Suami Misterius - Bab 198 Buat Kamu, Jangan Disia-Siakan

Selesai bicara, telapak tangan lembut Rudy mengelus pipi lembut Clara, lalu bertanya dengan penuh perhatian, “Apa masih sakit? Apa aku sudah menyakitimu?”

“Kamu diamlah. Aku saat ini tidak ingin bicara masalah ini denganmu.” Wajah Clara memerah tersipu malu, dia mengulurkan tangan menutup bibir Rudy.

Rudy tersenyum, lalu menggenggam tangan kecil Clara, lalu meletakkannya di bibirnya dan mengecup tangan itu. Posturnya menciumnya sungguh patut disembah.

Clara panik, dia pun langsung menarik tangannya. Jika terus dicium begini, pasti akan disiksa lagi akhirnya.

“Baju.” ucap Clara membungkus dirinya dengan selimut, menjulurkan kepala dan melihat ke baju yang berserakan di lantai, “Apa masih bisa dipakai?”

Rudy melihat saja bahkan tidak, Rudy sangat tahu jelas apa yang dilakukannya kemarin malam. Dia tahu sekali kalau baju Clara sudah dibuka sampai robek dan tidak bisa dipakai lagi.

“Apa aku ambil kemejaku dulu untuk kamu pakai?” tanya Rudy lembut, alisnya terangkat menyembunyikan senyum samar.

“Kalau pakai bajumu, bagaimana aku bisa keluar?” ucap Clara sambil memelototi Rudy.

“Kamu sekarang, apa masih punya tenaga untuk keluar?” senyum di sudut bibir Rudy menjadi lebih dalam, tatapan mata yang begitu rumit dan menggoda terus menjelajah memandangi tubuh Clara.

Clara sangat marah, siapa yang harus disalahkan sampai dia tidak bisa bangun dari ranjang begini? Bukannya dia pelakunya.

Clara sangat marah, dia menjulurkan kakinya dari selimut lalu menendang pelan ke tubuh Rudy, tendangan ini di tubuh Rudy tidak terasa sakit ataupun gatal, malah menambah sedikit ketertarikannya.

Jika bukan karena takut Clara kecapekan, mungkin Rudy sudah tidak bisa menahan diri untuk kembali lagi maju dan menindih Clara di ranjang.

“Aku sore ini ada rekaman soundtrack utama film baru di studio rekaman.” Ucap Clara.

Jadi, mau tidak mau dia harus keluar.

“Rekaman diganti hari lain saja.” Rudy sangat tidak tega kepada Clara, jadi jelas secara naluriah dia tidak tega Clara harus pergi keluar di saat seperti ini.

Clara memutar bola matanya, lalu berkata dengan tak berdaya, “Itu adalah pekerjaanku. Jadwal juga sudah diputuskan jadi aku tidak boleh seenaknya tidak pergi. Orang baru tapi berani sok-sokan, kalau begitu kedepannya bagaimana aku bergelut dalam dunia industri ini.”

“Tidak apa-apa, minta Aldio mengatur ulang saja.” ucap Rudy begitu yakinnya.

Clara tertegun, dia sekarang sedang bekerja untuk Dongyu Entertainment Culture Media Co., Ltd. Setelah presdir Dongyu Entertainment Culture Media Co., Ltdkeluar dan meminta waktu perekaman soundtrack utama film ini diundur, jelas tidak ada yang berani membantahnya.

Hanya saja, Aldio apa haknya dia menggantikan Clara bicara?

“Sudahlah, aku tidak ingin punya hutang budi.” Ucap Clara.

Rudy tersenyum lembut, mengulurkan tangannya lalu mengelus dengan manja rambut Clara, “Hutang budi untuk Aldio tidak berharga.”

Selesai bicara, dia mengambil ponselnya lalu memencet sebuah nomer.

....

Ketika Aldio menjawab telepon dari Rudy, dia sedang minum bir di kilang wine bersama Raymond.

Kilang wine ini adalah bisnis pribadi Rudy. Kemarin, sejumlah wine kering kelas atas baru saja diimpor dari Prancis. Beberapa wine itu ada yang tahun 1930 dan ada yang kira-kira 1980-an. Aldio dan Raymond datang kesini hanya karena beberapa wine** ini.

“Ada apa ini? Bos bilang kalau Clara tidak enak badan dan menyuruhku untuk menghubungi studio rekaman dan meminta mereka untuk mengundur waktu perekaman soundtrack utama filmnya.” Setelah menutup teleponnya, Aldiolangsung bingung.

Harus tahu saja Tuan muda Rudy itu adalah orang yang sangat sibuk setiap harinya. Tapi bisa-bisanya dia malah mengurusi hal sekecil ini.

Mendengar itu, Raymond tersenyum menyimpan maksud lain di senyumannya, “Apa Clara kemarin pulang?”

“Pengambilan gambar di kota C sudah selesai, jika dia tidak kembali, jangan-jangan dia menghabiskan tahun baru di sana.” Jawab Aldio.

Raymond menggoyangkan gelas ramping di tangannya, aroma wine menyerbak dari gelas itu. sudut bibirnya melengkung menggoda, “Aku kira, Rudy bisa menahan diri. Aku berani mengatakan kalau menurutku wanita yang aku carikan itu tidak cukup baik. Sehingga dia pergi untuk meniduri Clara.”

“Sebenarnya ada apa sih?” Aldio masih saja bingung dan pikirannya serasa berkabut.

Raymond menyesap winenya, lalu berkata, “Markisa, wanita yang bosan hidup itu memberikan obat afrosdiak ke dalam teh Rudy. Dia kira jika nasi sudah jadi bubur, maka dia bisa dengan mudah masuk dan menjadi nyonya dari keluarga Sutedja.

Setelah mendengar itu, Aldio tertawa terbahak-bahak mencibir, “Wanita yang bernama Markisa itu apa otaknya kemasukan air, jaman apa sekarang ini, meniduri sekali langsung harus bertanggung jawab?”

Jika meniduri lalu harus menikahi, kalau begitu wanita yang ada di rumah sudah bisa memenuhi seluruh mobil dong.

“Otaknya tidak bermasalah, dia sudah memperhitungkan semua dengan cermat.” Raymond tersenyum kecut, mengangkat gelasnnya sampai ke hidung dan mencium aromanya. Em, memang wine kelas atas.

“Jika meniduri sekali tidak perlu bertanggung jawab, bagaimana kalau hamil? Markisa bertaruh untuk punya anak di kandungannya. Rudy pasti akan bertanggung jawab dengan anak itu.”

“Meskipun hamil, juga bisa saja tidak dilahirkan.” Aldio menggelengkan kepalanya, dia merasa kalau struktur otak wanita seperti itu sudah rusak sepertinya. “Bos kita siapa coba, kucing anjing jalanan apa yang bisa seenaknya melahirkan bayinya? Meski hamil pun, selama tidak lahir, tetap masih akan ada banyak cara untuk menyingkirkannya.”

Raymond menyesap anggurnya, tersenyum dingin dan tidak mengatakan apapun.

Markisa sudah sangat memperhitungkan semua, tapi sayangnya dia terlalu menganggap remeh Rudy. Anak yang tidak diinginkan oleh Rudy, jelas dia tidak akan membuatnya bisa terlahir di dunia ini.

Sama seperti waktu itu, malam dimana Rudy dan Clara yang kehilangan kendali. Setelah itu, dia menyuruh dan mengutus orang-orangnya untuk mencari wanita itu dimana pun dan tidak ingin meninggalkan jejak apapun.

Raymond bisa dibilang sudah sampai membolak-balik Kota A hingga akhirnya bisa menemukan Clara. Tapi pada akhirnya, meskipun Clara sudah ditemukan tapi Rudy tidak melakukan apa-apa untuk menyakiti anak di perut Clara. Membiarkan Clara melahirkan anak itu dan diam-diam menyuruh orang melindungi mereka.

Raymond saat itu benar-benar tidak mengerti, tetapi kemudian dia dengar dari Fandy kalau di antara Rudy dan Clara ada hubungan di masa lalu.

“Apa kita akan segera menghasilkan banyak uang ya?” tanya Aldio.

“Em, sepertinya hal baik akan segera datang. Kita tinggal tunggu menerima angpao saja.” jawab Raymond.

Keduanya saling memandang dan membayangkan amplop berisi uangnya masing-masing, mereka langsung senang sekali.

Aldio minum wine sambil mengambil ponselnya, lalu memerintahkan perekaman hari ini di studio dibatalkan.

Penanggung jawab studio rekaman juga terlalu tidak peka, dia dengan polosnya bertanya kepada Aldio, “Presdir Aldio, rekamannnya mau diganti hari apa? aku biar enak menjadwalkan ulang.”

“Ganti hari apa, kamu tanya aku? sana tanya saja ke Clara. Kapan dia punya waktu untuk pengambilan rekaman. Satu soundtrack utama saja, aku tidak panik, kenapa kamu malah panik?”

Setelah menutup teleponnya, Aldio mempertimbangkan apa dia harus mengganti penanggung jawab studio rekamannya. Ini mah terlalu tidak peka saja. Jika tanpa sengaja menyinggung wanita Rudy, dia jelas tidak akan bisa berjalan lagi kemana pun, siapa yang tidak tahu kalau bos besar begitu protektif.

....

Di saat ini, Rudy yang begitu protektif sedang menemani wanitanya makan sarapan pagi.

Di atas meja penuh dengan masakan. Masakan China ada berbagai macam bubur panas, berbagai dumpling udang, pangsit, crystal fried dumpling, pie daging, berbagai kue yang empuk, berbagai sayuran. Kalau masakan barat ada steak, spageti, paha ayam, burger, roti panggang, sandwich, dan susu hangat.

Wanita adalah spesies yang sangat mudah berubah-ubah, Rudy sama sekali tidak yakin apa yang wanita itu ingin makan. Jadi karena tidak ingin membuatnya kesal dengan hal ini, jadi dia pun menyuruh sekretarisnya untuk menyiapkan dan memesan beberapa masakan China dan masakan barat.

Clara makan cukup kenyang, dia sudah tidak sanggup lagi memakan dumpling udangnya.

Dia pun mengangkat pandangan matanya dan menatap pria yang duduk di hadapannya. Rudy mengenakan kemeja rapi, warna kemeja terlihat begitu dingin. Garis tubuh di bawah kemeja itu diuraikan dengan sempurna.

Rudy memegang sepotong roti panggang di tangannya, cara makannya saja begitu elegan.

Clara tiba-tiba ingin menggodanya, dia pun meletakkan pangsit yang sudah dimakan setengah olehnya ke dalam mangkok Rudy.

“Aku sudah tidak sanggup memakannya, buat kamu, jangan disia-siakan ya.”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu