Suami Misterius - Bab 467 Tidak Akan Membiarkan Mereka Bersenang Hati

“Jangan sembarangan menuduh ya. Berdasarkan apa juga kamu bilang aku mendorong kakakmu !” Risma tentu saja tidak akan mengakuinya.

“Aku lihat dengan mataku sendiri, kamu, kamu sengaja mendorong kakakku ke bawah tangga.” Elaine menangis sambil berkata.

Risma tetap saja mempertahankan gayanya yang sombong dan angkuh, dia menoleh ke arah Nalan Qi. Jelas sekali, Risma tidak bermaksud untuk bertanggung jawab tentang hal ini, dia ingin Nalan Qi yang turun tangan mengurusnya.

Nalan Qi masih berharap bisa menjadi menantu di keluarga Mirah , tentu saja tidak akan melepaskan kesempatan untuk menyenangkannya. Dia mengulurkan tangan untuk menarik Risma , lalu berdiri di depan Risma untuk melindunginya.

“Elaine, kamu sebenarnya mengerti hukum atau tidak, kamu saudara kandungnya Yunita, tidak bisa menjadi saksi di depan hukum. Aku sudah menyuruh orang hapus rekaman kamera pengawas di ruang tangga, seandainya kamu nekat menuntut Risma , aku bisa menjadi saksi pada saat sidang, aku akan mengatakan kalau Yunita memang jatuh sendirian ke bawah tangga, tidak ada hubungannya dengan Risma .

Elaine, kamu harus pikir baik-baik, tuduhan palsu juga harus bertanggung jawab secara hukum.”

“Nalan Qi, kamu manusia atau binatang ! Anak perempuanku sedang mengandung anakmu. Dia sekarang terpaksa harus aborsi karena wanita ini, kamu tidak menuntut kebenaran untuk dia sama anaknya, malahan terus membela wanita ini.” Rina menangis sedih. Kali ini Rina tidak berpura-pura lagi, Yunita sedang baring di atas kasur pasien, dia yang menjadi ibunya mana mungkin tidak merasa sedih.

“Belum ada kepastiannya juga kalau anak Yunita memang benar punyaku, meskipun punyaku, aku juga tidak meminta dia melahirkannya, aku malah terus menyuruh dia menggugurkan anak ini, bagus juga sekarang begini.” Nada Nalan Qi sangat sewajarnya, kesannya sangat tidak berperasaan.

Dia selesai berbicara, langsung menggandeng tangan Risma , lalu berkata dengan nada lembut :”Orangnya tidak ada masalah juga, kita pulang saja dulu. Rumah sakit bukan tempat yang baik.”

Risma juga mengangguk-angguk, mereka saling bergandengan tangan, dan meninggalkan tempat ini tanpa menoleh sama sekali.

Elaine terus menghentak kakinya karena emosi, suara Rina juga hampir serak karena terus menangis. “Nalan Qi, kamu memang bajingan.”

“Ma, sekarang harus bagaimana ?” Elaine menangis dan bertanya.

“Harus bagaimana lagi, empat keluarga besar bukan orang yang sanggup kita lawan, nasib kakakmu kasihan sekali.” Rina mulai mengeluh panjang lebar, lalu berkata :”Jangan menangis lagi, hapus air matamu, kita masuk dulu lihat kakakmu sudah bangun apa belum.”

Ketika Rina dan Elaine masuk ke dalam kamar pasien, Yunita sudah berusaha membangunkan badannya dari kasur, lalu menyandar di kasur dengan wajah yang pucat.

“Yunita, kamu cari mati sendiri ya, kamu baru selesai jalankan operasi aborsi, mana bisa duduk.” Rina buru-buru berjalan menghampiri, ingin membaringkan tubuh Yunita, namun malah di tahan oleh Yunita.

“Aku sesak nafas kalau baring terus, duduk malahan lebih nyaman.” Suara Yunita sangat lemah dan tidak bertenaga.

Rina dan Elaine sedang mengelilingi di samping kasur, anak dan ibu duduk bertiga, suasana menjadi sunyi pada seketika.

Seluruh tubuh Yunita sangat sakit, rambutnya telah basah karena keringatnya. Tangannya terus mengepal selimut yang berada di bawah badannya, dia berusaha menahan kesakitannya dan bertanya, “Ma, kenapa kamu sama Elaine bisa muncul di hotel itu ? Siapa yang kasih tahu kalian Nalan Qi sama Risma sedang kencan di sana ?”

Rina dan Elaine selesai mendengar kata-katanya, saling bertatapan dengan tampang kebingungan.

“Kak, bukannya kamu yang kirim pesan, bilang abang ipar, eh bukan, bilang Nalan Qi yang bajingan itu sedang selingkuh di sana ya, suruh aku sama ibu pergi ke sana buat jaga-jaga dulu.” Elaine sambil menjelaskan, sambil memberikan ponselnya kepada Yunita.

Yunita melirik sekilas, pesannya memang dari nomor ponselnya,tetapi dia sama sekali tidak pernah mengirim pesan ini. Jelasnya, ada orang yang membajak nomor ponselnya.

Yunita menyandar di kasur dengan lemas, sudut bibirnya menarik sebuah senyuman sinis. Dia mengetahuinya, kejadian ini pasti ulah dari Clara.

Dia baru saja membongkar skandal anak haram Clara, Clara juga membalas berdasarkan pemberian darinya, sehingga merencanakan kejadian tangkap basah perselingkuhan ini, anaknya juga keguguran karena hal ini.

Saat ini Yunita sangat menyesal, menyesal dirinya yang tidak tega sejak dulunya. Sebelumnya pada saat Clara masih bagaikan orang bodoh yang dapat dipermainkan dengan sesuka hati, seharusnya dia sudah membunuhnya dengan tanpa jejak, mungkin saja semua ini tidak bakal terjadi.

“Kak, kamu kenapa tidak berbicara ? Reaksi wajahmu suram sekali, tidak enak badan ya. Aku suruh dokter ke sini.” Elaine berkata dengan nada tangisan.

Yunita melotot sekilas dengan tatapan dingin, kesannya sangat tidak sabar. Hanya saja, saat ini dia benar-benar sangat lemah, sehingga tidak ada tenaga untuk memaki Elaine yang bodoh ini.

“Yunita, kamu kenapa ? Kamu jangan tidak berbicara, jangan menakuti ibu.” Rina juga menatapnya dengan tatapan cemas.

Yunita menarik nafas dalam, berusaha sekuatnya dan berkata :”Ma, kalian terima pesan seperti ini, kenapa tidak telepon aku dulu untuk pastikan, malah langsung buru-buru pergi ke hotel. Kita sudah jatuh ke dalam jebakan orang.”

“Apa ?” Rina bertanya dengan tampang tidak percaya, “Yunita, siapa sebenarnya, siapa yang ingin menjebak kamu ? Ibu langsung pergi menghantam dia.”

“Clara.” Yunita tersenyum sinis dan berkata, “Clara yang menjebak aku, Ibu berani menghantam dia ? Payung pelindungnya adalah Rudy .”

Yunita selesai berbicara, tatapannya yang dingin langsung melekat pada tubuh Elaine, “Kalian sudah tahu juga kan, anak haram yang dilahirkan Clara pada saat itu, rupanya anaknya Rudy . Kamu juga hebat, sembarang mendorongnya, langsung mendorong dia ke ranjangnya Rudy , mendorong dia ke dalam keluarga kaya dan mewah.”

Reaksi wajah Elaine sedikit kaku, namun juga bereaksi sangat kesal dan tidak terima. “Aku mana tahu Rudy yang ada di kamar itu, kalau aku tahu, aku sudah masuk sendiri, buat apa masih mempedulikan Marco.”

“Clara yang jalang itu, kenapa tidak mati saja sama ibunya itu.” Rina berkata dengan nada emosi, lalu bertanya lagi kepada Yunita, “Yunita, kamu sekarang ada rencana apa ?”

Yunita duduk terlalu lama di satu posisi, sehingga sebagian badannya sudah menjadi kaku, ketika dia sedikit menggerakkan badannya, bagian perutnya sudah sangat kesakitan.

Dia menggigit gigi, air matanya terus bergenang di dalam mata, “Aku tentu saja tidak akan membiarkan dia bersenang hati.”

Telapak tangan Yunita sedang mengelus erat pada tubuhnya, anaknya hilang begitu saja, semua sengsara yang dia rasakan, pasti harus mendapatkan balasan ratusan kali lipat. Baik Clara, maupun Nalan Qi, dia tidak akan membiarkan mereka bersenang hati.

Yunita sedikit memejamkan mata, tatapannya muncul kekejaman yang tidak pernah ada.

Setelah kesunyian beberapa saat, Yunita melambaikan tangan dan berkata :”Aku sudah capek, ingin tidur sebentar, kalian pulang saja dulu.”

“Kak, kami mana bisa tinggalkan kamu sendirian di rumah sakit, aku tinggal di sini untuk menjagamu saja.” Elaine berkata.

“Tidak perlu, kamu cari suster khusus saja.” Yunita berkata dengan nada lemah.

“Bagaimanapun suster juga orang luar, mana mungkin menjagamu dengan sepenuh hati, aku yang tinggalkan saja.” Rina berkata.

“Ma, kondisi kesehatan mama dalam waktu dekat ini juga kurang baik, tidak sanggup kalau tinggal di rumah sakit.” Elaine berkata dengan tampang khawatir.

“Aku tidak masalah, malahan kamu, cepat pulang saja, daripada ibu mertuamu mencari masalah lagi.” Rina terus saja mengeluh.

Kehidupan Elaine di keluarga Liu tidak begitu tenteram, sejak Yanto diberhentikan dari jabatannya, orang keluarga Liu mulai tidak senang terhadap Elaine, Andika Liu yang pengecut itu, juga tidak berani membela istrinya.

Elaine dan Rina terus saja meributkan masalah suster khusus. Yunita telah kehilangan kesabarannya, dan berkata dengan penuh amarah, “Pergi, pergi semua, kalian tolong jangan mengganggu aku lagi !”

Setelah Rina dan Elaine meninggalkannya, Yunita memendamkan wajahnya ke dalam bantal, dan mulai menangis bersedih hati.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu