Suami Misterius - Bab 399 Kali Ini Beruntung

“Kepala Rumah sakit Jener.” Kepala bagian spesialis bedah datang langsung.

“Keponakanku tidak sengaja jatuh dari tangga, tolong bantu aku memeriksanya.” Kenzy berkata.

“Tenang saja, serahkan anaknya padaku.” Kepala bagian spesialis bedah meminta bantuan perawat untuk membersihkan luka, setelah membersihkan darah diwajah dan dikening anak, mereka menyibak rambut dan melihat luka dikepalanya dengan seksama, kemudian berkata : “Hanya tergores sepanjang satu inchi, lukanya tidak dalam sehingga tidak perlu di jahit, aku bantu untuk membungkus lukanya dulu, untuk berjaga-jaga, sebaiknya melakukan Ct scan kepala untuk mengantisipasi gegar otak.”

“Radiasi CT scan sangat tinggi, apakah tidak akan berpengaruh pada anak?” Clara bertanya.

“Tenang saja, radiasinya berada dalam radius aman, tidak akan mempengaruhi kesehatan anak.” Kepala bagian spesialis bedah berkata.

Setelah Wilson diperban, akhirnya berhenti menangis, hanya bersandar dengan tenang dalam pelukan Clara. Clara menggendongnya untuk pergi melakukan scan, lalu menunggu di ruang observasi.

Diluar ruang observasi Rudy dan Kenzy berdiri didepan jendela.

Kenzy memegang hasil scan, setelah melihatnya, ia berkata : “Tidak ada masalah besar, anak kecil terjatuh adalah hal yang wajar, lain kali hati-hatilah.”

Satu tangan Rudy dimasukkan ke kantung celana dan berkata : “Baguslah kalau tidak apa-apa.” Namun tatapan matanya begitu menakutkan.

Kenzy kira-kira sudah bisa menebak apa yang terjadi, ia menepuk punggungnya sambil menghela, “Kalau tidak ada urusan lainnya, aku kerja dulu.”

“Hm, maaf merepotkan.” Rudy berkata sambil mengetatkan bibir.

“Untuk apa sungkan seperti itu.” Setelah mengatakanny Kenzy pergi sambil membawa hasil scan.

Tubuh Rudy yang besar bersandar di pinggir jendela, ia terbiasa menyalakan rokok, membiarkan asap rokoknya berhembus keluar jendela. Satu tangannya memegang rokok, tangan lainnya memegang ponsel dan menelepon Raymond.

“Urusan yang waktu itu aku katakan, segera selidiki.”

“Sudah dalam penyelidikan, aku akan segera mengabarimu.” Raymond berkata.

Setelah menelepon, Rudy mematikan rokoknya lalu masuk ke ruang observasi.

Didalam ruang observasi, Clara duduk di tepi ranjang sambil menggendong Wilson, Wilson bersandar di pelukan Clara, begitu tenang, matanya yang bulat dan besar masih dibasahi oleh airmata, terlihat sangat kasihan.

Sus Rani mendampingi disamping dengan hati-hati, begitu melihat Rudy masuk, ia langsung berkata dengan tergesa-gesa, “Tuan, sungguh bukan salahku, aku melihat langsung Nona Viona mendorong Wilson kebawah tangga….”

“Hm, aku tahu.” Rudy mengangguk, lalu mengeluarkan selembar uang kertas kepada Sus Rani, “Tolong belikan sebotol air untuk Wilson.”

Sus Rani cukup pengertian, dia tahu ada yang ingin Rudy katakan pada Clara, sehingga ia segera keluar.

Rudy berjalan kesisi ibu dan anak Clara lalu mengulurkan tangan mengelus wajah kecil Wilson.

Wilson menatapnya, lalu berkata dengan suaranya yang lemah, “Papa.” Karena menangis terlalu lama, suaranya menjadi agak serak.

“Masih sakit?” Rudy mengulurkan tangan menyentuh perban dikepala Wilson perlahan.

“Sakit.” Wilson berkata dengan mata berkaca-kaca.

“Wilson adalah pria sejati, harus kuat, mengerti.” Rudy berkata.

Wilson mengangguk.

Clara merangkul Wilson dengan ekspresi wajah yang sangat buruk.

Rudy menghela dan berkata, “Luka Wilson tidak parah, asalkan mengganti perbannya dengan teratur, lukanya akan pulih sekitar satu minggu.”

“Kali ini beruntung tidak terjadi sesuatu.” Clara berkata dengan suara yang dingin, “Keluarga kalian sulit dihadapi, aku sudah menyiapkan mental, hanya tidak menyangka mereka bisa sampai serendah ini dalam bertindak.”

Bibir tipis Rudy mengetat, lalu berkata setelah terdiam sesaat, “”Hari ini kau dan Wilson kembali ke apartemen, aku akan menyuruh Sus Rani membereskan barang kalian.”

“Hm.” Clara menjawab singkat.

Lalu perawat masuk untuk memberitahu mereka bahwa mereka sudah boleh pulang, perawat juga berpesan hal apa saja yang harus diperhatikan.

Rudy membawa mobil untuk mengantar Clara dan Wilson serta Sus Rani untuk kembali ke apartemen di Jalan Gatot Subroto.

Wilson pulang kerumah, langsung berlari masuk ke dalam kamar mungilnya, ia terlihat begitu senang. Setelah Sus Rani memberikan satu botol susu padanya, dia mulai menguap dan tertidur tidak lama kemudian.

“Kamu temani Wilson sebentar, aku dan Sus Rani kembali untuk membereskan barang dulu.” Rudy berkata pada Clara.

Clara hanya mengangguk tanpa bicara.

Alis Rudy terlihat mengkerut, lalu berkata, “Masalah ini aku akan membereskannya dengan baik.”

“Yang penting kamu tahu apa yang kamu lakukan.” Clara hanya menjawab singkat, ekspresi wajahnya terlihat membaik.

Rudy membawa Sus Rani kembali ke kediaman Keluarga Sutedja, ketika itu Viona dan Nalan Vi sedang menangis dihadapan nenek Sutedja.

“Didikan keluarga Santoso sungguh rendah, tempramen Clara sungguh keterlaluan. Nenek lihat, wajah Viona dipukulnya sampai bengkak seperti ini, sudut bibirnya sampai berdarah. Bukankah ini sudah keterlaluan.” Nalan Vi kesal sampai matanya merah, rasanya ingin mencabik Clara untuk meredakan amarahanya.

“Aku melihat Wilson jatuh dari tangga, niatnya baik menghampiri untuk menenangkan, bibi keempat malah marah padaku. Wajah bengkak seperti ini, bagaimana aku keluar rumah nantinya.” Viona berkata sambil menangis.

nenek Sutedja terlihat tidak sabar, dia setiap hari menguras otak untuk memikirkan cara terbaik agar keluarga mereka bisa mendapatkan keuntungan yang terbanyak, namun ibu dan anak ini hanya bisa membuat masalah, bukannya membantu malah hanya membuat masalah saja.

“Sudah berapa kali kuperingatkan, kalau tidak punya otak sehebat itu, jangan membuat masalah. Clara terlihat bodoh didepan, tapi sebenarnya dia sangat cerdik. Untuk mengatasinya tidak akan semudah mengatasi Rahma Mirah.”

“Nek, maksudmu ucapanmu sekarang aku bodoh sehingga bisa di bully oleh Rudy. Lihatlah, lihat Viona dipukul sampai seperti ini, wajahnya bengkak sampai seperti bakpao, tidak tahu akan meninggalkan bekas atau tidak. Clara pikir siapa dia! Bahkan Rudy itu hanyalah anak haram, atau dasar apa dia ingin menentang Keluarga Sutedja!” Nalan Vi berkata dengan kesal.

“Kamu bilang berdasarkan apa? Berdasarka marga Sunarya yang ia sandang! Dia bebas melakukan apapun dimanapun!” nenek Sutedaj kesal sampai mengetuk meja, “Ardian sungguh hebat, tanpa mengatakan apapun melahirkan seorang cucu kesayangan untuk Keluarga Sunarya, Bahron hanya memiliki putra semata wayang ini, sekarang sangat berharga.”

Semakin nenek Sutedja mengatakannya semakin emosi, dia memutar topik dan jatuh pada Revaldo.

“Semua salah Revaldo yang tidak berguna, perusahaan yang begitu stabil malah dibuat bangkrut sampai sebersih itu olehnya, bahkan menyentuh bisnis kotor. Ayahmu juga tidak berdaya, hanya bisa menyerahkan perusahaan kepada Rudy dan memanfaatkan kekuasaan Keluarga Sunarya. Siapa yang menyangka Rudy punya managemen yang bagus dan cukup kuat. Menyerahkan perusahaan mudah, ingin memintanya kembali sulit. Kalian jangan salahkan orang lain. Kalau mau menyalahkan salahkan suamimu yang tidak becus.”

“Nek, Revaldo sudah sakit sampai seperti ini, anda masih mengatakan hal seperti ini. Ketika Revaldo memegang perusahaan, dia setiap hari berangkat pagi pulang malam, kerja siang dan malam, sama sekali tidak berani bermalas-malasan. Dia hanya tidak beruntung, perusahaan mengalami krisis ekonomi, omset perusahaan juga tidak mencapai target, para pemegang saham juga mendesaknya sampai seketat itu, makanya Revaldo bisa terdesak sampai seperti itu. Demi perusahaan, Revaldo sampai membuat tubuhnya rusak seperti ini.”

Nalan Vi berkata sambil menangis, tangisannya membuat nenek Sutedja semakin pusing mendengarnya.

“Sudah jangan menangis lagi! Hanya bisa menangis sampai membuat sial saja, membuat kepalaku semakin sakit!”

“Nenek buyut, apakah aku harus menerima pukulan ini begitu saja!” Viona memegang wajahnya sambil meneteskan airmata dengan sedih.

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu