Suami Misterius - Bab 573 Bertindak Secara Profesional

Isi hati Gevin, Rudy tentu saja mengetahuinya.

Hanya saat ini, Rahma sudah berumah tangga dan mempunyai anak, Gevin juga sudah bertunangan dengan nona keluarga Li , masing-masing juga harus menjaga jarak, bagaimanapun, keluarga Li bukan orang yang gampang teratasi.

Berdasarkan perikemanusiaan, Rudy setidaknya harus mengingatkan Rahma, namun dirinya bukan orang yang suka ikut campur, lagi pula, setelah masalah cake pada sebelumnya, dia juga malas bertindak lagi.

Jari tangan Rudy yang panjang sedang berhenti di samping asbak rokok kristal, lalu membuang abu rokok di ujung jarinya, dan membuka mulut dengan nada datar :”Kamu cari aku karena masalah proyek ?”

“Benar.”

Rahma mengangguk, lalu buru-buru berkata :”Bisnis utama perusahaan aku bekerja memang fokus pada proyek renovasi, pernah ikut serta dalam berbagai proyek renovasi yang besar, khususnya sudah sangat berpengalaman dalam renovasi interior.”

Pada saat Rahma berbicara, sudah mengeluarkan dokumen di dalam tas, beserta gambar rancangan dan proposal tender untuk proyek di kota tua .

“Proyek renovasi di kota tua pada kali ini, kami sudah lama mempersiapkannya, sudah menanamkan tenaga kerja dan dana yang besar, Rudy, kamu tidak ada alasan untuk membatalkan hak tender perusahaan kami.

Seandainya, hanya sekedar karena Clara, aku sudah menjelaskan ke rumahmu padanya.”

Rudy selesai mendengarnya, hanya melirik sekilas pada dokumennya dengan tatapan dingin, bahkan merasa sedikit tidak acuh dengannya.

“Rahma, aku tidak tahu apa yang kamu katakan pada istriku, tetapi penjelasan yang kamu katakan sudah membuat dia sedih sepanjang hari.”

“Aku hanya menjelaskan hubungan kita padanya saja.

Rudy, aku sama dirimu sudah menjadi masa lalu, bahkan sudah bertahun-tahun tidak pernah komunikasi.

Aku merasa tidak mengatakan kata-kata apa yang membuat Clara salah paham, orang yang berada di tempat juga bukan hanya kami berdua, pembantu rumahmu ada juga, kamu boleh tanya saja padanya.

Seandainya hati Clara sendiri yang lemah sensitif, bahkan merajuk juga dengan masa lalumu, kalau begitu aku juga tidak berdaya.

Rudy, kamu orangnya selalu bisa membedakan masalah kerja dan pribadi, pada saat itu, masalah adik sepupuku naik jabatan, aku hanya meminta bantuanmu, kamu bahkan tidak mau juga.

Kalau begitu, sekarang, semoga kamu juga jangan terpengaruh dengan Clara.

Tolong memberikan hak tender padaku secara adil, meskipun kalah, aku juga bisa menerima.”

Rudy menahan kesabaran dan mendengarkan semua penjelasannya, tangannya sedang menjepit rokok, lalu membuka dokumen profil perusahaan Rahma, dan melempar ke hadapannya.

“Rahma, kamu sekarang berharap aku bertindak secara profesional ?

Kalau begitu aku kasih tahu kamu, pertama, kamu sebagai perwakilan perusahaan yang ikut serta tender proyek, seandainya ingin menginjak ruang CEO, setidaknya harus membuat janji dan menanti sampai satu bulan ke depannya.

Selanjutnya, Raymond membatalkan hak tender kalian, memang sudah bertindak secara profesional.

Perhatikan baik-baik syarat kami dalam menerima perusahaan yang ikut serta hak tender, baru mencocokkan dengan perusahaanmu, lihat apakah sudah memenuhi syarat tender kali ini.

Terus, perusahaan tempat kamu bekerja saat ini, sudah ada sedikit gosip di dunia bisnis.

Bos kamu itu, lumayan hebat, juga sangat berani, memakai jalan pintas untuk menggelapkan bahan material, sembarangan mengubah rancangan renovasi, dan sering sekali melakukan masalah sejenis ini.”

“Rudy.”

Wajah Rahma pucat ketakutan, jelasnya sudah kehilangan semangat sebelumnya.

“Rudy, yang kamu katakan ini, hanya kasus yang berbeda.

Proyek kota tua ini, aku akan mengawasi sendiri, aku jamin, tidak akan terjadi kelalaian apapun.

Rudy, proyek ini, sangat penting bagiku.”

“Rahma, proyek ini penting bagimu, itu urusanmu, tidak ada hubungan denganku.

Aku pengusaha, tujuan tender adalah ingin mendapatkan penawaran harga yang sesuai, untuk perusahaan yang tidak memenuhi syarat, bahkan tingkat kepercayaan juga terbatas.

Menurutmu, aku ada alasan apa untuk menolak perusahaan renovasi yang memang ada kemampuan, dan malahan mau memakai perusahaanmu yang penuh dengan risiko ?

Atau, tujuan kedatangan dirimu hari ini, adalah ingin mendapatkan jalan pintas dariku ?”

Kata-kata Rudy, membuat Rahma tidak dapat menjawab apapun.

Dia menggerakkan bibir, namun tidak dapat mengeluarkan suara.

Rudy memadamkan rokok di jarinya ke dalam asbak rokok, lalu mendirikan badan dengan tenang, sambil mengambil jas yang gantung di samping.

“Seandainya kamu tidak ada keperluan lagi, kalau begitu, aku sangat sibuk, tidak bisa melayani.”

Rudy selesai bicara, langsung melangkah kakinya ke luar ruangan.

Satu tangannya masih memegang pada pegangan pintu, tiba-tiba kepikiran sesuatu, berbalik lagi kepala dan menoleh Rahma, lalu berkata :”Ada lagi, aku berharap ke depannya kamu jangan mencari istriku lagi, daripada menimbulkan kesalahpahaman yang tidak diinginkan.”

“Aku…” Rahma berusaha menjelaskan, namun Rudy sepertinya tidak butuh penjelasannya, dia hanya sekedar memperingatkan dirinya saja.

Sudah langsung pergi ketika selesai berkata.

… Waktu sudah tepat jam dua ketika Rudy membawa mobilnya pulang ke apartemen.

Sus Rani berkata :”Nyonya baru saja tertidur.”

“Sudah makan siang ?”

Rudy bertanya.

“Belum.”

Sus Rani mengeluh dan menggeleng kepalanya, “Bukan hanya makan siang, bahkan sarapan juga tidak seberapa makannya.”

“Iya, aku sudah tahu.

Kamu sibuk saja.”

Rudy selesai bicara, melepaskan jas dan melipatkan lengan bajunya, lalu berjalan masuk ke dapur.

Rudy membuka kulkas, mengeluarkan bahan masakan yang segar, lalu memasak makanan sederhana yang disukai Clara, juga memasak bubur.

Setelah masakan sudah terletak di atas meja, dia naik ke atas untuk memanggil Clara.

Ketika mendorong pintu kamar tidur, sudah melihat Clara yang baring di atas kasur, tubuhnya tertutupi oleh selimut, sedang termenung dengan menatap plafon di atas kepalanya.

Melihat dirinya yang sudah pulang, Clara terduduk dari kasur dengan tampang kaget, “Kamu kenapa pulang ?”

“Bukannya bagus bisa menemanimu ?”

Rudy duduk di kasur, lalu tersenyum lembut, dan berkata lagi :”Sus Rani bilang siang ini kamu tidak makan, apa karena sayurnya tidak cocok selera ?Aku sudah masak masakan kesukaanmu, cepat turun ke bawah untuk makan.”

“Aku tidak lapar.”

Clara berkata dengan nada malas.

“Aku juga belum makan, temani aku makan, boleh ?”

Rudy tersenyum memeluknya, meletakkan dia di atas pahanya.

Wajah Clara sedikit kemerahan, lalu berdiri dari tubuhnya dengan reaksi malu, “Aku ke toilet dulu, nanti baru makan di bawah.”

“Iya.”

Rudy mengangguk, duduk di samping kasur untuk menunggunya.

Clara membersihkan wajahnya dengan sederhana, lalu ikut Rudy turun ke bawah.

Masakan di atas meja makan sangat sederhana, namun semuanya masakan kesukaan Clara pada biasanya.

Hanya saja, hari ini dia memang tidak berselera, sehingga hanya makan sedikit.

“Kenapa ?

Tidak enak ?”

Rudy bertanya.

“Iya, ini terlalu asin, ini kurang.”

Clara berkata dengan tampang pemilih.

Rudy mencicipinya, sayur tidak bermasalah, kelihatannya suasana hati wanita ini kurang baik, ingin menyusahkan dirinya.

“Iya, kamu tunggu sebentar, aku masak ulang lagi.”

Rudy sangat sabar, tersenyum dan berjalan masuk ke dalam dapur.

Tidak lama kemudian, masakan yang sama tertata rapi di atas meja, seluruh tubuh CEO Sutedja terpenuhi bau minyak dan masakan.

Clara juga tidak tega menyusahkan dirinya lagi, sehingga, diam-diam menyantapnya.

Dia sedang makan, namun Rudy malah terus menatapnya, tatapannya sangat datar dan lembut.

Clara menjadi gelisah karena tatapannya, lalu berbisik :”Kamu bukannya juga belum makan ?

Kenapa tidak makan, bisa kenyang hanya dengan menatapku ?”

“Kamu bukannya pernah bilang ‘kecantikan bisa mengenyangkan’ ya.”

Rudy tersenyum menjawabnya.

Clara menggigit sumpit, lalu berkata :”Maksudku kamu.

Aku mana ada kecantikan mendunia seperti CEO Sutedja.”

Rudy mendengarnya, tersenyum keceplosan dengan tidak berdaya.

‘Kecantikan mendunia’ bukan pujian yang baik bagi seorang lelaki.

Setelah selesai makan, Rudy membereskan sendok garpu di dapur, Clara duduk di meja makan, tangannya menopang pipi, lalu menatap bayangan punggungnya dan berpikir dalam.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu