Suami Misterius - Bab 947 Bukan Insiden

Hubungan Ahmed dan Talia selama ini sudah tidak baik. Semua orang juga tahu, Talia menaruh seluruh perhatian pada putrinya dan putrinya sudah seperti nyawanya sendiri.

Sekarang, Yaya telah menghilang, ini seperti menginginkan nyawa Talia.

Pada saat ini, Talia hanya bisa menangis dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Ahmed kemudian memanggil pelayan dan sopir di rumah untuk menceritakan sekilas tentang masalah ini.

Karena Talia sore ini ada rapat, jadi, sopir dan pengasuh yang pergi ke sekolah untuk menjemput Yaya.

Setelah anak itu sudah dijemput dari sekolah, mobil baru saja melewati dua persimpangan, tiba-tiba terjadi insiden tabrakan.

Karena pihak lain yang menabrak dari belakang, maka seharusnya bertanggung jawab penuh. Namun pihak lain menolak mengakuinya, jadi supir terpaksa melaporkan hal ini kepada polisi lalu lintas.

Mobil itu berada di jalan sambil menunggu polisi lalu lintas untuk membagi tanggungjawab. pengasuh dan anak tidak bisa bersabar, karena itu, supir menghentikan sebuah taksi dan mengantar pengasuh dan Yaya pulang lebih dulu.

Akibatnya, setelah Talia kembali ke rumah barulah menyadari bahwa pengasuh dan Yaya belum pulang. Talia menelepon pengasuh , tetapi ponselnya tidak aktif.

Talia pada saat itu langsung tercengang, mungkin karena intuisi seorang wanita, ataupun karena kontak bantin antara ibu dan anak, reaksi pertama Talia adalah Yaya dalam bahaya.

Meskipun hubungan Ahmed dengan Talia biasa-biasa saja, dan biasanya juga tidak terlalu peduli dengan putrinya, tetapi Yaya adalah putri tunggalnya. Sekarang sesuatu telah terjadi pada anak itu dan Ahmed juga panik, kemudian langsung meminta seseorang untuk menyelidikinya.

Ahmed telah menjadi tentara selama bertahun-tahun, juga tidak sia-sia. Bawahannya memiliki beberapa sumber daya dan relasi.

Bawahannya dengan cepat mendapatkan video dari Kementerian Perhubungan dan berhasil memeriksa bahwa taksi yang membawa pengasuh dan Yaya adalah sebuah mobil berlisensi.

Mobil itu berkeliling sebagian besar ibukota dan akhirnya melaju ke sebuah jalan tanpa video pengawasan, kemudian menghilang tanpa jejak.

Masalah ini hampir menimbulkan keributan di rumah Paman Kedua Sunarya.

Paman Kedua Sunarya dan Nyonya Kedua Sunarya mengetahui berita itu, langsung bergegas datang kemari.

Nyonya Kedua Sunarya menangis dan berteriak menyalahkan Talia, "Bagaimana kamu menjadi seorang Ibu? Kamu bahkan tidak bisa menjaga seorang anak dengan baik."

"Ibu, masalah ini jangan salahkan Talia. Dia sedang rapat di perusahaan pada sore hari, hal ini karena supir tidak cukup hati-hati." Ahmed biasanya tidak pernah berbicara untuk Talia.

"Siapa lagi yang bisa disalahkan, jika bukan dia? Keluarga kita menikahinya, apakah untuk menjadinya sebagai pajangan! Tidak masalah jika tidak bisa melahirkan cucu laki-laki, bahkan menjaga cucu perempuan saja tidak bisa. Sepanjang hari hanya tahu dengan rapat dan rapat. Jika kamu begitu menyukai kariermu, lebih baik jangan menikah dan punya anak, jadi wanita tangguh saja! " Nyonya Kedua Sunarya menjawab dengan kesal.

Talia menutupi wajahnya dengan tangan dan tidak mengatakan apapun. Tidak peduli apapun yang dikatakan oleh Nyonya Kedua Sunarya, dia tampak seperti tidak mendengarnya.

Paman Kedua Sunarya dan Ahmed juga mengerutkan kening, raut wajah mereka sangat jelek.

"Ayah, menurutmu masalah Yaya ini sebuah insiden atau ... perbuatan seseorang?" Ahmed berkata dengan nada dan wajah serius.

Hanya saja, sebelum Paman Kedua Sunarya berbicara, Talia tiba-tiba mendongak dan berkata dengan suara serak, "Bukan insiden. masalah ini jelas bukan sebuah insiden, pasti ada seseorang sedang mengincar kita."

Melihat wajah Talia yang penuh dengan air mata, Nyonya Kedua Sunarya berkata dengan tidak senang, "Keluarga kita tidak pernah menyinggung orang lain. Siapa yang akan menargetkan Yaya seorang anak kecil? Aku rasa kamu memiliki delusi penganiayaan."

Nyonya Kedua Sunarya berteriak keras, tetapi Talia tidak menghiraukannya sama sekali.

Pada saat ini, Talia telah sepenuhnya tenang. Demi anaknya, Talia harus bersikap tenang, kemudian mulai menganalisis seluruh kejadian secara teratur.

"Biasanya, taksi hitam jenis ini selalu mencari penumpang di jalan-jalan terpencil dan target mereka adalah perempuan lajang. Sedangkan mobil ini terang-terangan melaju di jalan utama, menargetkan pengasuh dan Yaya sebagai sasaran, ini jelas tidak masuk akal. "

Mobil hitam semacam ini, jika bukan merampok uang berarti kejahatan seks, sedangkan pengasuh berumur empat puluhan tahun dengan seorang anak berusia beberapa tahun, tidak mungkin melakukan perampokan uang ataupun kejahatan seks, mereka sama sekali bukan target yang cocok.

Oleh karena itu, Talia menegaskan bahwa hilangnya Yaya jelas bukan sebuah insiden, tetapi sudah direncanakan sejak lama. Dari saat mobil itu menabrak dari belakang, satu per satu, seluruh rencana dijalankan dengan sangat mulus tanpa ada celah.

"Ahmed, cari seseorang untuk memeriksa mobil yang menabrak mobil kita. Pasti ada yang tidak beres dengan mobil itu," Talia berkata dengan suara serak.

Jika penculikan Yaya adalah sebuah rencana yang direncanakan dengan mulus, maka mobil yang menabrak mereka adalah langkah pertama dari keseluruhan rencana. Talia sangat yakin bahwa kecelakaan mobil itu jelas bukan suatu kebetulan.

Ahmed mengangguk dan segera mencari seseorang untuk menyelidikinya

Namun, hasil dari penyelidikan, mobil itu tidak bermasalah.

Pemilik mobil Tayron putih adalah sepasang suami istri paruh baya, pria itu seorang insinyur dan wanita itu adalah pegawai negeri. Anak mereka bersekolah di sekitar sana dan setiap hari mereka menjemput anak mereka dari sekolah pada jam saat itu.

Ketika terjadi tabrakan dari belakang, wanita itu yang sedang mengemudi. Reaksi dan ketangguhan pengemudi wanita tidak sebaik pria. Oleh karena itu, saat supir Talia ingin berbelok, wanita itu tidak sempat mengerem, barulah terjadi tabrakan ini.

Saat tim polisi lalu lintas menentukan tanggungjawab, tanggungjawab itu juga 3 banding 7. Supir Talia harus memikul tanggungjawab sebaesar 30 persen.

Mengenai hasil ini, Talia tidak setuju dan juga tidak menerima.

"Tidak mungkin, pasti ada yang salah. Aku harus memeriksanya sendiri."

Setelah itu, Talia mencari beberapa agen detektif swasta dan hasil penyelidikannya tidak berbeda dari hasil yang ditemukan Ahmed. Untuk sementara waktu, masalah ini tidak ada jalan keluarnya.

Yaya dan pengasuh , seolah-olah menghilang dari dunia dan tidak ada berita sama sekali.

...

Berbeda dengan kekacauan di keluarga Ahmed, akhir-akhir ini Clara menjalani hidup dengan sangat bahagia.

Cahaya matahari pagi masuk dari jendela dan menyinari tubuh, terasa sangat hangat dan juga nyaman.

Bulu mata Clara yang panjang dan tebal bergetar sedikit, kemudian mulai membuka matanya.

Ketika membuka matanya, yang terlihat adalah wajah tampan Rudy yang tersenyum lembut. Cahaya matahari menyinari mata hitamnya dan membiaskan cahaya yang menyilaukan.

“Sudah bangun?” Rudy mengulurkan jari-jarinya yang panjang dan mencolek ujung hidungnya dengan ringan, gerakan dan nada suaranya penuh dengan kasih sayang.

Clara merespons dengan ringan sambil menggosok matanya, kemudian bangkit dari tempat tidur dan duduk.

“Jam berapa sekarang?” Clara bertanya.

Bagi seorang wanita hamil yang tidak berbuat apa-apa selain makan dan tidur, waktu tampaknya seperti melambat, setiap menit dan setiap detik dipenuhi dengan kebahagiaan.

“Sekarang jam 8:45, saatnya bangun untuk sarapan.” Setelah Rudy selesai berbicara, telapak tangannya perlahan bergerak dan berhenti di perutnya yang menggembung, lalu tersenyum dan berkata, “Selamat pagi, gadis kecilku. "

Tidak tahu apakah itu hanya kebetulan atau bayi di perutnya memang benar-benar bisa merasakan sentuhan ayahnya, si kecil bergerak dengan penuh semangat di dalam, seolah-olah sedang merespons.

Senyuman Rudy semakin dalam dan tampak sangat hangat.

“Minumlah segelas air hangat lebih dulu dan minum obatnya dengan patuh, aku pergi mandi,” Rudy berkata lagi.

Gelas air dan dua pil putih telah disiapkan di meja samping tempat tidur, begitu menggulurkan tangan, Clara sudah bisa langsung mengambilnya. Karena sebelumnya mengalami nyeri di perut, jadi Clara sekarang harus meminum obat untuk melindungi janinnya.

Rudy mengawasinya minum obat, setelah selesai, barulah bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi.

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu