aku bisa mati kelelahan.”

“Jadi berita kali ini harus bagaimana ?” Clara bertanya.

“Sudah aku urus, sudah mengeluarkan penjelasan yang masuk akal untuk semua wartawan, bahkan twitter, aku juga sudah memperbarui statusnya, alasannya karena kamu sementara ini masih artis baru, tekanan terlalu kuat, makanya pergi minum.

Pada zaman sekarang, siapa yang tidak ada tekanan pekerjaan. Semua netizen akan mengerti. Setelah status twitter diperbarui, seluruh penggemarmu merasa kasihan dan pada menghiburmu.”

Setelah kejadian kemabukan tengah malam, Clara mulai fokus merekam lagu baru.

Sebagian besar waktunya digunakan untuk merekam lagu, sehingga tidak pulang ke apartemen di jalan Gatot Subroto, dan bahkan tidak ada interaksi apapun dengan Rudy.

Perang dingin sudah berlanjut hampir sebulan, Rudy bahkan tidak menghubunginya sama sekali, kenyataan ini membuat Clara semakin emosi dan tidak ingin berurusan dengan dia lagi.

Pada akhir bulan, akhirnya Rudy Suteda meneleponnya juga, Clara memegang ponsel, ketika melihat nama yang muncul di layar adalah Rudy, dia merasa sangat senang.

Dalam hatinya berpikir, akhirnya tidak sanggup bertahan juga kan, selamanya jangan mencari aku lagi kalau memang hebat.

Clara menekan tombol menerima panggilan, meletakkan ponsel pada telinganya, namun tidak berbicara, dia pura-pura berkesan dingin.

“Aku masih belum terima biaya hidup bulan ini.” Terdengar nada rendah Rudy yang dingin berasal dari ponsel.

Clara terbengong sejenak, tiba-tiba emosinya meledak. “Rudy, kamu telepon hanya untuk minta uang sama aku ?”

“Kalau tidak ?” Dia balik bertanya dengan nada datar.

Mata Clara menjadi merah karena emosi, dia masih mengira kalau Rudy meneleponnya karena kangen padanya. Tetapi kenyataannya dia yang banyak berpikir.

“Sebagai tuan Sutedja Group harus minta biaya hidup dengan seorang wanita, kamu masih tahu malu tidak ?” Clara sangat emosi, bahkan menjawab dengan jeritan.

Dibandingkan dengan jeritan Clara, nada bicara Rudy sangat datar dan tenang. “Ini hasil perjanjian sebelumnya, bagi aku, hal yang sudah dijanjikan, selamanya tidak boleh berubah.”

“Rudy” Clara baru saja ingin membantahnya, namun pembicaraannya terpotong.

Suara Rudy tidak kuat, namun ada karisma yang sanggup mengalahkan segalanya. “Sebelum malam ini transferkan biaya hidup ke dalam rekeningku, kalau tidak, anakmu hanya bisa kelaparan.”

Rudy selesai berbicara, langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Clara mendengar suara putusan sambungan yang berasal dari ponsel, logikanya kehilangan kendali, langsung melempar keluar ponselnya. Ponsel yang berwarna merah muda dilemparkan pada dinding yang keras, layarnya langsung berubah hitam.

Setelah Clara selesai melampiaskan, dia buru-buru berlari ke sudut ruangan, memungut kembali ponselnya. Dia memegang ponsel yang tidak dapat diaktifkan lagi, hatinya semakin sakit, berkali-kalinya memaki Rudy di dalam hatinya.

Setelah selesai kerja pada malamnya, Clara langsung menarik uang tunai di ATM, setelah itu, mengambil dananya dan pulang ke rumah.

Setelah masuk kamar, langsung melihat Rudy yang sedang duduk di atas sofa ruang tamu, pada waktu ini, dia sedang menonton berita malam hari.

Clara menendang sepatu di kakinya, menghampirinya dengan agresif, dia langsung melemparkan uang tunainya ke atas paha Rudy.

“Biaya hidup tiga bulan, ambil saja”

Uang tunai terlempar ke atas paha panjangnya Rudy, setelah itu, berjatuhan ke lantai, dan berserakan di sana-sini.

Rudy mengambil remote televisi, dan langsung mematikannya. Ruangan yang besar berubah sunyi dalam seketika, sepasang bola mata hitamnya, terus menatap Clara.

Clara sedikit gugup karena tatapannya, tingkahnya barusan memang sedikit keterlaluan.

Setelah kesunyian beberapa saat, dia membuka mulutnya, “Wilson masih belum tidur, kamu temanilah dia.”

Clara menggerakkan bibirnya, sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia tetap tidak mengatakan apapun. Berbalik badan dan berjalan ke lantai atas.

Wilson sedang membaca buku gambar di kamarnya bersama Sus Rani, Wilson masih berumur dua tahun, tetapi sudah mengenal banyak tulisan,dan sudah bisa membaca puisi.

Saat ini Sus Rani sedang menguji Wilson.

“Gunung kelihatan berwarna dari jauh, air tidak terdengar suaranya dari dekat. Semi telah pergi namun bunga masih ada, orang menghampiri namun burung tidak kaget.” Pelafalan Wilson masih tidak terlalu jelas, dia menghafal sebuah puisi dengan nada manja, dan tertawa manis sambil menanti pujian.

“Wilson, kamu lihat siapa yang pulang” Sus Rani menunjuk ke arah depan pintu.

Wilson mengangkat kepala kecilnya, melihat Clara yang berdiri di depan pintu, dia tertawa menghampirinya.

“Mama, kangen Mama” Wilson mengulurkan sepasang tangan kecilnya, memegang wajah Clara, mendekatkan mulut kecilnya, dan mencium dengan kuat pada bibir ibunya.

Clara juga tersenyum, mendempetkan dahinya dan dahi Wilson, lalu mencium lagi pada pipi kecilnya.

“Mama juga kangen sama Wilson.”

Wilson tertawa dengan senang, menggerakkan badan kecilnya yang gendut, melepaskan diri dari pelukan ibunya, melangkahkan kaki kecilnya ke samping kasur, dan mengeluarkan berbagai jenis makanan ringan dari laci kasurnya, ada agar-agar, ada biskuit kecil, rumput laut, oring, yogurt dan lain-lain, dia memeluk setumpuk makanan ringan, dan membawa ke hadapan Clara.

“Mama makan.”

“Terima kasih Wilson, Mama tidak makan, Wilson yang makan saja.” Clara mengulurkan tangan untuk mengelus kepalanya yang kecil, tatapannya sangat lembut dan memanjakan.

Sus Rani menghampirinya, tersenyum dan berkata, “Wilson yang menyisakan semua ini untukmu, kamu beberapa waktu ini tidak pulang ke rumah, Wilson setiap harinya di sebelumnya tidur pasti akan bertanya kapan mamanya pulang. Tengah malam saat setengah sadar, masih tetap berteriak mama.”

Clara mengulurkan tangan dan memeluk anaknya, air matanya sudah bergenang di dalam mata.

Clara menemani Wilson bermain beberapa saat, akhirnya anak ini sudah mulai ngantuk.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu