Suami Misterius - Bab 937 Apanya Yang Harus Ditakutkan

Mobil melaju dengan kecepatan stabil dan berbelok di persimpangan, menuju ke jalan lain.

Dua baris pohon poplar tinggi di kedua sisi jalan, menurut ketebalan batang, pohon-pohon ini seharusnya sudah cukup tua.

Karena sekarang adalah musim dingin, dedaunan hijau hilang, hanya menyisakan ranting-ranting kering, sedikit berayun di bawah hembusan angin dingin, memberikan suatu perasaan depresi yang tak terjelaskan.

Clara memandang ke luar jendela dengan acuh tak acuh, tanpa emosi yang berlebihan.

Namun, pada saat ini, mobil yang melaju dengan stabil tiba-tiba menggoyang dengan kuat, kemudian supir segera menginjak rem.

Clara mengenakan sabuk pengaman, tapi tubuhnya tetap juga mencondong ke depan dan dahinya membentur kursi di bagian depan, untungnya kursinya lembut dan tidak sakit.

Clara mengulurkan tangan, memijat dahinya, lalu begitu mengangkat kepala, dia melihat sebuah mobil Jeep berhenti di depan mobil mereka.

Ada sebuah mobil tiba-tiba bergegas keluar, supir langsung menginjak rem.

Pada saat ini, pintu samping mobil Jeep terbuka, Rudy melangkah keluar dari mobil dan berjalan langsung ke mobil di mana Clara berada, dia mengulurkan tangannya membuka pintu, menarik Clara keluar dari mobil tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Clara terhuyung dan jatuh ke dadanya yang lebar.

Napas dan suhu tubuhnya membuatnya merasa tenang.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

Rudy bertanya dan menatapnya dengan tatapan khawatir.

Clara mengangkat dagu dan menatapnya, kebetulan melihat tunggul biru di dagunya dan jejak kelelahan di matanya.

Pada saat ini, Clara berpikir, Rudy pasti sangat lelah terjepit diantara dia dan keluarganya.

"Aku baik-baik saja."

Clara menggelengkan kepalanya dan bertanya "Bukannya sedang rapat militer?"

"Ya."

Rudy hanya menanggapinya dengan acuh tak acuh, tidak memiliki emosi yang berlebihan.

Dia memang sedang rapat dalam pasukan dan rapat ini sangat penting.

Tetapi dia tahu keluarga Sunarya mengirim seseorang datang menjemput Clara pergi ke sana, dia segera pergi dari tengah rapat.

Bagi Rudy, tidak ada rapat yang lebih penting dari Clara dan anak di perutnya.

Rudy melepaskan lengan yang merangkul di pinggangnya, lalu memandangnya dari kepala hingga kaki dengan tatapan yang hangat dan dalam, setelah memastikan Clara benar-benar tidak terjadi apa-apa, akhirnya dia merasa lega.

“Kamu kembali dulu bersama Olga.”

Rudy berkata dengan nada dalam dan tegas.

Setelah mendengar, Clara tersenyum, senyumannya penuh hinaan.

“Kamu tergesa-gesa kembali, hanya ingin menghentikan diriku pergi ke keluarga Sunarya?

Apa yang harus ditakutkan?

Emangnya mereka berani memaksaku pergi melakukan aborsi?”

Setelah mendengar, Rudy mengerutkan kening.

Setelah terdiam sejenak, dia berkata lagi: “Aku tidak berharap orang yang tidak berkepentingan memperngaruhi suasana hatimu.

Clara, dengarlah kata-kataku, kembalilah bersama Olga.”

“Bagaimana dengan Keluarga Sunarya?”

Clara bertanya, sudut bibirnya terangkat sebuah senyuman penuh ironis.

“Aku akan menanganinya.”

Suara Rudy agak rendah dan dingin.

Dia mengangkat kepala menatap ke arah mobil.

Di sisi lain, Olga berdiri di samping mobil, setelah mendapat perintah, dia segera berjalan ke samping Clara.

“Jaga Nyonya baik-baik.”

Rudy menyerahkan Clara pada Olga.

Olga berasal dari pasukan khusus, tidak peduli gerakan maupun tingkah, semuanya sangat hebat, Rudy sangat tenang menyerahkan Clara padanya.

Olga memapah Clara, siap-siap berjalan menuju ke arah mobil Jeep, saat ini, sekretaris yang duduk di bagian depan tergesa-gesa menuruni mobil dan menghentikan mereka.

Clara berhenti melangkah dan tidak berkata.

Rudy berkata dengan dingin "Pergi.”

Sekretaris berwajah tidak berdaya dan berkata dengan gelisah: “Tuan muda Sunarya, aku hanya bertindak sesuai perintah, jangan mempersulitkan diriku.”

“Perintah? Perintah siapa?”

Rudy bertanya dengan dingin, pandangannya yang tajam dan dingin membuat orang merinding.

Sekretaris tertegun di tempat, tidak berani berkata dan juga tidak bermaksud pergi.

“Pergi, jangan sampai aku mengatakannya ketiga kali.”

Rudy sangat jelas sudah marah.

Olga sama sekali tidak segan pada sekretaris, dia mengulurkan tangan menariknya ke samping dan memapah Clara duduk ke dalam mobil Jeep, kemudian mobil melaju pergi.

Setelah Clara dan Olga pergi, Rudy mengulurkan tangan membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

Sekretaris terkejut dan bertanya: “Tuan muda, kamu......” “Pergi ke keluarga Sunarya.”

Rudy berkata.

Kemudian, bersandar ke kursi dan memejamkan matanya beristirahat.

Sekretaris mengetahui temperamen Tuan mudanya ini, meskipun Rudy jarang beremosi, tapi ini tidak berarti dia tidak memiliki emosi.

Sekretaris tidak berani banyak berkata, dia mengedipkan mata pada supir, supir menyalakan mesin mobil dan melaju ke arah keluarga Sunarya.

Di sisi lain, keluarga Sunarya.

Di aula lantai satu, Astrid menemani Nenek duduk di kursi utama.

Bahron dan Ardian juga ada di sana, mereka duduk di sebelah.

Dalam ruangan, ekspresi masing-masing orang berbeda, Astrid terlihat dingin, jelas berpikiran buruk.

Nenek berwajah lelah, sejak keluar dari rumah sakit, kondisi tubuhnya semakin buruk.

Bahron berwajah dingin, berpenampilan sangat tidak berdaya.

Dan Ardian selalu memandang Astrid dengan tatapan menghina dan meremehkan.

Mulai sejak Astrid kembali, selalu membuat keributan, rumah ini sudah tidak pernah tenang lagi.

Dirinya pun merasa lelah.

Apalagi Rudy dan Clara.

Semuanya memiliki pikiran sendiri, jadi ketika Rudy kembali, mereka jelas terkejut.

Ketika Bahron dan Ardian melihat orang yang datang bukan Clara, mereka merasa lega.

Bagaimanapun Clara adalah ibu hamil, sebaiknya jangan terlalu melelahkan diri.

Lalu kemudian Bahron langsung mengerutkan kening dan bertanya "Mengapa tidak rapat di pasukan?”

Rudy duduk di sofa samping, punggungnya tegap dan pandangannya dingin.

Orang yang hadir lumayan lengkap, melihat situasi ini, mereka siap-siap melakukan pendengaran bersama.

“Ada urusan rumah, jadi minta izin.”

Dia berkata dengan santai.

“Semakin ceroboh.”

Bahron menegur dengan tidak berdaya, tapi tidak mengatakan hal lainnya.

Baru-baru ini, atasan mengirim seseorang untuk menginvestigasi, tiba saatnya untuk melakukan pekerjaan dengan baik, tapi putranya malah melanggar peraturan secara terang-terangan.

Untungnya, setelah menjabat, prestasi Rudy terlihat jelas, posisinya tidak akan terguncang oleh masalah sepele seperti meminta izin, tetapi tetap berdampak buruk.

Bahron tidak banyak bicara, tapi Nenek agak kesal.

Dia selalu mengutamakan kepentingan keluarga daripada apa pun, dia segera berwajah suram dan menegur "Benar-benar ceroboh! Posisimu saat ini sangat penting, tidak boleh terjadi kesalahan apapun. Orang lain yang duduk dalam posisi ini semuanya berhati-hati, kamu malah selalu meminta izin, waktu meminta izin lebih banyak daripada berada di dalam pasukan, apakah kamu sengaja membuatku marah!"

Rudy mendengar dengan acuh tak acuh terhadap teguran Nenek, setelah dia selesai berkata, Rudy menjawab dengan santai "Kalau kamu bisa kurangi marah dan kurangi pikiranmu, aku juga bisa bekerja dengan tenang."

Nenek tentu mengerti apa yang dia maksud, dia segera memegang bagian jantungnya dengan marah dan menghela nafas berkata "Aku sudah tua, terlalu banyak mengurus, malah membuat orang benci."

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu