Suami Misterius - Bab 1353 Bagaimana Bayi Bisa Berada Dalam Perut Mama

Diva tertegun, pipi agak memerah, sedikit tidak alami memanggil, “Mama.”

Ahyon tersenyum lebar, segera memberikan kado yang sudah disiapkan sejak awal untuknya. Sebuah map dokumen yang terlihat tidak terlalu tebal, di dalam ada beberapa saham dan dana, semua itu adalah simpanan pribadi Ahyon.

Diva memegang map dokumen, dibandingkan perhiasan, jelas sekali barang yang ada di dalam map dokumen jauh lebih berharga. Diva merasa agak kebingungan, tanpa sadar melihat ke arah Mahen.

“Ambil saja itu pemberian dari mama. Saat kakak pertama dan kakak ipar mendaftarkan pernikahan mereka, mama juga memberi kado, keluarga kami sangat memperhatikan perlakuan yang sama.” Mahen riang sekali, sambil tertawa mengatakan, “Ma, berapa banyak hadiah pertunangan yang kamu berikan pada kakak ipar, empat tahun yang lalu dibandingkan dengan sekarang, inflasi sudah meningkat 15%.

“Kamu bocah tengik.” Ahyon mengulurkan tangan menepuk pundak Mahen, sambil tersenyum berkata “Tidak heran tuan muda kedua Sutedja lulusan ekonomi, bahkan hadiah pertunangan juga masuk tingkat inflasi. Lalu beberapa property yang aku siapkan, sudah meningkat sebanyak 30% dibandingkan empat tahun lalu, apakah nilai yang sudah bertambah perlu dikurangi?”

“Ma, cara perhitungan harta tak bergerak dan harta bergerak itu tidak sama, kalau tidak, aku bantu kamu menghitungnya?” Mahen sambil tertawa mengatakannya.

Ahyon juga tertawa, “Kamu begitu suka menghitung tagihan, kalau begitu aku juga bantu kamu hitung secara rinci, sudah berapa banyak masalah yang kamu sebabkan sejak kecil sampai dewasa, biaya membesarkanmu lebih dari dua kali lipat biaya membesarkan abangmu.”

Mahen mengusap hidungnya, tidak bersuara.

Ahyon melototinya sejenak, malas mempedulikannya. Ini pertama kalinya Diva melihat tuan muda kedua Sutedja kehabisan kata-kata, mengeleng pelan dan tertawa lepas.

Ahyon mengabaikan Mahen, begitu dia melihat putranya langsung merasa pusing. Namun, begitu melihat menantunya, Diva, malah merasa puas sekali.

“Diva, kamu pulang dan tanya pada mamamu kapan ada waktu luang, diantara kami para orang tua sudah seharusnya bertemu, merundingkan hari pernikahan dan upacara perhikahan kalian. Sekarang kamu sedang hamil, lewat dua bulan lagi perutmu akan membesar, jadi, pernikahan kalian harus dipercepat, kalau tidak, kamu tidak akan terlihat cantik saat mengenakan gaun pengantin.”

Diva mengangguk dengan malu-malu.

Kemudian, Hyesang, Maul dan Rita juga pulang bersama anak-anaknya.

Sekeluarga duduk bersama, makan dengan bahagia.

Rita dan Diva memiliki latar belakang yang sama, perbedaan usia juga tidak jauh, masih bisa ngobrol antara satu sama lain, terutama saat Diva mendengar Rita membicarakan pengalaman menjadi ibu, benar-benar topik pembicaraan yang tidak ada habisnya.

Riri terus berada dalam pelukan mamanya, mendengar mamanya bercerita tentang masa kecilnya. Kemudian, mengedipkan sepasang mata besar yang jernih dan polos itu, bertanya “Mama, apakah waktu kecil aku berada di dalam perutmu?”

Rita memeluk Riri, sambil tertawa berkata “Benar, ketika kamu masih sangat kecil sekali, berada di dalam perut mama.”

Rita lembut sekali ketika berbicara,sepertinya mengingat beberapa momen hangat, wajah juga penuh senyuman.

Ketika dia mengandung Riri, juga mengalami reaksi kehamilan yang luar biasa, hampir tidak bisa makan apa pun, bahkan tidak bisa bekerja. Pada saat itu, Maul juga berusaha mengurangi pekerjaannya, sebisa mungkin meluangkan waktu untuk menemaninya

Rita ingat, pada saat itu dia merasa sangat tidak nyaman, sepanjang hari selalu pusing, Maul menggendongnya berjemur di depan jendela, sedangkan Riri berada dalam perutnya.

Sore yang cerah dan pemandangan bahagia itu, setiap kali Rita mengingatnya akan merasa sangat bahagia.

Dan kata-kata Riri selanjutnya segera menarik dia dari gambaran kebahagiaan kembali ke kenyataan.

“Mama, bagaimana aku bisa berada di dalam perutmu?”

Rita “……”

Diva “……”

Rita tersipu, merasa canggung tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

Riri memonyongkan bibir kecilnya, sangat tidak puas mengatakan “Mama sungguh bodoh, aku pergi tanya papa saja.”

Riri selesai bicara, melangkahkan sepasang kaki kecilnya, bergegas lari ke lantai atas.

Rita “……”

Diva “……”

Dalam sekejap mereka berdua merasa lega, akhirnya, tidak perlu menjawab pertanyaan rumit tentang kelangsungan perkembangbiakan manusia.

Di dalam ruang baca lantai dua, Maul dan Mahen sedang minum teh sambil ngobrol, Mahen sedang menyilangkan kakinya, melihat Maul sedang mencicipi teh seperti orang tua saja. Sambil tersenyum mengatakan, “Kak, apakah sekarang kamu sudah sejalan dengan ayah, tidak bisa simpan sedikit anggur merah di rumah, satu lemari besar penuh daun teh, begitu aku mencium aroma daun teh langsung sakit kepala.”

“Kamu ada waktu luang untuk pusing dengan daun teh, lebih baik pusing dengan masalah di perusahaanmu, akhir-akhir ini di atas sangat ketat, kamu lebih tenang sedikit jangan membuat masalah, jika hanya kekacauan kecil tidak apa-apa, kalau sampai membuat keributan besar, tidak ada orang yang bisa melindungimu.”

Mahen mengayunkan kaki, tetap dengan tampangnya yang malas dan santai, “Aku tahu, aku juga tidak bodoh, tidak akan melakukan tindakan ilegal. Kamu jangan mengkhawatirkanku lagi.”

Tentu saja tuan muda kedua Sutedja tidak bodoh, begitu banyak orang yang ada di pasar modal, tidak tahu sudah berapa banyak yang mati di dalam sana. Mahen bisa dikatakan orang yang berbakat, saat kebijakan longgar, dia akan melakukannya dengan ringkas dan lugas, menghasilkan uang yang banyak. Di saat situasi menegang, langsung memberi libur panjang kepada karyawan di perusahaan.

Apalagi dia baru saja menikah, Mahen tidak akan sebodoh itu membuat dirinya terperangkap pada saat ini. Dia masih dengan senang hati menunggu menjadi ayah.

Mahen dan Maul sedang bicara, Riri membuka pintu dan masuk, langsung berlari ke dalam pelukan Maul.

Maul memeluk putrinya, mencium pipi kecil putrinya, bertanya “Mama di mana?”

“Mama dan bibi sedang membicarakan tentang masa kecilku.” Riri mengedipkan sepasang mata besarnya yang cantik, berbicara dengan suara anak-anak “Papa, apakah waktu kecil aku berada dalam perut mama?”

“Ya.” Maul mengangguk sambil tersenyum.

“Lalu bagaimana aku bisa berada dalam perut mama?”

Maul “......”

Wajah tampan tuan muda pertama Sutedja yang selalu tenang menunjukkan raut canggung yang jarang ditemui, dia batuk pelan sekali, menjawab “Riri anak kesayangan papa, awalnya adalah malaikat kecil yang ada di atas langit, kamu melihat mama dari atas langit, merasa dia cantik dan lembut, kamu sangat menyukainya, jadi, langsung berlari ke dalam perutnya.”

Mahen memegang cangkir teh, mendengar Maul omong kosong dengan serius, hampir saja memuncratkan teh yang baru saja diminumnya.

Riri mendapatkan 'jawaban akurat' dari papanya, merasa sangat puas dan mengangguk, masih memuji, berkata “Papa sungguh pintar sekali.”

Kemudian, melangkahkan kaki kecil berlari keluar.

Mahen tersedak air teh hingga batuk beberapa kali, sambil batuk sambil tersenyum mengatakan “Kak, kenapa aku tidak tahu kamu memiliki potensi untuk membuat karangan. Masih mengatakan malaikat berlari ke dalam perut, jelas-jelas yang berlari masuk adalah ‘sperma’.”

Maul memegang teh, melototi dia sejenak, dengan datar mengatakan, “Kelak jika anakmu bertanya padamu, kamu bisa menjawabnya dengan jujur.”

Tidak terasa malam menjelang.

Mahen mengendarai mobil membawa Diva pulang ke apartemen.

Kondisi jalan raya saat malam hari sangat baik, sedikit kendaraan yang melintas di jalanan.

Mahen sambil mengendarai mobil, sambil berbicara dengan Diva.

“Mama mengatakan, paling telat saat hamil lima bulan, perut sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Besok aku akan menghubungi perusahaan perencana pernikahan, masalah pernikahan sudah harus dijadwalkan. Kamu ingin pernikahan seperti apa, langsung katakan pada orang dari perusahaan perencana pernikahan saja.”

“Ya.” Diva mengangguk. Dia tidak memiliki tuntutan keras dalam masalah pernikahan.

Semua wanita membutuh sebuah upacara pernikahan, tapi bukan berarti jika memiliki pernikahan mewah, maka sudah pasti akan bahagia. Pernikahan membutuhkan lebih banyak pengelolaan dan mempertahankannya.

“Gaun pengantin dan pakaian formal, mama akan menyiapkannya. Jika kamu tidak suka, bisa langsung mengatakannya dengan mama.” Mahen berkata.

“Ya, aku sudah tahu.” Diva mengangguk sambil tersenyum.

Dia tidak pemilih soal pakaian, terlebih lagi, Ahyon adalah desainer terkenal, dia cocok dengan gaun pengantin seperti apa, seharusnya Ahyon lebih mengerti dibandingkan dia.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu