Suami Misterius - Bab 931 Mimpi Buruk

Clara berdiri di samping dan wajahnya sudah sangat memucat. Astrid yang terus-terusan memanggil anak dalam kandungan Clara ini anak haram membuat Clara hanya merasakan sakit di hatinya ini lebih jauh menyakitkan dari pada rasa sakit di pipinya.

Wajah sakit, hati sakit, dan perut juga tiba-tiba ikut sakit.

Clara memegangi perutnya dengan tangannya lalu membungkuk kesakitan.

"Clara, kenapa?"

Ardian bertanya dengan cemas.

Dia dan Olga langsung memapah Clara di bagian kiri dan kanan.

"Perutku sakit."

Kata Clara dengan wajah pucat.

“Kenapa tiba-tiba perutmu sakit, apa jangan-jangan marah hingga mempengaruhi janinmu.

Ayo aku bantu kamu periksa ke poli kesehatan ibu dan anak.”

Kata Ardian.

Melihat ini, Astrid mendengus ringan dan berkata dengan sarkastis, "Periksa apa lagi. Lebih baik jika anak haram itu tidak ada. Sehingga kita semua juga akan bersih namanya.”

Astrid benar-benar ingin membuat Clara keguguran saja. Paling baik jika ibu dan anak itu keduanya sama-sama meninggal, itu akan menyelesaikan kebencian besar dalam hatinya.

“Astrid, kamu bicara sedikit saja tidak akan ada yang menganggapmu bisu kok.”

Ardian sangat marah dan panik. Setelah berkata begitu, dia pun memapah Clara buru-buru meninggalkan tempat itu.

Lantai bawah di ruang kesehatan ibu dan anak, kebetulan sekali waktu itu adalah shift Lena bekerja. Olga langsung memapah Clara masuk ke ruang kantor Lena.

Bayi dalam kandungan Clara sedikit terguncang karena emosi marah Clara. Walaupun tidak terlalu parah dan serius tapi tampak ada sisi yang tidak terlalu aman. Jadi lebih baik jika menginap di rumah sakit untuk diawasi semalaman.

Lena menghubungi ruang perawat, langsung menyuruh menyiapkan bangsal VIP untuk Clara.

Clara berbaring di ranjang, tampak infus yang menggantung di tangannya. Wajah Clara tampak sangat pucat tidak karuan.

“Sudah berapa kali aku mengingatkanmu kamu janinmu itu tidak stabil, jadi jangan sampai kamu terbawa emosi ataupun marah. Kenapa sekarang kamu malah tidak mendengarkannya dengan baik sih.

Jika bertemu masalah apapun harus dihadapi dengan berani dan jangan takut maupun gugup. Kamu perlu mengkhawatirkan apa coba.”

Kata Lena menasehatinya sambil duduk di samping ranjang pasien.

Clara tidak mengatakan apapun, juga tidak tampak ekspresi apapun di wajahnya, bagaikan sebuah boneka kayu yang tak bernyawa menatap langit-langit dengan tatapan kosong, tidak tahu juga apa yang sedang dipikirkannya.

Lena melihat Clara yang sedari tadi diam tak bicara. Dia mengulurkan tangan menggoyangkannya di depan wajah Clara, lalu berkata, “Hei, melamun apa kamu. Aku sedang bicara denganmu, apa kamu dengar?”

Clara tersadar dari lamunannya, perlahan-lahan menoleh menatap Lena, lalu berkata dengan suara seraknya, “Lena, aku ingin menguji tes DNA untuk bayi dalam kandunganku.”

Selesai mendengar itu, Lena menatap Clara dengan tatapan bingung.

“Clara, otakmu kemasukan air ya! tes DNA untuk bayi dalam kandungan itu harus mengambil cairan ketubannya, dan jelas pasti ada resiko keguguran.

Jika bayi dalam kandungan sehat dan baik-baik saja. maka tidak akan ada masalah besar jika mengambil sedikit air ketubannya.

Tapi pada tahap awal kehamilan, awalnya memang sudah ada gejala keguguran yang mengancam keselamatan janin. Sekarang bayi dalam kandunganmu baru saja terguncang, jika kamu mengambil air ketubannya, yang ada tinggal tunggu keguguran saja.

Menurutku, kamu tidak perlu memikirkan semua hal ini. mengambil air ketuban akan mengakibatkan keguguran, lebih baik bagaimana kalau dilakukan induksi saja. Begitu bayinya keluar langsung melakukan tes DNA. Lalu, menyuruh mereka memeriksa, apa bayi ini adalah anak suamimu atau bukan.”

Selesai mendengarnya, wajah Clara yang sepucat warna kertas, mengigit bibirnya dan tak mengatakan apapun.

Dia hanya mencengkram tangannya yang memegangi perutnya.

Lena merasa kalau ucapannya tadi terlalu berat dan sedikit keterlaluan. Jadi, dia pun menghela napas dan berkata lagi, “Mulutnya orang lain sudah punya mereka sendiri, biarkan saja mereka mengatakan apapun yang mereka ingin katakan.

Kamu hanya harus mengurusi dirimu untuk menjalani hidup dengan baik dan tenang. Kenapa harus hidup untuk dipamerkan ke orang lain.”

Mata Clara sudah memerah, air mata perlahan jatuh di matanya yang begitu jernih. Dia berkata dalam isak, “Kamu tidak mengerti.”

Dia boleh saja tidak keberatan bagaimana orang lain memandangnya. Tapi dia tidak akan mengijinkan desas-desus dan gosip itu menerpa anaknya.

Apalagi dia tidak mungkin tidak memikirkan dan keberatan dengan pandangan keluarga Sunarya kepada anaknya.

Jika nenek Sunarya karena hal ini sakit parah sampai masuk rumah sakit, bahkan mungkin dengan tidak beruntungnya meninggal dunia. Kalau begitu, dia hanya akan menjadi pendosa untuk keluarga Sunarya.

Clara menggerakkan tubuhnya sedikit dengan susah payah, membenamkan kepalanya di bantal lembut, air mata membasahi sarung bantal tanpa terkendali.

Tiba-tiba dia merasa sangat lelah, mengapa orang harus hidup begitu lelah seperti ini.

Lena tidak tahu bagaimana membujuknya, jadi dia menghela nafas tak berdaya dan bertanya, "Di mana suamimu?

Kamu shock hingga masuk ke rumah sakit. Dia masih saja tidak mucul?”

Clara diam dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rudy selalu rapat di pasukan militernya. Mungkin masih dalam keadaan darurat dan mendesak, sehingga tidak bisa pergi ke sini.

Kalau tidak, dia seharusnya sudah datang kesini dengan tergesa-gesa setelah mengetahui nenek Sunarya sakit kritis, dan clara, bayinya terguncang.

“Apa perlu meneleponnya, dan menjelaskan semua situasi ini?”

Tanya Lena lagi.

Jika Clara menghadapi Keluarga Sunarya sendirian, yang ada hanya akan diintimidasi dan diganggu saja.

Lena merasa masih perlu untuk memberitahu Rudy. Rudy yang sangat bisa diandalkan harus kembali ke sini, baru semuanya akan baik-baik saja.

Clara masih saja menggelengkan kepalanya, dan tidak mengatakan apapun.

Dia percaya kalau Olga pasti sudah menghubungi Rudy. Dia belum datang ke sini harusnya karena dia benar-benar tidak bisa datang sesegera mungkin.

“Lena, aku sedikit lelah, ingin tidur sebentar.”

Kata Clara dengan suara seraknya.

“Em.

Kalau begitu, istirahatlah. Aku akan memeriksa bangsal yang lainnya. Kalau ada apa-apa langsung panggil aku saja.”

Lena membenarkan selimut Clara, lalu mengatur kecepatan infus. Kemudian dia pun berjalan keluar dari bangsal.

Terdengar suara pintu ruang bangsal yang tertutup.

Sekelilingnya menjadi hening.

Clara meringkuhkan tubuhnya berdiam diri di dalam selimut.

Cairan dingin mengalir masuk ke tubuhnya sepanjang tabung infus, dia gemetar kedinginan.

Tidak tahu apa karena efek obatnya. Jelas-jelas sangat sakit dan tidak nyaman tapi bisa-bisanya tertidur dalam keadaan linglung.

Hanya saja, malam ini tidurnya sangat tidak nyenyak. Dia berulang kali mimpi buruk. Di dalam mimpinya, ada sebuah suara terisak yang tidak hentinya menangis dan berkata, “Mama, mama selamatkan aku." Pada akhirnya, Clara pun terbangun sambil berteriak karena terkejut dan ketakutan. Dia pun langsung duduk di ranjangnya.

Di sisi lain, perawat yang mau memasang tabung infusnya yang baru sangat terkejut ketika mendengar suara jeritan Clara, hingga tabung jarum infus jatuh ke lantai.

"Nyonya Sunarya, apa, apa anda baik-baik saja?

Apa anda ingin saya memanggil dokter untuk anda? "

Clara tidak bicara, dia duduk di ranjang sambil tangannya menggenggam perutnya, dadanya naik turun secara cepat, wajahnya sangat pucat tidak normal dan keningnya penuh dengan keringat dingin.

Setelah beberapa saat, dia kembali tenang dan napasnya perlahan menjadi stabil.

Clara mengulurkan tangan dan menyeka keringat di keningnya, lalu perlahan-lahan menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa, hanya mengalami mimpi buruk saja."

Setelah Clara selesai bicara, dia menoleh dan melihat ke luar jendela. Langit gelap dan hening di luar jendela. Dia tidak bisa menebak jam berapa sekarang.

"Jam berapa?"

Tanya Clara.

"Setengah sepuluh."

Kata perawat sambil mengambil jarum tabung infus yang jatuh di lantai dan menggantinya dengan jarum yang bersih.

Clara mengulurkan tangannya menyerahkannya langsung ke perawat itu dengan kooperatif.

Jarum menusuk ke dalam pembuluh darahnya, terasa sakit. Clara hanya mengernyit, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Hari-hari biasa, dia adalah orang yang paling mudah tersinggung dan sangat manja. Kulit tergores sedikit saja, bisa merengek kesakitan cukup lama. Tapi sekarang dia hanya diam dan membiarkan perawat menusukkan jarum infus padanya.

Iya benar sekali, dia biasanya adalah orang yang sangat manja dan gampang tersinggung. Itu semua karena ada Rudy di sampingnya. Begitu dia bilang dia sakit, Rudy pasti akan merasa sangat sedih cukup lama lalu dengan lembut membujuk dan menenangkannya.

Sekarang tidak ada Rudy, untuk dipamerkan ke siapa sikap manjanya itu. Jika dia menangis dan ribut kesakitan, yang ada orang akan merasa dirinya terlalu manja dan merepotkan.

Tidak tahu perawat itu gugup atau kemampuannya yang kurang baik. Dia sudah dua kali menusuk jarum infus itu tapi tidak berhasil. Ketika yang ketiga kalinya, tangannya sedikit gemetaran. Clara mengerutkan keningnya tapi dia tetap tidak mengatakan apapun, Mungkin karena terlalu sakit. Setelah mati rasa, dia pun tidak merasa ini menyakitkan lagi.

Setelah perawat itu memasang infusnya, keringat dingin memenuhi tubuhnya.

Dia tahu kalau orang yang tinggal di bangsal VIP adalah tokoh besar dan kaya raya. Jika dia tidak beruntung dan bertemu dengan pasien yang tempramennya buruk, dia benar-benar tidak akan bisa menanggung resikonya.

Tapi untungnya, Hari ini dia beruntung karena Clara tidak marah sama sekali.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu