Suami Misterius - 590 Kotak Pandora

Tubuh Hyesang sedikit terhuyung dan telapak tangannya mengepal dengan erat dan dipukulkan di tubuhnya sendiri.

Dia tidak tahu, dia tidak hanya tidak tahu kalau Ahyon keguguran tapi dia bahkan tidak tahu kalau Ahyon hamil.

“Ahyon pernah hamil?

Kapan itu terjadi?

Sebenarnya apa yang terjadi!”

Teriak Hyesang tak terkendali sambil menatap Ramzez dan Ahad

“Aku bantu Ahyon mengurusi administrasi rawat inap dulu.”

Ahad menundukkan kepala, berbalik dan mau pergi tapi malah dihentikan oleh Ramzez.

“Pergi kemana, hari ini mumpung semuanya ada di sini.

Ini waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya sejelas-jelasnya.”

Nada bicara Ramzez bercampur dengan cibiran.

“Ramzez!”

Ahad mengerutkan kening menatapnya, “Kakakmu pernah berkata kalau masalah waktu itu sudah berlalu. Siapapun tidak boleh membahasnya lagi.”

“Kakakku hatinya terlalu lembut. Kakakku takut nantinya dia sedih dan malah menderita.

Tapi, atas dasar apa rasa sakit ini hanya ditanggung oleh kakakku.:

Dia juga seharusnya tahu semuanya.”

Ramzez mengeluarkan satu kotak rokok dari saku jaketnya. Hanya saja karena Lena memelototinya, dia pun tidak jadi menyalakan rokoknya.

“Kakak Ahad, kamu yang bilang atau aku yang bilang?”

Wajah Ahad terlihat ragu. Dia pun mengangkat kepalanya menatap Hyesang lagi dan mencoba mengkonfirmasi lagi, “Apa kamu benar-benar ingin tahu?

Hyesang yang terpampang di depanmu adalah sebuah kotak pandora. Semuanya ada di dalam begitu kamu membukanya. Tidak peduli kamu bersedia atau tidak, kamu harus menerima dan menanggungnya.” “Ahad, kamu kok banyak omong kosong soh! Kalau mau mengatakan cepat katakanlah!”

Teriak Hyesang.

Ahad mengangguk dan berkata kepada Ramzez, “Ramzez, kamu sana pergi dan urus administrasi rawat inap kakakmu dulu. Jika memang ada yang harus dibicarakan, kita bicarakan di bangsal saja.

Di sini banyak orang yang lewat kesana-kesini, bukanlah tempat yang baik untuk tempat membicarakan sesuatu.”

“Em.”

Ramzez mengangguk dan mengambil kertas registrasi rawat inap dari tangan Lena lalu pergi mengurus administrasi rawat inap untuk Ahyon.

Kemudian, Ahyon pun dipindahkan ke bangsal VIP.

Di ruangan itu ada yang di dalam dan di luar. Ahyon berbaring di dalam ruangan dan masih berlum siuman juga.

Di luar ruangan, Hyesang, Ramzez dan Ahad, ketiga orang itu pun membeku.

“Sekarang sudah boleh mengatakannya kan?”

Hyesang berbicara dan memecahkan kesunyian.

“Mulai dari mana mengatakannya?”

Ahad tersenyum, senyuman yang sinis bercampur dengan sindiran.

“Di mulai ketika kamu menangkap basah Ahyon berada di ranjang denganku saat itu saja.”

Ahad masih ingat. Hari itu salju turun sangat deras.

Dia dan Ahyon ditipu ke hotel satu persatu. Dia tidak tahu apa sebenarnya yang salah. Tidak lama setelah dia sampai di hotel, dia pun pingsan.

Ketika siuman, dia dan Ahyon sudah berbaring di satu ranjang dengan baju yang berantakan tidak karuan. Ketika masih belum menyadari dan merespon apa yang telah terjadi tiba-tiba Hyesang mendobrak masuk ke dalam.

Saat itu, wajah Ahyon pucat, dia pun panik dan langsung turun dari ranjang menarik lengan Hyesang dan tidak hentinya bicara mencoba menjelaskan, “Hyesang, tidak seperti yang kamu pikirkan. Kamu harus percaya padaku...” Tapi sayangnya Hyesang tidak mau mendengarnya sama sekali. Dia mendorong Ahyon dan langsung pergi begitu saja.

Ahyon terpungkur di lantai dan terlihat sangat tak berdaya dan kebingungan.

Ahad langsung membantunya berdiri, lalu berkata, “Ahyon, jika seorang pria hanya percaya apa yang mereka lihat maka dia tidak benar-benar mencintaimu.”

Jika dia bahkan tidak memiliki kepercayaan paling mendasar kepadamu, apa artinya hubungan itu?”

Tapi, Ahyon sama sekali tidak mau mendengarnya.

Ahyon mendorong Ahad sekuat tenaga, lalu berlari terhuyung-huyung mengejar Hyesang keluar.

“Hyesang, apa kamu percaya aku dan Ahyon berselingkuh?”

Tanya Ahad dengan dingin sambil menatap Hyesang.

“Aku mengenal Ahyon dari kecil, sudah dua puluh tahunan. Jika memang ada apa-apa di antara aku dan Ahyon. Tidak perlu sampai ada kamu yang masuk ke dalam hubungan kami berdua!”

Wajah Hyesang langsung jadi muram dan mengerutkan keningnya.

“Aku tidak percaya sama sekali kalau ada apa-apa di antara kamu dan Ahyon.

Tapi dihadapkan dengan adegan waktu itu, aku sebagai seorang pria tidak mungkin tidak terganggu sama sekali.

Aku tahu tempramenku buruk jadi aku lebih baik pergi dan tidak ingin memukulmu di depan Ahyon. Jadi aku ingin menangani dengan pikiran dingin. Setelah pikiran kami berdua dingin dan tenang baru membahas masalah ini.”

“Pikiran dingin?

Pikiran dingin yang kamu maksud ini apa dengan tanpa berkata apapun langsung berbalik dan pergi begitu saja?”

Ahad saat ini rasanya benar-benar ingin maju dan memukul Hyesang dengan keras.

“Ahyon terlalu mencintai dan peduli denganmu.

Kamu mendorongnya sampai jatuh ke lantai tapi dia setelah bangun malah berlari mati-matian mengejarmu tanpa ragu dan tanpa peduli apapun.

Baru berlari tidak jauh dari hotel, dia kecelakaan.”

Hari itu kebetulan salju turun dengan deras dan tanah sangat licin.

Ahyon yang buru-buru mengejar Hyesang tidak memperhatikan kondisi jalan dan lalu lintas sama sekali. Dia menerobos lampu merah dan sebuah SUV kebetulan melaju kencang. Saat itu jalan terlalu licin dan pengemudi SUV itu gagal mengerem mobil tepat waktu sehingga mobil pun menabrak tubuh Ahyon.

Ahad keluar dari hotel dan tidak melihat bayangan sosok Hyesang. Dia hanya melihat banyak pejalan kaki yang bergerumun di jalan.

Dia saat itu tiba-tiba punya firasat buruk seperti telah punya firasat kalau Ahyon mengalami kecelakaan.

Dia pun dengan terhuyung bergegas masuk melewati kerumunan dan kemudian melihat Ahyon yang terbaring di tanah bersalju. Darah begitu saja mengalir keluar dari tubuhnya dan mewarnai tanah bersalju itu dengan warna merah. Warna yang segar tapi mengerikan.

Ahad saat itu benar-benar terkejut. Dia pun memeluk Ahyon dan berteriak dengan keras, “Telpon 120, telpon 120, panggil ambulan!”

Ketika Ahyon sudah dilarikan ke rumah sakit, dia masih sadar.

Dia tidak hentinya berkata, “Hyesang, Hyesang.”

Ada lagi, satu tangannya terus saja memegang perutnya sambil menangis dan berkata, “Selamatkan, selamatkan anakku.” Ahad saat itu tidak tahu kalau Ahyon hamil. Saat itu, begitu dokter keluar dari Ruang UGD dan menyuruh Ahad tanda tangan surat perijinan melakukan aborsi, Ahad dalam posisi linglung.

Dokter berkata, “Karena benturan keras dari luar, jantung bayinya sudah tidak berdetak.

Saat ini pasien dalam kondisi kehabisan darah. Kita harus segera melakukan aborsi kalau tidak akan membahayakan ibunya.”

Ahad dari awal sampai akhir masih dalam kondisi linglung dan mati rasa. Tangannya gemetaran tidak hentinya lalu menanda tangani surat perijinan itu.

Kemudian, masih dengan tangan gemetaran dia mengambil ponselnya lalu memberitahu hal ini kepada Saras dan Ramzez.

Ahyon masih belum selesai operasinya ketika Saras dan Ramzez telah datang dengan terburu-burunya di rumah sakit.

Ahyon diaborsi dengan paksa sehingga menyebabkan pendarahan rahim besar-besaran. Kantung demi kantung plasma darah dimasukkan ke dalam tubuh Ahyon. Namun, masih saja tidak menghentikan pendarahan rahimnya. Jika tidak segera melakukan operasi pembedahan maka nyawa Ahyon tidak akan bisa diselamatkan.

Saras seorang wanita dan seorang ibu. Dia tahu betapa pentingnya rahim bagi seorang wanita, terutama wanita yang belum menikah dan belum punya anak. Namun, kehilangan kemampuan untuk hamil itu lebih harus kuat daripada kehilangan nyawa.

Saras menangis dan menandatangani formulir persetujuan bedah.

Nyawa Ahyon baru bisa diselamatkan dengan memotong sebagian rahim Ahyon dan satu tuba falopinya.

Setelah operasi, Ahyon tidak sadarkan diri selama tiga hari. Setelah dia bangun, kalimat pertama yang dia tanyakan adalah, "Anakku?

Bagaimana keadaan anakku? "

“Saat itu, aku hanya bediri di depannya dan tidak mengatakan apapun sambil menatap matanya.”

Ramzez melanjutkan ceritanya.

“Kakakku hamil. Aku tahu hal ini.”

Saat itu kamu keluar kota melakukan perjalanan bisnis. Aku yang menemani kakakku ke rumah sakit.”

Ramzez sampai hari ini masih ingat, pagi hari itu ketika Ahyon bilang mau keluar ke rumah sakit. Ramzez tidak tenang jadi dia pun mengikuti kakaknya. Hanya saja yang tidak disangka oleh Ramzez adalah Ahyon masuk ke ruangan poli kandungan.

Sebenarnya sebelum pergi ke rumah sakit, Ahyon sudah mencoba tes tespek beberapa kali dan hasilnya dua garis.

Dia pergi ke rumah sakit hanya untuk mengkonfirmasi saja.

Dan hasil dari pemeriksaannya tak diragukan lagi kalau dia benaran hamil.

Sudah hamil dua bulan. Dokter mengatakan kalau progesteronnya sedikit rendah. Tetapi banyak juga wanita hamil memiliki progesteron rendah. Dokter meresepkan obat dan menyuruhnya untuk beristirahat lebih banyak setelah pulang.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu