Suami Misterius - Bab 1057 Pantas Kamu Mendapatkannya

Diana kembali ke dapur sambil membawa dua gelas anggur merah.

Perabotan dan juga dekorasi di vila ini hampir tidak ada yang berubah, jadi, dia ingin mengambil apa, dia bisa langsung mengambil sesuai keinginannya.

“Sudah lama tidak bertemu lagi, bagaimana kalau kamu mentraktirku minum?”

Kata Diana sambil tersenyum menggoyang-goyangkan botol alkohol di tangannya.

Desta memicingkan matanya menatapnya tajam, masih saja merapatkan bibirnya tidak mengatakan apa-apa.

Diana duduk di depannya, mengambil alat pembuka tutup botol lalu berusaha membukanya. Mungkin karena gabus tutup botol yang terlalu kencang, sehingga dia tidak bisa membukanya meski sudah berusaha cukup lama. Alis cantiknya pun naik, dia mengerutkan kening.

Setelah usaha dan segala upaya Diana mencoba membuka tutup botol itu gagal, dia pun akhirnya menyerah. Lalu, dia mengangkat kepalanya menatap Desta yang duduk di depannya, meminta bantuan pada Desta.

Desta juga sama menatapnya, emosi di matanya sedikit rumit dan tampak samar meremehkan.

Diana selalu seperti ini, ketika bertemu dengan hal yang tidak bisa atau sulit ditanganinya, dia pasti langsung membelalakkan mata besarnya yang tampak sangat polos itu sambil menatap Desta.

Lalu, Desta akan menurunkan segala egonya menyerah, lalu pergi membantunya.

Kali ini, juga tidak terkecuali. Desta mengambil botol alkohol dan juga pembuka tutup botol dari tangan Diana, lalu dengan mudah membuka tutup botol itu. Dia pun perlahan menuangkan alkohol di dalam botol itu ke dua gelas anggur kristal.

Kemudian, dia mengambil gelas anggurnya sendiri yang ada di depannya, mengangkat kepala dan langsung meneguk alkohol itu sampai habis.

Diana masih menggoyang-goyangkan gelas anggurnya, meletakkannya di ujung hidup untuk mencium aromanya. Alkohol ini lumayan bagus, menyebarkan aroma anggur yang enak.

Kemampuannya minum alkohol tidak baik. Dia ini termasuk orang yang sekali meneguk alkohol langsung mabuk. Tapi minum sedikit saja, harusnya tidak sampai mabuk parah.

Diana mengangkat gelas anggurnya, tepat ketika dia mau meminum alkohol itu, tiba-tiba gelasnya sudah diambil oleh Desta dan langsung diminum sampai habis.

Diana mengerutkan keningnya, menatap pria di depannya yang diam tapi sudah meminum habis sebotol alkohol itu.

Dia mengedip-kedipkan bulu matanya yang lentik dan panjang, lalu membatin, kelihatannya hatinya ini senang sekali deh. Melihatku masih hidup dan kembali selamat dari samudera lain, apa sebahagia ini?

Tapi ekspresi muram dan dalam di wajah Desta sama sekali tidak terlihat bahagia. Bahkan aura yang memancar dari tubuhnya terasa begitu dingin.

Suasana pun jadi canggung.

Dia tidak mengatakan apapun, hanya melihat lurus ke Diana, tatapan matanya yang dalam tampak seperti pusaran yang bergolak.

Tidak peduli seberapa tidak malunya Diana, tapi sekarang dia merasa tidak terlalu nyaman dan bebas dilihatin seperti itu.

Sebenarnya, banyak sekali hal yang ingin dikatakan Diana pada Desta. Selama lebih dari seribu siang dan malam mereka berpisah, setiap hari dia selalu merindukan Desta. Namun, semua kata-kata itu begitu sampai di sudut bibir, lalu entah tidak tahu harus mengatakannya mulai dari mana.

Pada akhirnya, dia tidak mengatakannya, dan hanya berkata, “Kalau terlalu cepat minum alkoholnya, nanti mudah mabuk loh. Aku pergi merebus teh penglihang efek alkohol dulu.

Selesai Diana bicara, dia pun bangkit berdiri dari sofanya. Hanya saja, baru saja melangkahkan kaki, lengannya ditarik oleh Desta hingga masuk ke dekapan Desta.

Desta menguncinya ke dalam pelukan yang erat.

Tangan yang diulurkannya beraroma alkohol, namun tidak berbau tidak enak.

Diana tidak tahu Desta ini mabuk benaran atau tidak, jadi dia tidak bergerak sama sekali. Hanya diam dan membiarkan Desta memeluknya.

Bibir Desta perlahan menempel di daun telinga Diana, suara serak yang begitu dekat namun terdengar sedih bergumam, “Kamu masih tahu pulang?

Aku kira kamu tidak akan pernah pulang lagi.

Tidak ketemu, tidak rindu! Diana, ternyata kamu benar-benar bisa melakukan apa yang kamu katakan.”

Suara gumamannya ini tenang, rendah dan berat tapi terdengar sangat sedih.

Mata Diana memerah, dan rasanya ingin menangis.

Dia menahan dirinya agar tidak meneteskan air mata. Baru saja dia mau menjelaskan, Desta tiba-tiba sudah melepaskannya, dan melangkahkan kaki dengan cepat naik ke lantai atas.

Lalu, terdengar suara pintu ditutup dengan sangat keras.

Diana hanya tertegun di tempatnya, dia menyeka air mata di sudut matanya.

Dan membatin, benar-benar tidak berubah sedikitpun, masih sama suka diam tiba-tiba kesal sendiri tidak bisa mengungkapkan yang dirasakan.

Dia pun menghela napas berat, lalu mengambil botol alkohol yang sudah kosong dan gelas di atas meja. Berbalik, berjalan masuk ke dapur.

Diana mengikat celemeknya, lalu membuang botol alkohol ke dalam sampah daur ulang.Lalu, berdiri di depan bak cuci untuk mencuci gelas anggurnya.

Setelah gelas anggurnya dibilas sampai bersih. Dia mengambil botol itu lalu menyeka bekas air di gelas anggur itu sedikit demi sedikit. Setelah mengelap gelas anggur itu sampai bersih dan mengkilat, dia pun menaruhnya ke lemari alkohol lagi.

Kemudian, dia mengerutkan keningnya, memasak air, merebus teh penghilang efek alkohol. Setelah cukup hangat tehnya, dia pun membawanya ke atas.

Diana berdiri di depan kamar, satu tangannya membawa teh penghilang efek alkohol, satu tangannya yang lain mengetuk pintu kamar.

Setelah pintu diketuk tiga kali, lalu ada yang membuka pintu dari dalam.

Desta berdiri di belakang pintu, tatapan matanya begitu gelap dan dalam menatap tajam ke Diana.

“Aku merebus teh penghilang efek alkohol untukmu.”

Katanya.

Desta mengulurkan tangan mengambil teh penghilang efek alkohol itu, merapatkan bibirnya menatap Diana tiba-tiba bertanya, “Kamu mau tidur dimana?”

“Hah?”

Diana sedikit tidak bisa mengimbangi irama pikiran Desta, dia masih tertegun menatap Desta.

“Masuk dan tidur di dalam, atau mau tidur di samping, di kamar tamu?”

Kata Desta lagi.

Dia tidak memberikan Diana pilihan ketiga. Jadi ini jelas kalau malam ini Desta tidak berniat membiarkan Diana pulang.

Setelah Diana tertegun cukup lama, akhirnya dia pun merespon menatap Desta dan bertanya, “Kamu berharap aku tidur dimana”

Dia tidak mengatakan apapun, hanya membawa tehnya, berbalik masuk ke dalam kamar tapi tidak menutup pintunya. Ini berarti Desta menyuruh Diana untuk masuk ke dalam.

Diana menundukkan kepalanya, sudut bibirnya naik memperlihatkan senyum samar.

Setelah Desta minum teh penghilang efek alkohol itu, dia langsung berbaring di ranjangnya. Dan dia menyisakan tempat di sebelah kanannya untuk Diana.

Sebelum Diana kesini dia sudah mandi, jadi dia tidak perlu mandi lagi di sini.

Dia masuk ke ruang ganti untuk ganti baju, dia memilih salah satu kemeja Desta secara asal-asalan lalu mengganti bajunya dengan kemeja Desta. Setelah itu, dia pun kembali ke kamar tidur utama dan berbaring di sebelah Desta.

Setelah dia berbaring, Desta mematikan lampu di samping ranjang. Dalam sekejap, ruangan itu pun jadi gelap.

Di dalam sangat henung dan sepi, sampai rasanya bisa mendengar napas satu dengan yang lain.

Mereka berbaring di ranjang yang sama, selimut yang sama, tapi hanya dipisahkan dengan jarak yang tidak begitu jauh. Sehingga tubuh mereka berdua tidak saling bersentuhan sama sekali.

Diana berbaring telentang, mengedipkan matanya memandang papan kayu langit-langit di atas kepalanya.

Di kamar utama ini, di ranjang ini, serta di samping pria ini, semuanya ini sangat tidak asing sama sekali baginya.

Akhirnya dia pulang, kembali lagi berbaring ke samping pria yang sangat dicintainya.

Pemandangan dan keadaan ini dulu sudah tidak terhitung berapa kali selalu muncul dalam mimpinya.

Diana tertegun asik dalam lamunannya, bahkan dia takut kalau semua ini hanya mimpi saja.

Dia tidak berani memejamkan matanya, dia takut setelah memejamkan mata, semua ini hilang begitu saja. Dan malah melihat bayangan putih yang menyilaukan di rumah sakit, mendengar suara dingin dari berbagai peralatan medis rumah sakit serta bau disinfektan yang selamanya ada di udara dan tidak akan pernah hilang baunya.

Perasaan khawatir tentang benar atau tidak mengenai semua ini membuat Diana tanpa sadar bersandar ke Desta, mendekat dengan erat ke punggung Desta yang kuat, air matanya menetes tanpa terkendali.

Setelah dia bersandar, dia pun memeluk Desta dengan erat. Di saat itulah, tubuh Desta tiba-tiba menegang.

Desta masih belum sempat merespon apa yang terjadi, dia hanya merasakan kalau tubuh Diana bergetar hebat, dia juga mendengar suara tangis penuh beban.

Air mata yang hangat membasahi kain pakaian di tubuh Desta, Desta pun langsung berbalik karena panik, lalu memeluk Diana masuk ke dekapannya.

Begitu wajah Diana tenggelam di pelukan dada Desta, tangisannya jadi semakin keras.

“Kenapa kamu menangis, aku yang ditinggalkan. Jadi seharusnya yang menangis itu aku.

Terdengar suara Desta yang rendah, berat dan begitu merdu, mengungkapkan rasa sedih dan ketidak berdayaan yang begitu dalam.

“Kamu pantas mendapatkannya.”

Jawab Diana sambil terus menangis.

Pantas mendapatkannya, hem iya benar sekali. Aku memang pantas mendapatkannya! Batin Desta dalam hati lalu dia tersenyum pahit.

Diana terus saja menangis. Sedangkan Desta dari dulu paling tidak bisa untuk menghibur ataupun menenangkan seorang gadis.

Setiap kali, Diana menangis atau ribut, Desta hanya punya satu cara yaitu menutup bibirnya.

Desta tanpa sadar langsung menundukkan kepala, lalu mencium bibir Diana yang dingin tapi begitu lembut.

Ciuman ini dimulai dari melamut setiap bagian bibir tipisnya, lalu perlahan berubah menjadi ciuman yang dalam dan sangat intim, bahkan suhu udara di dalam kamar pun ikut meningkat.

Desta mengurung Diana di tubuh bagian bawahnya, tanpa sadar dia sudah membuka semua kancing kemeja di tubuh Diana.

Begitu dada depannya terasa dingin, Diana tiba-tiba sadar dari semua ini. Dia pun panik dan langsung mendorong Desta.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu