Suami Misterius - Bab 574 Sengaja Salah Menafsirkan Maksudnya

Sebenarnya, Rudy adalah lelaki yang sangat baik, bisa bekerja di luar, dan bisa bekerja di dapur.

Sepertinya Rahma juga merasa menyesal.

Seandainya bukan Rahma yang berulah sendiri, dirinya juga tidak ada kesempatan untuk mendapatkannya.

“Sedang pikir apa ?”

Rudy meletakkan piring dan sendok yang sudah selesai cuci ke dalam lemari desinfeksi, sambil mengelap air di tangannya, sambil bertanya.

Clara mengangkat mata dan menatapnya, sepasang bola mata yang jernih menampakkan kesan membingungkan.

Lalu bertanya, “CEO Sutedja besok masih masak sendiri ?”

“Suka masakan aku ?”

“Iya.”

Clara mengangguk.

“Aku usahakan meluangkan waktu.”

Rudy berjalan ke hadapannya, membungkuk pinggang, jari tangannya menunjuk pipi sendiri dan berkata, “Nyonya Sutedja menyuruhku masak, bukannya harus membayar sedikit imbalan ya .”

Clara mengerut bibir, lalu menghampiri, dan mengecup ringan pada satu sisi pipinya, baru saja ingin pergi, telapak tangan Rudy tiba-tiba menahan di belakang kepalanya, dan menciumnya dengan bibir yang sedikit dingin, sekalian membukakan mulutnya, dan langsung memperdalam ciuman ini.

Clara tidak memberontak, hanya saja membuka matanya, sambil menatapnya dengan tatapan bengong.

Setelah itu, di dalam pandangan sudut mata, muncul sebuah bayangan yang kecil.

Wilson memakai seragam sekolah, sedang membawa tas sekolah, dan berdiri di depan pintu, sepasang bola mata bagaikan anggur hitam sudah terbuka dengan lebar, sedang menatap mereka dengan tatapan kaget.

Setelah itu, dia melangkah kaki pendeknya dan berlari menghampiri, “Papa Mama, Wilson juga mau cium.”

Rudy memeluk anaknya dari lantai dengan tampang tidak berdaya, tangan Wilson yang gendut sedang memeluk leher ayahnya, lalu mencium sembarangan pada wajahnya, membuat pipi Rudy terpenuhi air ludah.

Clara terus menahan, namun tetap saja tidak berhasil, dan tertawa keceplosan.

Cuaca di sore hari sangat bagus, mereka bertiga membawa mobil untuk berjalan-jalan di tepi pantai.

Dikarenakan Clara adalah artis, tidak boleh duduk di pantai sambil menikmati jemuran matahari, hanya bisa membawa mobil ke tempat yang tidak terlalu ramai, bahkan pantai yang tidak terbuka secara umum.

Wilson bertelanjang kaki dan menjinjing ember kecil, sedang mencari kerang di pantai dan menangkap kepiting kecil, bermain dengan bersenang ria.

Rudy dan Clara duduk di atas pantai, memperhatikannya pada tempat yang tidak terlalu jauh.

“Wilson terlalu kesepian kalau bermain sendiri, benaran butuh orang yang menemani.”

Rudy selesai berkata, menoleh menatap Clara yang duduk di sampingnya.

Clara sedikit menunduk kepalanya, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan, hanya menjawab dengan nada datar :”Oh, kalau begitu lain kali minta teman TK datang main ke rumah saja.”

Rudy mendengarnya, sedikit mengerutkan alis.

Dia sebenarnya mengetahuinya maksudnya, namun malah sengaja salah menafsirkan maksudnya.

“Papa Mama, Wilson barusan mendapatkan kerang yang cantik.”

Pada saat itu, Wilson mengulurkan tangannya yang gendut, tersenyum dan melambai pada mereka.

Clara juga ikut berdiri, melepaskan sepatu tumit tinggi di kakinya, lalu berlari menghampiri Wilson, “Mama lihat kerang yang Wilson dapat, cantik sekali, berbinar-binar di bawah sinar matahari…” Rudy tetap duduk di pantai yang tidak jauh dari mereka, menatap bayangan punggung Clara dengan tatapan dalam, jelas sekali, Clara sedang menghindarinya.

Kelihatan sangat tenang, namun jelasnya sedang menghindari dirinya.

Sebenarnya, Rudy berharap Clara bisa menangis dan membuat ribut, malahan bukan bereaksi seperti saat ini, bahkan tidak memberikan kesempatan menjelaskan padanya.

Hari semakin gelap, mereka bertiga juga pulang dari pantai ke rumahnya.

Sus Rani membawa Wilson istirahat di kamarnya.

Rudy masih ada pekerjaan yang belum selesai, dan langsung beranjak masuk ke ruang baca.

Clara pulang ke kamarnya sendiri, selesai mandi, sedang duduk di meja dandan sambil mengeringkan rambutnya.

Tiba-tiba pintu di belakangnya terbuka, Rudy berjalan masuk, langkahnya berhenti di belakang Clara, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk pinggangnya dengan gerakan wajar.

Clara mematikan pengering rambut, memiringkan kepala dan menatapnya.

Sepasang bola mata jernih tidak bereaksi apapun.

“Masih belum kering, aku bantu kamu keringkan ?”

Telapak tangan Rudy mengelus diantara rambutnya yang masih basah.

“Tidak tidur sekarang juga, tunggu kering sendiri saja.”

Clara mengelus rambut di samping telinganya dengan sembarangan.

Tangan Rudy yang memeluk pinggangnya juga semakin erat, dia meletakkan dagu di atas pundaknya, nafasnya yang hangat menghembus di samping telinganya.

“Tidak bisa tidur ?

Kalau begitu buat yang lain.

Ehm ?”

Suara dirinya yang serak dan rendah, jelasnya terkesan mesra.

Namun Clara malah menghindari ciumannya dengan refleks.

“Rudy, aku capek.”

Clara berkata.

“Bukannya hari ini tidak ada jadwal ya, tidak buat apa-apa juga bisa capek ?”

Rudy setengah memeluk tubuhnya dan berkata.

Clara mengangkat kepala dan tersenyum, lalu berkata dengan tampang serius :”Siapa bilang aku tidak buat apapun, pagi tadi bukannya baru buat ya, Rudy, aku benaran capek, malam ini tidak buat dulu boleh ?”

Dia menarik sudut baju Rudy, berkata dengan nada manja.

Rudy tersenyum lembut, jari panjangnya mengelus pada rambutnya yang tipis dan lembut.

“Baiklah, utang saja saja.”

Dia mengelus ujung hidungnya dengan manja, setelah itu, melepaskan tangan yang melingkar di pinggangnya.

Setelah itu, Clara duduk di kasur sambil membuka skenario, Rudy juga kembali ke ruang baca.

Saat ini dia sedang membaca skenario acara varietas nyata.

Setelah sesi pertama ditayangkan, mendapatkan reputasi yang sangat baik, peringkat tayang juga melebihi dugaan awal.

Clara sebagai tamu yang sering berkunjung pada sesi pertama, tentu saja akan mendapatkan undangan dari tim penyelenggara.

Hanya saja, Clara masih sangat ragu.

Pada satu sisi, dalam waktu dekat ini Luna tidak mendapatkan skenario yang baik untuk dirinya.

Skenario yang ditawarkan pada mereka, Luna sama sekali tidak tertarik.

Skenario yang diinginkan Luna, sebagian besar adalah hasil produser sutradara besar, namun mereka sama sekali tidak tertarik dengan kemampuan akting Clara.

Meskipun Clara mendapatkan penghargaan sebagai wanita pemeran utama, namun tetap saja diragukan dalam dunia hiburan.

Satu sisi lainnya, dia dan Rudy sedang melakukan persiapan hamil.

Acara varietas nyata di luar gedung pastinya harus melakukan olahraga keras, bagaimana kalau dia berhasil hamil, pastinya akan mempengaruhi terhadap kandungannya.

Clara menatap skenario sambil melamun, tidak membuka lembaran lain dalam waktu yang lama.

Ketika Rudy kembali ke kamarnya, dia tetap duduk melamun di kasur, lampu cahaya kuning di samping kasur sedikit gelap, membuat ruangan kamar terkesan dingin kesejukan.

Rudy sedikit mengerut alisnya, tingkat dirinya dalam melamun pada hari ini, jelasnya sudah terlalu sering.

“Masih belum tidur ya ?”

Dia duduk di samping kasur, mengulur tangan dan merebut skenario di tangannya, lalu melempar sembarangan pada laci di samping.

“Iya.”

Clara menjawabnya, lalu mematikan lampu tidur di sampingnya, dan berbaring telentang di atas kasur.

Dia membelakangi Rudy, sangat sunyi, suara nafasnya juga sangat stabil, sepertinya sudah ketiduran.

Malam yang dipenuhi oleh kesunyian.

Pada keesokan harinya, ketika hari baru mulai terang, Rudy sudah terbiasa mengulurkan tangan untuk meraba samping tubuhnya, namun tempatnya malah sudah kosong, sama sekali tidak terasa suhu kehangatannya.

Rudy langsung terduduk dari kasur, sambil mengerutkan alisnya.

Dia membuka selimut dan turun tangga, sekali mengangkat kepala, langsung melihat bayangan kecil yang sedang berdiri di balkon luar.

Rudy meringankan langkah dan berjalan menghampirinya, lalu membuka selimut di tangan, dan membungkus pada tubuhnya.

“Kenapa berdiri di sini ?”

Rudy bertanya.

Lalu melirik mengikuti tatapannya, di bawahnya ada beberapa batang pohon ara Prancis yang tinggi, sangat subur sekali, dan juga bertumbuh dengan baik.

“Tidak bisa ketiduran, menghirup udara segar di luar.”

Clara berkata dengan datar.

“Suhu di pagi sangat rendah, jangan sampai kedinginan.

Masuk saja.”

Rudy selesai berkata, sama sekali tidak memberikan kesempatan penolakan padanya, malahan langsung memeluk dirinya, dan berjalan masuk ke kamar tidur.

Clara sudah lama kedinginan di luar, sehingga tubuhnya jadi dingin.

Rudy terus memeluknya, sebenarnya ingin menghangatkan tubuhnya, alhasil, semakin memeluk, semakin terpancing api kegairahan sendiri.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu