Suami Misterius - Bab 608 ‘Permen’ Ini Terlihat Agak Aneh

Ketika Rudy mendengarnya hanya terdiam, ia tersenyum lembut tanpa mengatakan apapun. Sementara Clara membawa hadiah yang sudah dia siapkan. Rudy menyiapkan sebuah kaligrafi tulis tangan untuk Bahron, seratus huruf ‘umur panjang’ dengan font yang berbeda, bahkan disusun dengan bentuk sedemikian rupa, ini sungguh hadiah yang disiapkan dengan sepenuh hati. “Kamu yang menulisnya?” Bahron melihat setiap hurufnya dengan begitu teliti, lalu mengangguk, “Kemampuan kaligrafimu sungguh mengalami peningkatan.”

“Ayah terlalu memuji.” Rudy berkata dengan rendah hati. Bahron meletakkan lukisan kaligrafinya, berkata dengan serius : “Kamu tidak perlu rendah hati, aku tidak akan memujimu hanya karena kamu adalah putraku.”

“Ayah, anda dan Rudy benar-benar ayah dan anak, Rudy juga tidak pernah memuji Wilson dengan mudah. Ketika Wilson ikut lomba pidato kota, yang ikut serta adalah anak-anak yang lebih tua beberapa tahun darinya, Wilson mendapatkan juara dua sudah pencapaian yang lumayan, namun Rudy malah menyuruhnya berusaha lebih keras lagi dengan wajah yang begitu tegas. Haih, menjadi anak keluarga Sunarya sungguh tidak mudah.” Clara berkata sambil tersenyum. Setelah Bahron mendengarnya, ia menjulurkan jarinya menunjuk Clara dan tertawa. “Gadis ini ya.”

Sebagai orang tua di keluarga ini, dia sungguh jarang menunjukkan ekspresi senangnya yang seperti ini. Clara memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerahkan hadiahnya, “Ayah, ini adalah perlengkapan kaligrafi yang kupilih langsung, tidak berharga mahal, namun bisa digunakan ketika latihan kaligrafi.”

“Kamu sungguh niat.” Senyum hangat mengembang di mata Bahron. Disaat ini, nenek Sutedja menggandeng Wilson turun dari lantai atas, Clara segera membawa hadiahnya menghampiri. “Nenek, ini adalah syal yang kupilih untukmu, coba dilihat sesuai dengan selera nenek tidak.”

Clara memilih sebuah syal merah Fanta yang terbuat dari sutra asli, diatas syal juga ada sulaman bunga Kalanchoe. “Gadis ini ya, memilih warna yang begini terang, aku sudah tua begini menggunakannya, bukankah malah akan disangka orang tua yang tidak tahu umur.” nenek Sunarya berkata sambil tertawa. “Nek, sekarang sedang ngetrend menggunakan warna yang terang dikalangan orang yang berusia lanjut, lagipula nenek sama sekali tidak tua, terlihat lebih muda sepuluh tahunan dibandingkan dengan orang yang seumuran dengan nenek. Ketika itu aku mendengar Bibi Zhang berkata, ketika musim panas nenek suka ke pantai untuk menghindari cuaca yang panas, di tepi laut sangat dingin, cocok jika mengenakan syal.”

“Gadis ini sungguh teliti, baiklah, kalau begitu aku akan mengenakannya agar bisa mengikuti trend.” nenek Sunarya berkata sambil tersenyum. “Nek, aku memberikanmu syal, sebenarnya aku punya maksud tersendiri.”

Clara menopang wajahnya sambil berkata dengan serius : “Aku ingin bisa seperti syal ini, terus berada disisimu, semoga kamu jangan merasa aku mengganggu ya.”

Setelah nenek Sunarya mendengarnya, ia langsung tertawa sampai matanya tidak bisa terbuka. Dimata orang tua ini, Clara melahirkan cucu yang begitu menyenangkan seperti Wilson saja sudah sangat berjasa bagi keluarga mereka

Apalagi Clara begitu pintar membuat orang senang, nenek Sunarya lebih daripada menyukainya, sehingga ia langsung menyuruh Bibi Zhang pergi kekamarnya dan mengambilkan satu set perhiasan mahal untuk diberikan pada Clara. nenek Sunarya memiliki banyak barang bagus, dia berkata dengan nada yang datar dan santai ketika menyuruh Clara membawanya pulang. Ketika Ardian keluar dari dapur, melihat suasana di ruang tamu begitu harmonis. Tentu saja Clara tidak melupakan hadiah yang sudah disiapkan untuknya, dia menyiapkan sebuah bros yang begitu indah. Sikap Ardian datar, namun terlihat ekspresi puas di balik sorot matanya.

Kemampuan Clara mendapatkan hati orang yang lebih tua memang sangat hebat, sejak dahulu hubungan yang paling sulit diatasi adalah hubungan antara mertua dan menantu, namun ia bisa melewatinya dengan begitu mudah. Bukan hanya dengan Nyonya Sutedja dan Ardian, ia bahkan sanggup membaur dengan nenek Sunarya dan juga Bahron dengan sangat baik. Bagi pria, hal yang terpenting bukan hanya keluarga dan juga pekerjaan, ada berapa banyak pria yang merasa pusing karena istrinya tidak bisa membaur dengan orang tuanya juga keluarga dengan baik. Karena hubungan mertua dan menantu sering terjadi kegaduhan didalam rumah, bukan hanya mempengaruhi pekerjaan, yang paling parah bisa sampai mengganggu kehidupan rumah tangga. Dan sikap Clara sudah jelas tidak akan membiarkan Rudy merasakan kegalauan karena itu semua, posisi ia sudah terlihat sangat jelas. Keluarga Rudy ada keluarganya juga, dia akan berusaha keras baik pada mereka, bagaimana pun hati manusia juga terbuat dari daging, klaau dia baik pada mereka, maka mereka tidak punya alasan untuk tidak baik padanya.

Dan musuh Rudy adalah musuh dia, suami istri bersatu, berdiri di pihak yang sama, bersama-sama membasmi musuh. Makan malam berlangsung begitu senang dan harmonis. Setelah makan, Bahron dan Rudy masuk ke dalam ruang kerja, apa yang sebenarnya dibicarakan ayah dan anak ini, tidak ada yang berani menanyakannya, para wanita seolah sama sekali tidak tertarik dengan topic pada pria. Clara dan Wilson di lantai satu menemani nenek Sunarya dan Ardian menonton televise. Ketika melihat waktu sudah jam 9 malam, semua kembali ke kamar masing-masing. Karena Clara sedang datang tamu bulanan, Rudy tidak bisa mengganggunya, jarang sekali dia bisa tidur dengan nyenyak sepanjang malam sampai pagi, bahkan sampai siang baru bangun, itu juga bangun karena Wilson yang membangunkannya. Clara bangun dari ranjangnya, mengambil ponsel dan melihat jam, sudah lewat dari jam 10. Jam seperti sekarang Bahron sama sekali tidak ada dirumah, Ardian juga sudah pergi ke kantor.

nenek Sunarya sedang didapur menyiapkan makan siang, Wilson berlarian kesana kemari di dalam mansion sambil mencari mainan baru yang menyenangkan. Dan saat ini Wilson sedang berdiri disamping ranjangnya, ditangannya memegang sebuah barang dan menyodorkannya kedepan Clara sambil bertanya dengan bingung, “Ma, ini apa? Permen ya?”

Clara mengusap matanya yang masih mengantuk, ketika melihat benda ditangan Wilson, Clara langsung merasa kacau. “Wilson, ini kamu dapatkan dari mana?” Clara bertanya. “Didalam laci kamar kakek.” Wilson berkata dengan polosnya. Clara merasa pusing langsung, wajahnya langsung menjadi tegas dan mengomeli Wilson : “Wilson, bagaimana boleh kamu sembarangan masuk kamar kakek, bahkan sembarangan membongkar barang milik orang lain!”

Wilson mengkerutkan bibir kecilnya, wajahnya terlihat murung. Sebenarnya dia kesana mencari permen. Kakek selalu mengambil permen yang dia simpan didalam laci untuknya, dia selalu menganggap semua yang tersimpan dalam laci kakeknya adalah permen. Tapi kenapa ‘permen’ yang ia temukan hari ini terlihat begitu aneh.

“Kenapa? Pagi-pagi sudah mengomeli anak?” Rudy membuka pintu dan masuk, melihat wajah putranya yang murung, ia langsung mengulurkan tangan untuk mengelus kepalanya. Clara langsung melemparkan barang bukti ketangan Rudy, “Wilson menemukan ini di kamar ayah, dia mengira ini permen, untuk tidak dibuka dan dimakan.”

Rudy : “…….” Kapan lagi ada ekspresi canggung muncul diwajah Tuan muda keempat Sutedja, ia membawa kotak berisi kondom itu, lalu berbalik dan pergi. Malamnya, Bahron dan Ardian pulang dari kerja, mereka sekeluarga makan dengan begitu asiknya. Setelah makan, Rudy langsung memanggil Bahron untuk ikut dia ke ruang kerja. Didalam ruang kerja, diatas meja terletak nampan dan juga perlengkapan membuat teh, disamping meja kerja, Bahron sudah menyiapkan catur China dan berencana bertarung dengan Rudy beberapa ronde. Setelah Rudy masuk, ia langsung duduk didepan meja teh, mengangkat teko lalu menuangkan satu cangkir teh, jarinya memegang cangkir sambil menatapnya dengan seksama. “Nenekmu selalu berharap kamu bisa kembali ke Jing , akhirnya hari ini berhasil menantikan kedatangan kalian. Aku sudah menyapa pimpinan militer, kamu bisa kembali ke pasukan kapan saja.” Bahron menyusun catur sambil berkata. “Hm.” Rudy menjawab singkat. “Mengenai kehidupan setelah kembali ke Jing , apakah kamu sudah mendiskusikannya pada Clara? Apakah dia memiliki pendapat lain?” Bahron bertanya lagi.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu