Suami Misterius - Bab 985 Bingung, Sungguh Bingung

"Ma, mama ..." suara Honey gemetaran. Tanpa sadar dia langsung mendorong Aldio dari dirinya.

Dua orang yang barusan tadi menempel bersama, sekarang dalam sekejap berpisah.

Aldio juga tidak menyangka bisa bertemu dengan ibu Honey disini. Tampak kecanggungan juga di wajahnya. Tapi dia masih saja menyapa ibu Honey dengan sopan, “Tante,.”

Di luar lift, ibu Honey mengenakan mantel musim dingin warna krem yang tampak begitu anggun, hak tinggi setinggi 7 inci, rambutnya ditata dengan begitu halus, dia mengenakan kacamata hitam dan di sampingnya ada asistennya.

Di balik kaca mata hitam itu, tatapan mata ibu Honey memandangi dua orang di depannya, lalu dia pun masuk ke dalam lift.

Dia membawa asistennya berdiri di depan Aldio dan Honey, pintu lift pun perlahan menutup. Ibu Honey berkata dengan suara yang tenang, “Apakah kalian datang kesini untuk membuat pengumuman?”

“Em?

Oh.”

Honey mengiyakan dengan asal-asalan, lalu bertanya lagi, “Ma, kamu tinggal di lantai berapa?”

Tatapan mata Ibu Honey melirik ke angka yang sudah menyala dan ditekan, lalu berkata, “Satu lantai dengan kalian.”

Asisten ibu Honey hanya berdiri di sampingnya, menundukkan kepala dan tak mengatakan apapun.

Honey menatap Aldio dengan tatapan bingung harus bagaimana.

Aldio melengkungkan sudut bibirnya, membelakangi ibu Honey lalu mengulurkan tangan mencubit pinggang ramping Honey.

Honey berteriak ‘aduh’ tanpa sadar. Lalu melotot dengan kesalnya ke Aldio.

Ibu Honey menoleh dan melihat mereka berdua, lalu bertanya, “Kenapa?”

“Tidak apa-apa, hanya kakiku terkilir.”

Jawab Honey asal-asalan.

“Hanya berdiri diam di tempat bisa terkilir?”

Tatapan mata ibu Honey beralih ke kaki Honey.

Honey mengenakan sepasang sepatu hak tinggi kristal yang indah, memperlihatkan pergelangan kaki yang indah, yang tidak terlihat terkilir sama sekali.

Honey mengulurkan tangan dan mengusap-usap hidungnya, dia merasa dirinya telah membuat alasan yang bodoh sekali.

Lift terus naik dan kemudian berhenti.

Pintu lift terbuka, Ibu Honey dan asistennya berjalan keluar dari lift terlebih dahulu, tapi mereka berhenti di pintu lift, jelas sekali tujuannya adalah menunggu Honey.

"Aku mau duduk-duduk dulu di kamarmu sebentar."

Kata ibu Honey sambil menatapnya.

“Oh.”

Honey mengangguk, mengulurkan jari tangannya ke kiri lift, “Kamar 2011.”

Ibu Honey pun bersama asistennya lebih dulu berjalan ke depan kamar itu dengan menyeret koper serta menapakkan sepatu hak tingginya.

Honey dan Aldio mengikuti dari belakang, Honey dengan sengaja menjaga jarak dengan Aldio.

Ibu Honey melihat mereka berdua, dia bertanya dengan ekspresi wajah yang begitu tenang, “Presdir Aldio juga tinggal di kamar ini?”

Baru saja Aldio mau mengangguk, Honey lebih dulu merebut kesempatan bicara itu, “Bukan, dia tinggal di kamar sebelahku.”

Mendengar ini, Aldio mengerutkan kening menatapnya.

Honey mengulurkan tangan mendorong Aldio, menatapnya memberikan isyarat mata yang menunjuk ke kamar sebelah.

Tampak jelas ketidak berdayaan di kening Aldio. Ibu Honey juga bukanlah orang bodoh, dia jelas bisa melihat hubungan di antara mereka berdua. Berpura-pura seperti ini harusnya sudah tidak berguna.

Oleh karena itulah, dia hanya kooperatif saja dengan apa yang diminta oleh Honey. Dia pun pergi ke kamar sebelah.

Kemudian, Honey mengambil kartu kamarnya lalu membuka pintu kamarnya. Mempersilahkan ibunya masuk ke dalam.

“Taruhlah dulu kopernya kembali ke kamarku.”

Kata Ibu Honey kepada asistennya. Setelah itu, baru dia berjalan masuk ke kamar Honey.

Honey pun dengan patuhnya berjalan mengikutinya masuk ke dalam. Lalu, terdengar suara pintu ditutup.

“Ma, kenapa kamu bisa ada di Hongkong?”

Tanya Honey.

“Mau membicarakan pekerjaan bisnis. Rencana perjalanan bisnis yang diputuskan secara dadakan. “

Jawab ibu Honey duduk di sofa ruang tamu.

“Oh.”

Jawab Honey.

Ternyata perjalanan bisnis yang dirubah secara dadakan. Tidak heran kalau dia tidak tahu, sehingga bsia bernasib buruk secara kebetulan bertemu bersama di sini.

“Ada apa dengan kamu dan Aldio?”

Tanya Ibu Honey lagi sambil mengerutkan keningnya.

“Ya seperti apa yang kamu lihat.”

Gumam Honey dengan suara yang sangat kecil.

Setelah mendengar itu, Ibu Honey menghela napas lalu bertanya lagi, “Apa kalian menginap bersama di satu kamar?”

“Tid...” suara Honey sedikit bimbing dan jelas sekali kalau dia merasa bersalah.

Tapi ibu Honey bukanlah orang yang bisa dengan mudah ditipu. Dia pun berdiri dari sofa dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar tidur. Begitu berjalan sampai di depan lemari baju.

“Ma!”

Teriak Honey dengan panik memanggilnya, lalu dia dengan segera menghadang ke depan lemari bajunya.

Di lemari itu masih tergantung baju Aldio. Mulai dari celana dalam sampai baju luar semuanya ada. Jika ibunya melihat ini, pasti semua akan terbongkar.

Tentu saja, sikapnya yang terlihat sekali sangat mencurigakan ini, sebenarnya sudah membocorkan semuanya.

Ibu Honey meliriknya dengan tatapan tak berdaya, lalu bertanya, “Berapa lama kalian bersama?”

“Tidak terlalu lama juga.”

Jawab Honey sambil menundukkan kepalanya dan bersikap seolah sudah melakukan kesalahan.

“Baru pacaran belum lama, tapi sudah menginap bersama?”

Ekspresi wajah ibu Honey langsung berubah, dia pun memarahi Honey dengan berkata. “Aku sudah pernah bilang. Anak perempuan itu harus menghargai dan menghormati dirinya sendiri. Kalau kamu seenaknya saja, maka pria akan lebih seenaknya.”

Honey hanya menundukkan kepala tanpa berkata apa-apa. warna wajahnya sedikit pucat dan kemerahan.

Ibu Honey merasa kalau ucapannya barusan terlalu berat dan menyakiti, dia pun menghela napas, lalu nada bicaranya sedikit dilembutkan, “Maaf sekali, Sugar, mama tidak seharusnya memakimu seperti itu. Tapi, apa kamu tahu, Aldio...” “Aldio tidak seperti apa yang dikatakan oleh orang lain di luar sana.”

Jelas Honey buru-buru.

“Aku tahu, desas-desus dan gosip di luar tidak bisa dipercaya sepenuhnya.

Tapi, Aldio bukanlah salah satu pilihan yang bagus untuk dijadikan suami.

Jika hubungan kalian ini diketahui oleh papa, dia pasti akan...” “Dia pasti akan mengulitiku.”

Jawab Honey dengan kesal.

“Dia mana mungkin tega memukulmu, sehelai rambutmu saja tidak tega. Dia pasti akan menguliti Aldio.”

Kata ibu Honey, dia merasa sedikit sakit kepala.

Aldio ini berbakat dan sangat tampan. Kemampuan dan tata kramanya juga lumayan bagus, tapi sayangnya kehidupan pribadinya itu terlalu tidak karuan.

Walaupun, pada akhirnya Aldio bersedia menikahinya, mendapatkan dua buku nikah, mengadakan acara resepsi pernikahan, tapi semua ini tidak menunjukkan dengan pasti kalau Honey adalah pemenang hatinya Aldio.

Pernikahan bagi seorang wanita hanyalah sebuah permulaan saja. Setelah menikah, apakah Aldio bisa menjalani hidup tenang dan bahagia, apakah pernikahan ini bisa bertahan lama atau tidak, semua ini tidak ada yang bisa memastikan maupun menjaminnya.

Ibu dan ayah Honey tidak berharap Honey menikah dengan pria dari keluarga yang sama besar dan terpandangnya. Cukup keluarga orang itu berkecukupan. Dengan begitu, mereka bisa kapan saja bertolak pinggang membela anak perempuannya.

Tapi identitas dan status sosial Aldio tidak rendah, jika kedepannya anak perempuan mereka itu menderita, mereka mana mungkin bisa memberi tekanan kepada menantunya ini.

Ketegangan sejenak dalam hening di antara ibu dan anak ini, lalu ponsel Honey berdering.

Honey melihat ke layar ponselnya, panggilan masuk dari Aldio.

Honey mengangkat pandangan matanya dengan hati-hati melirik ke ibunya. Lalu, dia mengambil ponsel dan berjalan keluar dari kamar tidur untuk menerima panggilan telepon itu.

“Halo..” “Apa kamu menerima interogasi dari mamamu?”

Terdengar suara berat Aldio, sedikit tidak terdengar bercanda seperti biasanya.

“Em.”

Jawab Honey.

“Aku akan pergi ke sana dan menjelaskannya.”

Kata Aldio, nada bicaranya sangat serius.

Sebagai seorang pria, dia tidak merasa kalau pada saat ini harus bersembunyi seperti kura-kura bersembunyi dalam tempurungnya. Dan membiarkan Honey menghadapinya sendirian.

“Tidak usah.”

Tolak Honey.

Dia khawatir kedatangan Aldio akan memperparah masalah.

Ada keheningan sebentar di telepon, lalu Aldio berkata dengan santainya, “Nona Honey, apa menurutmu priamu ini tidak akan bisa menangani semua dengan baik?”

“Maksudku bukan ini.

Sekarang kamu datang, hanya akan melihat kemarahan mamaku saja.

Nanti kalau aku sudah menangani mereka degan baik, kamu baru datang bersilahturahmi secara resmi kepada mereka.”

Kata Honey dengan suara rendah sambil menggenggam ponselnya dengan erat.

Ada keheningan sejenak di telepon itu, lalu dia menjawab, “Baiklah.”

Telepon pun ditutup, Honey kembali masuk ke dalam kamar tidur. Lalu dia menundukkan kepalanya menantikan makian dan kemarahan ibunya.

Ibu Honey malah tidak mengatakan ucapan yang berat lagi, hanya geleng-geleng kepala menghela napas, “Pikirkan baik-baik bagaimana akan menjelaskan hal ini kepada papamu ketika kembali nanti. Papamu pasti tidak akan setuju kalian bersama.”

Setelah ibu Honey bicara, dia berdiri lalu keluar dari kamar tidur.

Begitu kamar itu dibuka lalu ditutup, Honey pun langsung dengan tak berdayanya berbaring lemas di ranjang. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, bingung, sungguh bingung.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu