Suami Misterius - Bab 1327 Dua Garis

Mahen mendekap Diva dalam pelukannya, wajahnya terlihat cemas dan ia menempelkan dahinya pada dahi Diva. Mungkin karena rasa sakit yang ia rasakan sehingga dahi Diva terasa sedikit dingin dan berkeringat.

“Apakah sangat sakit? Bagaimana kalau melakukan pemeriksaan di rumah sakit?” Selesai berkata, Mahen seperti terpikirkan akan sesuatu lalu bertanya lagi “Atau jangan-jangan karena datang bulan.”

Diva dengan tenang berada dalam pelukannya namun setelah mendengar perkataannya tubuh Diva menjadi tegang dan wajahnya menjadi semakin pucat.

Dia menggigit bibirnya dan menggelengkan kepala tanpa berkata apa-apa.

Mahen menempelkan telapak tangannya yang hangat pada perut Diva, suhu panas yang terdapat di telapak tangannya membuat dia merasa nyaman dan perlahan perutnya seperti tidak terasa begitu sakit lagi.

Entah kenapa Diva merasa lelah dan mengantuk, ia meringkuk dalam pelukannya dan tertidur dengan cepat.

Dia tertidur dengan sangat lelap, saat bangun hari sudah terang.

Saat membuka mata, pemandangan di depannya adalah Mahen.

Mahen sedang duduk di samping ranjang dengan tangan yang menyanggah pipinya dan sedang menatap Diva dengan tersenyum.

“Selamat pagi putri tidurku.” Selesai berkata Mahen mendekati dan mencium keningnya dengan lembut.

Diva mengedipkan mata dan menatapnya dengan tercengang dan tidak fokus.

Perasaan seperti ini adalah sesuatu yang belum pernah dia alami dalam hidupnya selama dua puluh tahun lebih ini, jantungnya terasa berdetak kencang.

“Perutnya masih sakit?” Mahen bertanya lagi, tangannya masuk ke dalam selimut dengan lembut memegangi perut kecilnya.

“Sudah tidak sakit.” Diva menggeleng-gelengkan kepala, jawaban yang datar dengan kepala yang dipenuhi oleh pikiran.

“Ada apa dengan sakit perutmu ini? Cari waktu dan aku akan menemanimu pergi memeriksanya di rumah sakit.” Mahen berkata dengan perhatian.

“Mungkin karena masuk angin, tidak ada masalah besar.” Selesai berkata, Diva bangkit dan duduk di atas ranjang.

Dia masih mengenakan kemeja Mahen, kepanjangan kemeja tersebut menutupi hingga lututnya, terlihat sepasang kaki yang putih mulus dan ramping.

Mahen secara alami mengulurkan tangan dan memeluknya.

Ternyata menyimpan seseorang di dalam hati adalah rasa yang begitu indah, asalkan dia berada di sampingnya, asalkan dapat melihatnya setiap kali membuka mata, itu sudah cukup.

Diva bersandar dalam pelukannya, dia masih merasa sedikit khawatir dan bertanya dengan datar: “Sudah jam berapa?”

“Jam 8.30.” Mahen berkata.

“Aku harus pergi bekerja.” Diva berkata sambil mendorongnya.

“Ya.” Mahen menjawab lalu melepaskannya “Makan dulu, aku akan mengantarmu ke perusahaan.”

“Aku menyuruh sekretaris datang untuk menjemputku sekalian mengantar baju ke sini.” Diva menolak dengan lembut.

Tuan Muda Kedua terlalu menonjol, apabila membiarkan dia mengantarnya ke perusahaan maka Shinee Movie akan menjadi gempar.

Mahen juga tidak memaksa, ia menganggukkan kepala sambil tersenyum.

Kehidupan Tuan Muda Kedua selalu mendominasi dan tanpa kompromi. Akan tetapi karena dia menetapkan langkah untuk menjalin hubungan asmara dengan Diva maka ia harus mempunyai sikap seorang pacar seperti dapat di ajak berkompromi dan tidak mengekang.

Temperamen dan cara dia berbicara dengan baik malah membuat Diva merasa di luar dugaan.

Akan tetapi dia tidak banyak berkomentar, dengan tenang memakan sarapan dengan Mahen lalu menukar baju dan pergi bersama asistennya.

Asistennya yang menyetir dan mobil sedang melaju di atas jalan yang datar.

Suasana di dalam mobil terasa sangat hening, walaupun asistennya merasa sangat terkejut dengan hubungan Diva dan Tuan Muda Kedua, namun ia tidak akan banyak bicara.

Dan Diva terlihat seperti memiliki banyak pikiran, sorotan matanya terus melihat ke arah luar jendela.

Saat mobil sedang melewati sebuah toko obat, Diva meminta asisten untuk berhenti.

“CEO Maveris, kamu ingin membeli apa, aku akan membantumu membelinya.” Asisten telah menghentikan mobilnya dan memutar kepala bertanya kepada Diva.

“Tidak perlu, aku saja yang pergi.” Selesai berkata, ia membuka pintu dan menuruni mobil dengan sepatu hak tingginya.

Dia baru saja memasuki toko obat kemudian pelayan berjas putih langsung menyapanya dan menanyakan apa yang dia butuhkan.

Diva berkata dengan sedikit canggung “Strip tes kehamilan.”

Akhir-akhir ini dia sedang sibuk melawan Guan, sehingga melupakan hal ini, sampai kemarin malam saat Mahen mengungkitnya dia baru tiba-tiba teringat bahwa dirinya telah telat haid mendekati sepuluh hari.

Diva berdiri di depan meja kasir dan melihat pelayan toko yang mengeluarkan berbagai macam merek strip tes kehamilan, dengan sedikit panik dia mengambil dua di antaranya dan meminta pelayan toko untuk membuka nota.

Setelah membayar, dia memasukkan dua kotak strip tes kehamilan tersebut ke dalam tasnya dan berjalan keluar dari toko obat.

Asisten yang melihatnya keluar dari toko obat tidak banyak bertanya, setelah menunggu Diva naik ke mobil, dia kemudian menjalankan mobilnya kembali.

Setelah sampai di perusahaan, Diva langsung memasuki toilet khusus yang digunakannya.

Dia duduk di atas kloset yang tertutup lalu membuka kotak strip tes kehamilan dan membaca buku petunjuknya.

Ini adalah pertama kalinya Diva menggunakan barang semacam ini, ia mengutak-atiknya lama dan merasa sedikit bingung.

Dia merasa bingung saat melihat hasil yang ditunjukkan oleh kedua strip tes kehamilan tersebut adalah dua garis merah.

Saat bersama dengan Mahen mereka tidak pernah melakukan pencegahan.

Dia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Mahen, apabila dia begitu ceroboh saat berhubungan dengan setiap wanita, tentu saja ia sudah pasti memiliki banyak anak di luar nikah.

Sedangkan bagi Diva, tubuhnya sangat sensitif sehingga dia tidak berani untuk sembarangan memakan obat. Lagipula setiap kali mereka berhubungan kebetulan adalah masa aman, Diva tidak menyangka akan hamil dengan begitu mudahnya.

Apakah masa aman begitu tidak dapat di andalkan.

Setelah mengetahui dirinya hamil pikiran Diva menjadi kosong, tangannya memegangi perut kecilnya yang masih rata dan hatinya terasa kacau.

Diva membuang strip tes kehamilan tersebut ke dalam tong sampah, mencuci tangan lalu berjalan keluar dari toilet.

Kemudian asistennya mengetuk pintu dan memasuki kantornya mengatakan bahwa nanti ada rapat rutin.

Rapat rutin setiap minggunya akan mendiskusikan banyak hal, rapat berjalan dari jam sepuluh pagi hingga jam satu siang baru selesai.

Saat berjalan keluar dari ruang rapat, Diva tiba-tiba merasa lelah dan pelipisnya terasa sedikit sakit.

Dia mengulurkan tangan memegangi dahinya dan raut wajahnya terlihat tidak terlalu baik.

“CEO Maveris, kamu kenapa? Apakah jantung kamu tidak nyaman? Apakah perlu melakukan pemeriksaan menyeluruh di rumah sakit?” Asistennya bertanya dengan cemas.

Diva memiliki penyakit jantung yang diturunkan oleh ibunya, namun tidak terlalu parah dan tidak perlu melakukan operasi. Biasanya juga tidak ada gejala apa-apa, hanya saja saat terlalu lelah maka jantungnya akan terasa tidak nyaman.

Diva menggelengkan kepalanya dengan ringan, jarinya menekan-nekan pelipisnya.

Tetapi dia memang sudah seharusnya melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Dia sedang hamil jadi perlu untuk melakukan pemeriksaan dengan pengambilan darah. Terlebih lagi ia memiliki penyakit jantung, tidak tahu apakah akan berpengaruh terhadap janinnya atau tidak.

“Bantu aku membuat janji dengan dokter, aku ingin melakukan pemeriksaan ke rumah sakit besok.” Selesai berkata dia menambahkan lagi “Buat janji dengan dokter kandungan dan ginekologi.”

Asistennya tampak tercengang dengan wajahnya yang terkejut, setelah beberapa lama baru mengangguk-anggukkan kepalanya.

Asistennya membuat janji pemeriksaan untuk besok pagi.

Hari berikutnya, Diva bangun pagi namun tidak sarapan dan langsung pergi ke rumah sakit.

Bagian kandungan dan ginekologi di rumah sakit selalu penuh dengan orang, dimana-mana dapat terlihat ibu-ibu hamil dengan perutnya yang besar datang untuk melakukan pemeriksaan kandungan.

Diva telah membuat janji sebelumnya, jadi ia tidak perlu antri dan langsung memasuki kantor dokter.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu