Suami Misterius - Bab 444 Pernah Mencintai, Pernah Menunggu, Juga Pernah Membenci

“Alangkah bagusnya jika pada saat itu dia tidak pernah membalikkan kepala.” Ardian berkata.

Jika, di saat semua masih belum sempat dimulai, sudah benar-benar diakhiri. Maka, semua penderitaan dan rasa sakit itu, mungkin tidak akan terjadi.

Bahron paling hanya sebuah momen indah di masa muda Ardian , hanya sebuah penyesalan saja. Dia akan seperti wanita biasa, bertemu dengan pria yang cocok lalu menikah dan melahirkan anak, melewati kehidupan ini dengan tenang.

Namun, ada kalanya jodoh memang sangat misterius, dia tidak sengaja membalikkan badan, merubah semua yang ada diantara mereka.

“Bertemu lagi dalam luasnya lautan manusia, pada saat itu, dalam hati papa pasti sangat gembira.” Rudy berkata.

“Mungkin.” Nada Bicara Ardian sangat datar.

Pada saat itu Ardia Sutedja, pernah mencintai, pernah menunggu, juga pernah membenci.

Setelah itu dalam waktu yang lama, dia tidak terlalu menghiraukan Bahron .

Sedangkan Bahron juga tidak terlalu menunjukkan sikap antusias, pekerjaannya sibuk sekali, tapi begitu ada waktu luang, pasti akan ke kampus untuk melihatnya, walau hanya melihat dari jauh saja, jika beruntung mungkin masih bisa ngobrol sejenak dengannya.

Situasi kaku ini, pada akhirnya terpecahkan oleh kecelakaan yang datang tiba-tiba.

Bahron terluka karena menyelamatkannya, dia menemaninya ke rumah sakit untuk mengobati lukanya. Keluar dari rumah sakit, ketika mereka berdiri di halte sambil menunggu bus, dia menciumnya.

Jadi semua ini berawal dari ciuman ini, terjadi perubahan sekali lagi.

Mereka secara resmi mulai berpacaran. Seperti pasangan lainnya, kencan, makan bersama, nonton bioskop, dan jalan-jalan di taman kampus.

Terkadang Bahron akan mengundang Ardian main ke rumahnya dengan menggunakan nama adik perempuannya Astrid Sunarya.

Pada awalnya, nenek Sunarya juga hanya berpikir kalau gadis kecil ini adalah teman kuliah putri bungsunya, tapi perlahan mulai menyadari ada yang tidak benar. Setiap kali Ardian datang, tidak peduli betapa sibuknya Bahron , pasti tetap akan menunggu di rumah, pandangan matanya yang bersemangat ketika melihat Ardian ……nenek Sunarya juga langsung paham dengan semua ini.

Terhadap hal ini keluarga Sunarya sangat senang dan merestuinya. Bagaimanapun, latar belakang keluarga Ardian sangat bagus, didikan yang baik, pengetahuan yang baik, cantik dan berbudi luhur, hampir tidak memiliki kekurangan sedikit pun, nenek Sunarya sangat puas sekali.

Pada saat itu, jalan cinta Bahron dan Ardian lancar sekali. Bahron sangat memanjakan pacarnya, seringkali dia mendengarkan apa saja yang dikatakan pacarnya.

Tentu saja, Bahron juga sangat pintar membujuk wanita, kalau tidak, juga tidak akan bisa membujuk Ardian naik ke ranjang.

……

Ardian menyipitkan mata, tampaknya berusaha mengenang.

Pada hari itu sangat banyak detail kejadian, dia bahkan sudah tidak terlalu jelas mengingatnya lagi.

Hanya ingat, pada hari itu mereka pergi jalan-jalan bersama ke pinggiran kota, akhirnya bertemu hujan deras, sehingga ketinggalan bus terakhir untuk pulang, terperangkap di kota kecil yang asing.

Tidak berdaya, mereka hanya bisa menginap di hotel.

Di kota hanya ada sebuah hotel kecil, mungkin karena hujan, hotel juga sudah penuh.

Mereka termasuk beruntung, kebetulan ada orang yang check out hotel, sehingga ada satu kamar yang kosong.

Hanya saja, satu kamar, dua orang……Ardian berdiri di depan kamar hotel, ragu dalam waktu yang lama sekali, bagaimanapun juga tidak ingin masuk.

Tentu saja Bahron tahu apa yang khawatirkannya, untuk itu, dia berjanji padanya, selama dia tidak bersedia, dia pasti tidak akan menyentuhnya.

Ardian merasa dirinya sungguh terlalu polos pada saat itu. Dia bahkan mempercayai kata-kata Bahron bahwa ‘pasti tidak akan menyentuhnya’.

Karena mereka berdua sudah basah kehujanan, Bahron menyuruh Ardian untuk mandi duluan.

Saat itu Ardian masih merasa gelisah, tergesa-gesa mandi, lalu memakai baju, langsung tidur di atas ranjang kamar tidur.

Bahron malah sangat lama berada di dalam toilet, setelah dia selesai mandi, keluar dan mematikan lampu, lalu berbaring di samping Ardian .

Awalnya, mereka berdua masing-masing tidur satu sisi ranjang, tapi perlahan-lahan dia mendekat, memeluknya dari belakang.

Kemudian, dia menemukan ternyata tubuhnya masih basah kuyup.

“Kenapa kamu mengenakan pakaian basah untuk tidur, apakah tidak takut masuk angin!” Bahron bergumam menjawabnya.

“Tidak membawa pakaian ganti ke sini.” Ardian bergumam menjawabnya.

“Kamu berbaring di bawah selimut, juga tidak perlu jalan kemana-mana, untuk apa masih mengenakan pakaian. Cepat buka saja, aku bantu kamu menjemurnya di balkon.” Bahron selesai bicara, tapi Ardian tetap tidak bergerak.

"Bagaimana kalau kamu sampai sakit, besok kita juga tidak perlu pulang lagi." Bahron berkata lagi, menggerakkan tangan membuka selimut yang menutupi tubuhnya, "Kamu buka sendiri, atau aku yang bantu kamu buka?"

Ardian merasa tidak berdaya, membuka pakaian basahnya dengan dibungkus selimut lalu memberikan baju padanya. Kemudian, lanjut meringkuk di atas ranjang.

Bahron dengan teliti mencuci pakaiannya, setelah itu menjemurnya di balkon.

Ketika dia kembali ke kamar, lampu sudah dimatikan, dalam kegelapan, hanya bisa melihat tubuh yang mungil meringkuk jadi bulat dan membelakanginya.

Di dalam kamar memang ada dua selimut, tapi dia malah mau berdesakkan dalam satu selimut dengannya. Alasannya sangat masuk akal: "Kamu baru saja kehujanan, aku takut kamu kedinginan."

Dua orang berpelukan bersama tanpa ditutupi apa-apa, memang sudah tidak dingin, bahkan terus berkeringat karena kepanasan, detak jantung tambah cepat, nafas juga mulai terengah-engah.

Bahron tidak bisa menahan diri lalu menundukkan kepala menciumnya, Ardian hanya agak menolaknya sebentar saja.

Setelah mereka berdua pacaran, sudah seringkali berciuman. Saat ini Ardian masih percaya kalau Bahron tidak akan menyentuhnya.

Tapi jelas sekali ciumannya lebih lama dan bergairah dari sebelumnya, ciumannya membuat Ardian sedikit melayang, bahkan tidak menyadari kapan dia menekannya di bawah badannya. Hingga tubuhnya merasakan rasa sakit yang jelas, tiba-tiba dia baru tersadar dan tahu kalau telah terjadi hal yang tidak seharusnya terjadi.

"Bahron , kamu pembohong....." Dia menangis sambil mendorongnya, memukulnya, menggigitnya, tapi jelas sekali sudah tidak berguna.

"Maaf, Ardian, Maaf, aku sungguh tidak bisa mengendalikan diri....." Bahron sambil membujuknya, sambil melanjutkan gerakannya.

Setelah masalah ini, Ardian marah lama sekali, Bahron juga membujuk hingga lama sekali.

Tapi diantara wanita dan pria, begitu menghilangkan penghalang, banyak hal yang sudah berubah jadi tidak sama lagi.

Bahron sangat memanjakan Ardian Sunarya, memanjakannya hingga sangat keterlaluan, walau dia menginginkan bintang di atas langit, Bahron juga akan menaiki tangga untuk memetikkan bintang untuknya.

Mengenai hal diantara wanita dan pria itu, dengan adanya pertama kali, pasti akan ada kedua kalinya, ketiga kalinya, dan kesekian kalinya. Pada saat itu dalam benak Bahron hanya memikirkan, tunggu setelah dia lulus akan segera menikahinya.

……

"Waktu kami bersama itu, merupakan waktu paling membahagiakan yang pernah aku miliki seumur hidup ini." Ardian perlahan mengatakannya.

"Langit masih belum terang dia sudah bangun, menaiki mobil umum selama dua jam lebih, hanya demi membelikan segelas susu kacang kedelai yang aku sukai. Dia memasukkan susu kedelai ke dalam termos militernya, menggunakan handuk untuk membungkusnya, lalu diletakkan dalam dekapannya, ketika susu kedelai tiba masih terasa panas.

Ada sekali aku pergi ke Harbin untuk magang, dia secara khusus datang untuk melihatku. Pada waktu itu tugas magang kami sangat padat, tidak boleh minta izin. Dia akan berdiri dan menunggu di depan pintu tempat magang selama dua jam lebih. Pada saat itu suhu di Harbin minus 30, dia kedinginan hingga bibir juga membiru, ketika melihatku masih tetap tersenyum.

Suara Ardian mendadak jadi penuh isakan, semua kenangan itu, mungkin terlalu indah, saking indahnya membuat orang merasa ingin menangis.

Rudy mengulurkan tangan, menggenggam telapak tangannya yang dingin, menghiburnya dengan senyuman, "Ketika dia melakukan semua ini, bukan ingin membuatmu merasa terharu, harusnya dia sendiri juga sangat menyukainya."

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu