Suami Misterius - Bab 112 Turun Tahta

Arima awalnya berniat untuk membicarakan dengan Rudy tentang hal itu ketika semua anggota keluarganya hadir di perjamuan keluarga Sutedja kemarin. Di bawah tekanan semua orang, dia mau tak mau pasti akan setuju walaupun sebenarnya dia tidak setuju. Tetapi Rudy malah tidak pulang dan tidak memberinya kesempatan untuk berbicara sama sekali.

Setelah Arima marah besar, tapi dia tidak berdaya, jadi dia harus pergi ke perusahaan dan membicarakan hal ini secara langsung.

"Rudy, ketika kamu mengambil alih perusahaan, kita sudah sepakat. Kamu mengambil alih perusahaan selama tiga tahun, dan aku akan memberimu 10% saham Group Sutedja. Seperti yang kamu tahu, itu adalah tradisi keluarga untuk mewarisi perusahaan kepada cucu putra tertua. Sekarang Gevin juga sudah kembali ......... "

"Jadi, aku harus turun tahta?" Bibir Rudy bergerak naik dan tersenyum dingin. Matanya sangat hitam dan dalam, layaknya batu Obsidian yang membuat orang tidak bisa melihat dengan jelas isinya.

Tuan Sutedja ini tipikal orang yang tak tahu berterima kasih, habis manis sepah dibuang.

Pada awalnya, Revaldo Sutedja yang mengurus perusahaan, dia bukan pendiri perusahaan, dia hanya sebagai penjaga saja istilahnya, Situasi kronisme di perusahaan ini sangat serius. Kaki tangan istrinya, semuanya sudah ada di perusahaan. Kemudian, Revaldo sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit. Perusahaan menjadi berantakan dan menghadapi krisis.

Arima tidak punya pilihan selain meminta Rudy untuk kembali dan mengambil alih perusahaan. Rudy memiliki pengaruh dan kekuatan dari keluarga Ogana (keluarga Lauren) di belakangnya, dan hanya dia yang bisa membalikkan keadaan.

Arima berjanji untuk memberikan Rudy 10% saham perusahaan dalam tiga tahun. Menurut harga pasar, nilai saham itu akan menjadi lebih dari satu triliun. Menurutnya kesepakatan ini saling menguntungkan.

Namun, Rudy mengambil alih perusahaan dalam waktu dua tahun, perusahaan sudah berada di luar kendali keluarganya. Group Sutedja adalah gunung emas yang besar, Sangat mudah untuk menyerahkannya, tetapi sangat sulit untuk mendapatkannya kembali.

Arima memiliki perasaan krisis, seperti mengundang serigala masuk ke rumahnya.

Rudy berdiri perlahan, sosoknya yang tinggi memberi orang-orang perasaan penindasan dan tekanan yang tak terlihat. Dengan sebatang rokok yang masih menyala di tangan kirinya, dia pergi ke papan tulis dan berdiri di depannya, mengambil spidol dengan tangan kanannya, dan membuat sketsa di papan tulis.

"Ini adalah pemberi dana untuk Revaldo Sutedja, Mereka mengirimkan sejumlah besar uang kotor ke lebih dari 100 cabang dibawah naungan Group Sutedja dengan berbagai macam nama, dan kemudian, atas nama dan dalih investasi keuangan, semua dana itu bisa dicuci dengan bersih dan kembali ke tangan pemberi dana. Adapun siapa pemberi dana untuk Revaldo, aku pikir Anda seharusnya sangat tertarik untuk mengetahuinya. Nama-nama beberapa tokoh besar yang dalam dua tahun terakhir ini pernah berjuang melawan korupsi dan akhirnya malah terjerat korupsi ada dalam daftar nama pemberi dana ini. "

Setelah Arima mendengarkan kata-katanya, ekspresi wajahnya berubah dari syok menjadi marah.

Jelas, dia tidak tahu kisah tentang Revaldo yang menggunakan Group Sutedja sebagai tempat untuk pencucian uang.

Rudy menjentikkan abu rokoknya dengan ujung jari dan tersenyum ringan.

"Setelah Revaldo mengambil alih perusahaan, karena manajemen yang buruk, hampir semua cabang perusahaan mendapat rapor merah karena mengalami kerugian. Untuk mengisi defisit, dia mengubah Group Sutedja menjadi basis pencucian uang. Dia mengambil dua persen sebagai biaya konsultasi dari mereka untuk menebus kerugian perusahaan dan memaksakan diri untuk menghadapi para pemegang saham Group Sutedja. Tanpa payung perlindungan keluarga Ogana, kita dapat membayangkan nasib Group Sutedja ini. Coba anda pikir, jika aku mengambil kembali payung perlindungan ini sekarang dan matahari begitu besar, kira-kira Revaldo akan terbakar matahari sampai mati atau tidak? "

Wajah Arima terlihat sangat marah, dan badannya sedikit gemetar.

"Ibaratnya kamu sekarang ingin menyeberangi sungai dan menghancurkan jembatan, tetapi sungainya masih panjang dan belum berakhir, jangan terlalu cepat untuk menghancurkan jembatan ini, hati-hati kamu bisa jatuh ke sungai dan mati tenggelam." Rudy berkata, sesudah itu, seolah dia terpikir sesuatu, mengangkat alisnya dengan liar, "Oh ya, aku hampir lupa kalau Revaldo memang sudah hampir mati, Tapi kurasa anda tidak ingin dia mati di penjara."

Suara berat Rudy tidak mendesak ataupun santai. Dua jari panjangnya diletakkan di tepi asbak, dan puntung rokok yang belum terbakar habis dipadamkan dengan paksa. Tatapan matanya langsung padam di antara telapak jarinya.

Arima sedikit menggigil, dia sadar, jika Rudy menginginkan kematian Revaldo, itu semudah mematikan seekor semut.

"Aku tidak pulang kemarin, Aku tidak ingin membuat malu anda dan kakak pertama di depan keluarga Sutedja. Group Sutedja hanya bisa dicuci bersih di tanganku," Rudy menambahkan.

Butuh dua tahun penuh untuk membersihkan antek-antek Revaldo dan istrinya di dalam perusahaan ini dan membuat perusahaan berada di jalur yang benar dan menghasilkan keuntungan.

Setelah kepanikan, Arima sedikit lemah dan tak berdaya. "Kamu ingin menguasai seluruh Group Sutedja?"

"Perusahaan ini tidak pernah menjadi milik Revaldo sendirian. Tidak bisa dibilang mau kuasai apa bukan." Rudy berkata.

Ardian adalah anak kandung Arima dan istri sahnya. Jika bukan karena tradisi keluarga Sutedja yang begitu kuno dan tidak masuk akal itu, Ardian adalah penerus sah dari Group Sutedja.

Kemampuan Ardian tidak pernah di bawah Revaldo, bahkan ketika Revaldo diam-diam mencuci uang di Group Sutedja, Ardian yang menemukannya.

Wajah Arima bahkan terlihat semakin buruk. Dia tahu bahwa ada perselisihan antara Revaldo dan Rudy, bukan perselisihan biasa, Jika Group Sutedja saja tidak bisa membuat dia hatinya tergerak, apa mau memaksa dan menekan Revaldo sampai mati baru puas?

"Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"

"Aku belum memikirkannya untuk saat ini, kamu seharusnya sangat mengenalku. Aku ini orangnya tahu balas budi dan juga tahu balas dendam." Setelah itu, Rudy tidak berniat untuk terus membuang waktunya lama-lama dengan Arima.

Dia mengangkat tangannya dan menekan tombol telepon internal. Dia minta Sekretarisnya masuk dan mengantar tamunya untuk pergi.

Sekretaris dengan hormat meminta Arima pergi. Paru-parunya Arima sudah hampir meledak karena amarahnya. Sekretaris Kepala kantor presiden dulu adalah orangnya. Hanya dalam dua tahun, dia sudah menjadi orang kepercayaan Rudy.

Pada awalnya, mereka yang setia mengikutinya dan berjuang bersama dirinya, kalau tidak diusir oleh Rudy, pasti sudah menjadi orang kepercayaannya sekarang.

Arima pergi dengan marah, waktu keluar, pintu kantor presiden direktur dibanting sampai terdengar suara keras.

Rudy tidak peduli, Dia mengangkat tangannya dan melihat jam tangan mewah di pergelangan tangannya, Lalu dia meraih jas dan berjalan pergi.

Kebetulan dia tidak ada kegiatan dan acara dengan rekan bisnis, Dia berencana pulang lebih awal untuk menemani Eilson. Sebagai seorang ayah, Rudy sebenarnya bukan termasuk ayah yang baik, karena dia jarang ada waktu untuk menemani anaknya.

Lebih kebetulan lagi, Clara juga ada di rumah. Rudy juga tahu bahwa Clara lebih sibuk daripada dia, dalam waktu sebulan, Clara bisa menghabiskan waktunya lebih dari dua minggu bepergian dengan pesawat, terbang kesana kemari.

Ketika Rudy masuk, dia melihat Wilson memegang mesin gelembung di tangannya, dan lantai penuh dengan cairan gelembung. Clara duduk mengawasi disampingnya dan tersenyum ceria.

Alis Rudy sedikit terangkat, Dia tidak suka anak-anak bermain dengan mainan yang mengandung bahan kimia.

"Jangan belikan dia mainan seperti ini lagi." Rudy berkata kepada Clara dengan wajah muram.

Clara terlihat tidak berdaya dan frustrasi, "Kalau aku tidak membelikannya, dia akan merebut mainan anak lain."

Ternyata belum lama ini, Clara membawa Wilson untuk berjalan-jalan di taman kecil komunitas sambil berjemur matahari. Seorang anak laki-laki memegang mesin penembak gelembung berwarna biru di tangannya, Wilson langsung tertarik ketika dia melihat mainan itu, dan menjulurkan tangan kecilnya yang gemuk sambil berteriak, "Mau…mau….."

Usia bocah lelaki itu sepertinya lebih besar beberapa bulan dibandingkan Wilson. Dia sangat melindungi barang-barangnya. Dia sama sekali tidak mau meminjamkan mainannya kepada Wilson.

Wilson lalu berlari di belakang bocah kecil itu, mengulurkan tangannya dan berteriak, "Mau….mau…"

Bocah itu tidak mau memberikannya, Wilson memberi isyarat dengan menyatukan tangannya dan berkata dengan samar, "Terima kasih."

Bocah itu tetap tidak mau kasih Wilson main, Wilson benar-benar marah. Dia mengangkat tangannya ke wajah bocah itu dan memukulnya.

Bocah yang dipukul Wilson langsung menangis, Ibunya bocah itu datang dengan cepat dan sempat mengomeli Clara lalu menyuruh Clara pergi. Clara hanya bisa membungkukkan badannya dan meminta maaf.

Sus Rani malah tidak setuju. "Wilson kita itu pakai cara lembut dulu, karena bocah itu tidak nurut, maka Wilson baru pakai cara keras, itu termasuk taktik."

Clara : "………..."

Untuk menghindari insiden kekerasan yang sama terulang lagi, Clara terpaksa membelikan mesin gelembung yang sama untuk Wilson.

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu