Suami Misterius - Bab 1287 Pertama Kalinya Merasa Canggung

Diva Maveris sedikit memejamkan mata, aura di sisinya juga semakin dingin.

Nada bicaranya tetap saja sangat datar dan tenang, namun membawa sedikit kesan yang tegas.

“Tuan Mahen sudah lama tinggal di luar negeri, sepertinya tidak mengerti aturan dan hukum dalam negeri.

Berdasarkan hukum dalam negeri pasal 238, penahanan ilegal atau melanggar hak asasi manusia, akan diancam dengan hukuman penjara di bawah tiga tahun, penahanan sementara, atau merengut hak politik untuk selamanya.

Menculik, ditambah lagi penahanan ilegal, tuan Mahen merasa hukum di negara kita hanya sekedar pajangan ya ? Atau merasa hidupnya terlalu bebas, ingin merasakan kehidupan di dalam penjara ?”

Diva bukan seorang pengacara, namun seandainya dapat disebut sebagai genius, maka pastinya memiliki kemampuan yang melebihi orang biasanya, contohnya seperti kemampuan langsung mengingat hanya dengan sekali melihat.

Oleh sebab itu, mungkin saja dia akan lebih bisa mengingat semua aturan hukum dibandingkan dengan pengacara biasanya.

Mahen mendengarnya hanya tersenyum ringan, rasa tertarik di dalam tatapan matanya juga semakin jelas.

Sejak kecil hingga saat ini, hari ini adalah pertama kalinya Mahen diancam oleh seseorang, sementara orang yang mengancam dirinya bahkan hanya seorang wanita yang berumur dua puluhan.

Mahen mengangkat alis, reaksi wajahnya tetap saja terkesan bandel dan menggoda, setelah itu dia menyalakan sebatang rokok dengan gaya santai :”Kenapa malah mengungkit ke hukum.

Barusan bukannya sudah sepakat ya, aku membantumu menghajar pria bajingan, kamu menyesuaikan aku.

Kita barusan bukannya sudah mencapai kesepakatan ya.”

Diva :”……” Mereka mencapai kesepakatan apa ?

Dia tiba-tiba merasa sepertinya dirinya telah terjebak oleh Mahen.

Kenyataannya adalah Mahen menculik dirinya dan melanggar hak asasi manusia.

Tetapi apabila dilontarkan dari mulut Mahen, kesannya sudah sangat berbeda, seolah-olah adalah mereka bekerja sama untuk menghajar pria bajingan.

Diva pernah mendengar kabar tentang Mahen, katanya Mahen paling suka menyelip di celah hukum ketika mengendalikan pasar modal, kelihatannya memang demikian.

Mahen membuang asap rokok dan berdiri dari sofa, kemudian berkata dengan nada membujuk anak :”Aku masih ada perlu, pergi dulu.

Kamu tinggal di sini dulu, seandainya ada keperluan, boleh bilang dengan pembantu.”

Mahen mengambil keputusan sendiri, Diva menyadari bahwa sepertinya dirinya juga tidak memiliki hak untuk tidak menurutinya.

Setelah Mahen meninggalkan mansion, Diva resmi memulakan kehidupannya yang 'santai’.

Mansion tersebut seolah-olah telah memisahkan dirinya dengan keributan di dunia luar, tidak ada ponsel, laptop maupun alat komunikasi lainnya, hanya ada seorang pembantu berusia lima puluhan yang menjaga keperluan rutinitas hidupnya.

Pembantu tua tersebut bermarga Liu, Diva menyapa dirinya dengan sebutan Bibi Liu.

Bibi Liu sangat perhatian kepadanya, dia akan menanyakan pendapat Diva untuk menu makanan setiap harinya.

Pakaian yang disiapkan untuk Diva juga sangat lengkap, setelah menggunting label yang berada di pakaian baru, dia akan mencuci terlebih dahulu, kemudian baru memberikan ke Diva.

Diva juga sangat sungkan terhadap Bibi Liu, akan tetapi biasanya dia cenderung diam, sehingga bahkan tidak banyak berbicara dengan Bibi Liu, sebagian besar waktunya adalah membaca buku di ruang baca.

Tindakan dirinya malahan membuat Bibi Liu merasa tidak terbiasa.

Seorang nona keluarga kaya yang terkurung di tempat ini, bukannya harus menangis atau ribut ya ? Bukannya lebih normal kalau menghancurkan atau memecahkan barang ya ? Bibi Liu bahkan sudah ada persiapan untuk dipersulit oleh Diva.

Namun reaksi Diva seolah-olah tidak persis seperti diculik, malahan lebih terkesan seperti bertamu, dia sangat diam dan sopan.

Pada saat Mahen datang kembali ke mansion, waktu sudah tiga hari berlalu.

Dia memarkir mobilnya pada tempat khusus yang berada di depan mansion, kemudian baru masuk ke dalam mansion.

Saat ini Bibi Liu sedang menyapu halaman, ketika melihat kedatangan Mahen, dia langsung menghampiri dan menyapa dengan sopan.

“Tuan muda, Anda sudah pulang ya.”

“Iya.”

Mahen mengangguk dan menjawab, matanya langsung mencari bayangan Diva Mveris, namun tetap tidak menemukannya, oleh sebab itu dia bertanya, :”Dia di mana ?”

“Oh, nona Maveris sedang tidur siang.

Dia setiap harinya akan tidur siang, satu jam kemudian baru bangun.”

Bibi Liu menjawab apa adanya.

“Tidur siang ?

Santai juga hidupnya.”

Mahen mengeluh sinis, emosionalnya tidak terlalu jelas.

“Iya.”

Bibi Liu mengangguk dan melaporkan satu persatu :”Rutinitas nona Maveris sangat disiplin, bangun pagi di jam delapan, mandi, makan sarapan dan baca buku. Setelah makan siang, dia akan tidur siang, kemudian bangun dan menjemur matahari di halaman, setelah makan malam akan jalan santai di halaman, setelah itu baru membaca buku di ruang baca, tepat jam sepuluh dia akan tidur.”

Setelah selesai berkata, Bibi Liu menambah lagi :”nona Maveris sangat diam, tidak ribut apapun.”

Mahen hanya tersenyum ringan setelah mendengarnya, kemudian berkata dengan nada ringan :”Dia tentu saja tidak akan ribut, dia orang pintar, tidak akan melakukan tindakan yang tidak berguna.”

Padahal sudah jelas kalau keributan tidak akan mempengaruhi keadaan, hanya orang bodoh saja yang akan melakukan tindakan yang tidak berguna dan mubazir tenaga.

Sedangkan Diva adalah orang pintar, dia akan menyesuaikan keadaan.

Dia bukan wanita bodoh seperti Ruby, semalam Ruby bahkan pergi ke apartemen dirinya, kemudian terus ribut dengan ancaman bunuh diri, syaratnya adalah agar Mahen dapat memulihkan hubungan mereka.

Mahen bahkan tertawa karena emosi, sehingga menjawabnya dengan gaya muak, “Kalau mau mati cari saja tempat yang sepi, jangan membawa sial untuk orang lain.”

Ruby juga tidak tahu diri, setelah berselingkuh dengan orang lain dan mengkhianati Mahen, Mahen sudah sangat emosi apabila memikirkan hal ini, Mahen bahkan sudah termasuk mengampuni Ruby karena masih tidak membunuhnya.

Mahen masuk ke dalam kamar Diva, dia meringankan gerakannya dengan refleks, kemudian duduk di samping kasur.

Wanita yang sedang tidur di atas kasur sangat diam, malahan memberikan kesan ketenangan kepada orang lain.

Mahen duduk di samping kasur dan menopang pipi, tidak tahu juga apa yang sedang dipikirkannya.

Setelah itu dia berdiri dan keluar dari kamar Diva.

Sebelum meninggalkan mansion, dia masih memesan kepada Bibi Liu untuk lebih perhatian dengan Diva.

Akan tetapi, Mahen tidak mengetahuinya, ketika dia baru saja keluar dari kamar, Diva yang berbaring di atas kasur sudah membuka matanya, tatapan di dalam bola matanya sangat jernih dan tidak ada jejak terbangun.

Dia duduk dari kasur dan menatap arah kepergian Mahen, kemudian diam-diam merenung sesuatu.

Halaman mansion kembali sunyi, Diva menatap jam yang bergantung di dinding, waktunya adalah jam dua siang.

Dia mengulur tangan untuk mengikat rambutnya, kemudian merapikan kasur dan bersiap-siap untuk berjemur di halaman.

Saat ini Bibi Liu menuang teh dan kue, kemudian meletakkan pada meja di hadapannya, setelah itu tersenyum dan berkata, :”Tuan muda barusan datang menjengukmu, dan duduk beberapa saat di kamarmu, setelah itu baru pergi.

Sebelum pergi, dia masih memesan kepadaku agar lebih perhatian denganmu, kalau kamu ada keperluan apapun, ingat memberitahuku saja.”

“Baik.”

Diva menjawabnya, kemudian mengulur tangan dan mengambil gelas yang unik.

Bibi Liu duduk di hadapannya, kemudian lanjut mencereweti dirinya :”Orang luar selalu lebih jelas dalam menilai keadaan.

Aku yang sebagai orang luar sudah melihat dengan jelas, tuan muda benar-benar sangat baik denganmu, kamu dengarlah pendapat Bibi Liu, jangan berantem lagi dengan tuan muda, pria kadang kalanya seperti anak-anak, mesti dibujuk juga …..” Tangan Diva yang sedang memegang gelas sedikit gemetar, sehingga air teh juga menetes pada roknya.

Pertama kalinya nona besar keluarga Maveris merasa begitu canggung, Bibi Liu yang ramah ini sepertinya sudah menganggap dirinya sebagai wanita simpanan Mahen.

Diva juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya, ‘kebaikan’ Mahen terhadap dirinya, hanya sekedar perlakuan baik terhadap sandera saja.

Akan tetapi Diva juga tidak bermaksud menjelaskannya, saat ini dia berdiri dari kursi dan menepuk percikan teh yang menetes pada roknya, “Maaf, aku masuk ganti pakaian.”

Diva kembali ke kamar dan mengganti pakaian yang bersih, kemudian langsung membaca buku di ruang baca.

Tidak lanjut mendengar pembahasan Bibi Liu tentang hubungan pria wanita dan siapakah yang harus mulai membujuk.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu