Suami Misterius - Bab 976 Menangis Sampai Lemes Tak Berdaya

Aldio menjepit rokok di tangannya, dan segera berjalan menuju ke arah tangga, sebelum pintu lift tertutup, dia mengulurkan tangan menahan pintu dan berjalan masuk ke dalam.

Honey berdiri di sudut kiri, Aldio berdiri di sebelah kanan, memiliki jarak antara keduanya, lift naik ke lantai atas, lampu dalam lift berkedip.

Ruangan lift yang kecil sangat sunyi, asap di jari Aldio perlahan-lahan menyebar.

“Merokok di dalam lift, berbau sekali.”

Honey menutup hidungnya, berjalan mendekatinya dan merebut rokok di tangannya.

Aldio tidak kesal, dia tersenyum melihatnya memadamkan rokoknya.

Lalu mengulurkan tangan memeluk bahunya.

Honey menggerakkan bibirnya, bergumam dengan acuh tak acuh, “Apakah semua saudara keluargamu begitu aneh?”

Aldio mengangkat bahunya, tersenyum, “Keluargaku sangat kacau.

Tapi ini tidak akan mempengaruhimu.”

Setelah mendengar, Honey tersenyum, “Kita hanya pacaran, tidak jauh beda dengan bermain.

Bukan membicarakan tentang pernikahan, keluargamu memang tidak ada hubungannya denganku.”

Aldio memutar kepala memandangnya, alisnya berkerut, dan memikirkan sesuatu.

Lift berhenti di lantai paling atas, Aldio dan Honey keluar, dan berpenampilan tidak memiliki hubungan.

Mereka masih pacaran secara diam-diam, baik dalam perusahaan maupun tempat umum, mereka tidak akan terlalu dekat, bahkan jarang berhubungan.

Aldio sendirian masuk ke dalam kantor, seperti biasanya mengambil rokok, baru saja ingin menyalakannya, ponselnya langsung berdering.

Terdengar suara bawahan dari dalam telepon, “Talia telah bertindak, di rumah sakit XX, perlukah kamu datang?”

Aldio paling suka ikut partisipasi, bawahannya menyangka dia akan datang.

“Tidak tertarik.”

Aldio malah menjawab dengan acuh tak acuh, dan memperingatkannya: “Mengawasinya baik-baik, jangan sampai terjadi sesuatu, kabarkan aku setelah mendapat hasil.”

...... Pada saat yang sama, dalam rumah sakit.

Hari ini adalah hari pemeriksaan kehamilan Su Loran, pemeriksaan empat dimensi pada bulan ke-6.

Anak dalam perutnya seorang anak laki-laki, kondisi janinnya sangat baik.

Su Loran keluar dari ruang pemeriksaan, mengeluarkan ponsel, menghubungi nomor telepon Ahmed, tapi tidak ada yang jawab.

Su Loran tersenyum dingin dan menghela nafas.

Meskipun kasus penculikan belum selesai, tapi Ahmed telah menganggap dirinya sebagai pelaku, sudah sangat lama tidak menghubunginya, kelihatannya dia tidak ingin mempedulikannya lagi.

Su Loran menutup telepon, mengambil hasil pemeriksaan kehamilan, memotret beberapa foto, kemudian mengirimkannya pada Ahmed.

Setelah pesan terkirim, bagaikan batu tenggelam ke dalam lautan yang mendalam.

Su Loran tidak terlalu mendambakan balasan Ahmed, dia melemparkan ponsel ke dalam tas, kemudian duduk menunggu di kursi samping lorong.

Dia menunggu hampir satu jam, dan sedikit tidak sabar, Bibi pengasuh baru bergegas datang.

“Mengapa pergi begitu lama?”

Su Loran bertanya dengan tidak sabar.

“Orang yang antri di bawah terlalu banyak, harus menunggu membayar uang, dan antri mengambil obat.”

Bibi pengasuh tidak menahan diri mengeluh.

“Sudahlah, mana obatnya?”

Su Loran bertanya.

Pengasuh menyerahkan obat padanya.

Kondisi Su Loran saat ini sangat baik, hanya sedikit anemia karena hamil, dokter meresepkan obat penambah darah dan Vitamin.

Su Loran memasukkan obat ke dalam tas, memegang tangan bibi pengasuh, keduanya masuk ke dalam lift, dan turun ke lantai bawah.

Ada tangga panjang di pintu masuk rumah sakit, Su Loran memapah tangan bibi pengasuh dan perlahan-lahan menuruni tangga. Dia berjalan, sambil menegur bibi pengasuh: "Bubur daging tadi pagi terlalu asin, bisakah kamu lebih memperhatikannya, aku membayar gaji untukmu, bukan memintamu menipu padaku.

Aku ingin meminum sup lobster, nanti kamu pergi ke pasar makanan laut, membeli dua lobster dan memasak sup. Ingat, harus memilih yang masih hidup dan jangan terlalu banyak bumbu...... Ah!"

Sebelum Su Loran selesai berkata, tas di tangannya ditarik oleh seseorang, dia terhuyung-huyung dua langkah, dan tasnya telah terlepas dari tangannya.

“Ah, pencuri!”

Su Loran menjerit.

“Hey, jangan pergi, tolong, ada yang merebut tas!”

Bibi pengasuh mengejarnya dan berteriak.

Su Loran berdiri di tangga, memandang Bibi pengasuh bergegas mengejar pencuri, sama sekali tidak memperhatikan belakangnya.

Di luar rumah sakit sangat ramai, Su Loran hanya merasa ada sepasang tangan tiba-tiba mendorongnya dengan kuat, tubuhnya tiba-tiba mencondong ke depan, langsung jatuh terguling dari atas tangga.

Tangga di luar rumah sakit agak tinggi, Su Loran jatuh dari atas tangga, memegang perutnya dengan kedua tangan, dia berteriak kesakitan.

“Ah, sakit, sangat sakit, tolong!”

Su Loran jatuh di lantai, memegang perutnya berteriak kesakitan.

Bibi pengasuh pergi mengejar orang yang mencuri tas.

Banyak orang yang mengelilingi Su Loran, tapi tidak ada yang membantunya.

Su Loran adalah ibu hamil, tidak ada yang berani sembarang memindahkannya.

Untungnya kejadian terjadi di depan rumah sakit, segera ada staf medis yang keluar, mengangkat Su Loran ke brankar pasien, dan mendorongnya ke ruang gawat darurat.

Su Loran kesakitan dan tidak sadar diri, gaunnya penuh dengan darah.

Pintu gawat darurat tertutup, seorang wanita mengenakan sepatu hak tinggi, berpakaian indah, memiliki riasan yang indah berjalan ke depan ruang operasi.

Dia sedikit mengangkat dagunya, memandang lampu ruang operasi yang menyala di atas kepala, sudut bibirnya terangkat sebuah senyuman dingin.

Kemudian, pintu ruang operasi terbuka, seorang dokter keluar dari dalam, dan berjalan ke depan wanita dengan hormat.

“Bagaimana situasinya, apakah anaknya dapat dipertahankan?”

Wanita bertanya.

“Untuk sementara waktu masih ada detak jantung, tapi situasinya tidak terlalu baik.

Semua tergantung pada Nyonya Sunarya.”

Dokter berkata.

Talia mengangguk, sudut bibirnya tersenyum dingin, nyawa anak di dalam perut Su Loran benar-benar kuat, jatuh sampai begini masih belum mati.

“Anak yang tidak sah, memang tidak seharusnya berada dalam dunia ini.”

“Oke, aku mengerti.”

Dokter mengangguk.

Ini bukan pertama kalinya dia menemukan masalah seperti ini.

Lingkaran sosial kelas atas sangat kacau, banyak anak-anak haram, para istri yang sah demi melindungi keuntungan dirinya sendiri, tentu akan menggunakan cara yang luar biasa.

“Telah merepotkanmu, tenanglah, aku tidak akan membuatmu melakukan hal yang sia-sia.”

Talia merapatkan bibirnya, dan berkata pada dokter.

Dokter segera mengangguk, berbalik dan masuk ke dalam ruang operasi.

Operasi berlangsung selama dua jam, janin mati di dalam kandungan telah dikeluarkan, di bawah perintah Talia, janinnya langsung ditangani.

Setelah operasi selesai, staf medis memindahkan Su Loran yang masih belum sadar kembali ke bangsal.

Talia mengulurkan tangan menarik kursi, dan duduk di samping ranjang, kedua tangannya berpelukan di depan dada, dan memandangnya tanpa berekspresi, memandang wanita yang berbagi pria dengannya.

Wajah Su Loran pucat bagaikan kertas, memasang infus di punggung tangannya, setelah persalinan, perutnya menjadi kempes.

Saat ini, nafasnya sangat tenang, bagaikan tertidur.

Talia sangat penasaran, bagaimana perasaan Su Loran ketika bangun dan mengetahui anak di dalam perutnya telah tiada, apakah sama seperti dirinya ketika kehilangan Yaya, menangis sampai lemes tak berdaya.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu