Suami Misterius - Bab 326 Putus Baik-Baik Denganmu

Clara pun syuting di kru dengan tenang. Awalnya dia mengira dia hanya butuh waktu dua bulan lagi baru bisa pulang dan bertemu melihat Rudy dan Wilson.

Hasilnya, keesokan harinya ketika adegan menunggang kuda, Afri tidak sengaja terjatuh dari kuda dan mematahkan dua tulang kakinya.

Mereka sudah syuting lebih dari setengah dramanya. Bagi produksi drama online kecil yang mempunyai modal kecil, tidak bijaksana untuk sementara mengganti pemeran utama pria.

Afri sedang digips, tapi dia bersikeras menggertakkan giginya untuk minta syuting beberapa adegan yang tidak memerlukan gerakan yang besar. Tapi banyak tidaknya tetap saja ada pengaruhnya. Oleh sebab itu, Clara pun mendapatkan cuti beberapa hari.

Clara pun memesan tiket pesawat. Sebelum pergi ke bandara, dia khusus putar jalan untuk menjenguk Afri.

Walaupun Afri terluka kakinya tapi pikirannya masih baik-baik saja. Ketika Clara berjalan masuk ke kamar inap Afri, Afri sedang duduk membawa skrip di ranjang rumah sakitnya.

“Kakak Afri kamu begitu profesionalnya dalam bekerja ya. Kamu harusnya memanggil beberapa wartawan untuk melakukan wawancara khusus.” Goda Clara sambil tertawa.

Afri juga ikut tertawa, dia pun meletakkan skripnya dan menyapa lalu mempersilahkan Clara duduk.

“Kamu jangan menggodaku lagi. Karena aku terluka, jadinya membebani perkembangan para kru drama.” Afri menyalahkan dirinya sendiri. Afri tidak mudah mendapatkan kesempatan ini jadi dia sangat menghargai dan menjaga baik-baik kesempatan ini.

“Mananya yang membebani, kita semua ini mendapatkan keuntungan dari ini.” Clara meletakkan tangan ke samping bibirnya lalu berkata dengan sangat pelan, “Karena keberuntungan kakak Afri, aku jadi bisa cuti beberapa hari.”

Afri tersenyum. Sekarang suasana hatinya sudah cukup membaik dan cerah. “Akhirnya kamu punya waktu libur beberapa hari. Menurutku, kamu bisa berkeliling dan jalan-jalan di kota tempat syuting ini. Di sini masih banyak tempat yang menyenangkan. Jika kamu tidak tahu jelas, aku bisa membantumu membuat perencanaan perjalanan untukmu. Aku cukup tidak asing dengan tempat ini.”

Beberapa tahun ini, Afri selalu saja syuting di kota ini. Dia terkadang menerima beberapa peran dalam akting kelompok atau beberapa peran pendukung, dia memaksakan diri menerimanya untuk mencari nafkah.

“Aku sudah memesan tiket pesawat pulang ke kota A. Kedepannya kalau ada kesempatan lain, mari jalan-jalan.” Kata Clara.

“Oh, ada seseorang yang menunggu ya. sampai pulang terburu-buru.” Goda Afri.

Clara tersenyum sumringah lalu mengobrol sebentar dengan Afri. Dia melihat ke jam tangannya. Sudah waktunya pergi jadi dia pun pamit kepada Afri.

Clara dan Melaniepun keluar bersama dari bangsal Afri. Lalu, menunggu lift di depan pintu masuk lift.

Lift terbuka, tampak seorang wanita yang berpakaian sangat tertutup bagai perang keluar dari lift, mengenakan mantel besar warna hitam, masker mulut dan juga topi yang menutup dirinya begitu rapat. Dia menundukkan kepala lalu melewati Clara dan Melanie begitu saja.

Melanie tanpa sadar menoleh dan melihat punggung wanita itu lalu ada pemikiran yang tiba-tiba muncul.

“Ayo jalan, apa yang kamu sedang pikirkan.” Clara sudah masuk ke dalam lift. Jarinya sudah memegang di tombol membuka pintu lift untuk menunggu Melanie.

“Yang barusan tadi lewat, seperti si bunga kecil Asnifa.” Kata Melanie.

“Siapa dia, memang apa hubungannya denganmu. Ayo cepat pergi.” Clara memutar matanya. Berpakaian begitu rapat. Jika bukan karena berpenyakit, kalau begitu delapan puluh persen seorang artis yang tidak ingin dikenali. Clara tidak tertarik hal seperti itu.

Hanya saja Melanie sangat suka bergosip. Dia pun diam-diam mau mengikutinya.

“Kamu masuk dulu ke mobil dan tunggu aku. Aku mau kesana memeriksa sebentar, aku akan segera kembali.” Selesai bicara, Melanie berbalik dan pergi.

Melanie seperti paparazzi yang terus mengikuti wanita itu tidak jauh di belakangnya. Langkah kaki wanita itu sangat buru-buru, sampai tidak merasakan kalau dia sedang diikuti.

Melanie terus mengikutinya sampai dia melihat wanita itu masuk ke dalam bangsal Afri.

Melanie berdiri di depan pintu bangsal itu lalu dengan hati-hati mengintip dari pintu yang sedikit terbuka.

Dia benar-benar mengagumi penglihatannya sendiri, wanita itu benar-benar Asnifa. Menutup diri begitu rapatnya tapi masih saja bisa dikenali oleh Melanie.

Di dalam kamar inap. Asnifa melepas topi dan masker mulutnya lalu duduk di samping ranjang. Wajahnya terlihat sangat khawatir dan cemas.

“Aku dengar ketika syuting, kamu terjatuh dari kuda. Luka kakimu parah atau tidak?” tanya Asnifa.

Afri membalik halaman skripnya seolah tidak mendengar apa yang diucapkan Asnifa. Dia sama sekali tidak ingin menghiraukan Asnifa.

Asnifa melihat Afri yang tidak berniat menghiraukan dirinya. Asnifa berdiri lalu berniat membuka selimut yang menutupi tubuh Afri. Afri pun langsung menepis tangannya.

“ Asnifa di kamar pria asing beraninya seenaknya melakukan sesuatu, sepertinya itu tidak pantas. Nanti kalau terfoto oleh paparazzi lalu bagaimana kalau tidak bisa menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya. Atau mungkin nanti malah akan membebani dan merusak nama baikmu. Aku yang akan lebih bersalah.” Kata Afri begitu dingin.

“ Afri apa kamu masih marah kepadaku?” air mataAsnifa memenuhi matanya dan suaranya terdengar serak terisak. “Memutuskan hubungan kita ini adalah maksud dari perusahaan.”

“ Asnifa jika aku tidak salah ingat, kita berdua sudah putus.” Kata Afri.

Satu tahun yang lalu, ketika mereka berdua berkencan, mereka ketahuan dan difoto oleh paparazzi. Asnifa demi menjaga imagenya, perusahaan pun mengadakan jumpa pers dan memberitahukan kalau mereka berdua tidak ada hubungan apa-apa. Sebagai seorang pria, Afri tidak bisa menerima ini semua. Karena itulah, mereka berdua sering sekali bertengkar. Lalu pada suatu hari pertengkaran mereka begitu sengit sampai Asnifa minta putus.

“Itu hanya ucapan kemarahanku saja. Afri kita sudah bersama bertahun-tahun. Kamu juga pernah bilang kalau kamu tidak akan mau berpisah denganku.” Asnifa menangis terisak lalu menarik tangan Afri. Afri pun menepisnya untuk kedua kali. Tapi ketiga kalinya Asnifa menarik tangan Afri, hati Afri pun tidak tega.

“ Afri, apa kamu masih ingat. Ketika kita masih artis kecil, kamu pernah bilang. Tidak peduli siapa dulu yang terkenal dan populer, kita berdua tetap harus berusaha keras. Setelah kita menghasilkan uang yang cukup, kita pun bisa hidup dengan damai. Afri, aku sudah memikirkannya dengan baik. Paling lama sepuluh tahun, lalu aku akan keluar dari dunia entertainment. Tunggu sampai uang yang ditabung cukup, kita berdua pulang ke kampung dan membuat bisnis kecil-kecilan. Lalu hidup dengan damai, oke?”’

Afri melihatnya yang menagis tersedu-sedu. Dia pun tak berdaya dan hanya bisa menghela napas. Dia pun akhirnya teringat, kenapa ketika melihat mata Clara kemarin, dia tidak bisa konsentrasi. Karena mata Clara sejernih mata Asnifa. Tidak peduli meskipun sudah populer dan terkenal di dunia entertainment, tapi mereka masih saja begitu suci dan tidak ternodai.

“Kamu sudah sampai mengatakan begini, lalu apa yang bisa aku ucapkan lagi. Aku bukannya selalu mendengarkan apa katamu. Kamu bilang putus, aku pun mengikutinya dan putus dengan baik-baik.”

“Kalau begitu aku menarik ucapanku. Aku mau kita balikan.” Kata Asnifa dengan manja lalu bersandar di dekapan Afri.

“Baiklah.” Afri mengulurkan tangan lalu merangkulnya.

Asnifa mengulurkan tangan dan menyeka air matanya lalu dia pun membuka lagi selimut yang menutupi tubuh Afri. Setelah membuka selimutnya, Asnifa melihat kalau kaki Afri sedang digips begitu tebalnya.

“Luka kakimu ini parah atau tidak?” tanya Asnifa cemas. Dia tampak mau menangis lagi.

Afri langsung menghiburnya, ‘Hanya patah tulang saja. istirahat beberapa hari saja sudah cukup. Kamu tenang saja, nanti kalau lukaku sudah sembuh, aku pasti bisa menggendongmu seperti sebelumnya.”

Selesai bicara, Afri pun menempelkan bibirnya ke telinga Asnifa lalu menambahkan satu kalimat, “Aku jamin aku akan melakukan yang terbaik sama seperti sebelumnya waktu di atas ranjang.”

“Kamu menyebalkan deh.” Asnifa mengulurkan tangan dan memukul dada Afri.

“Aku mana menyebalkannya, bukannya kamu suka.” Afri mencium mesra tangan Asnifa.

“Masih bicara saja.” wajah Asnifa memerah. Dia sekali lagi mengangkat tangan dan mau memukulnya. Afri pun berkata ‘aduh’ sambil memegangi kakinya yang sakit.

Asnifa langsung cemas, lalu bertanya, “Mana yang sakit? Apa aku tidak sengaja menyenggol kakimu yang sakit?”

Afri meraih tangan Asnifa lalu meletakkannya di dadanya, kemudian membalas, “Hatiku sakit, merindukanmu.”

Asnifa tersenyum lalu bersandar ke dada Afri.

Mereka berdua pun menempel bermesraan bersama. Lalu tiba-tiba tedengar suara dering telepon di lorong.

Asnifa panik dan langsung berdiri. Lalu pergi melihat ke luar bangsal.

Tidak ada siapapun di koridor yang begitu sepi. Hanya ada beberapa perawat di meja perawat yang cukup jauh dari bagsal. Seorang perawat memegang ponsel sedang menelepon.

Asnifa langsung lega. Setelah dia menutup pintu, dia berkata kepada Afri sambil memegang dadanya, ”Untung saja hanya seorang perawat yang sedang menelepon. Jika itu paparazzi yang memoto kita, aku pasti dimaki dan dimarahi lagi oleh manajerku.”

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu