Suami Misterius - Bab 477 Cukup Malang

Clara mengabaikan Wini. Ketika melihat Wulan, senyuman langsung menghiasi wajahnya. "Bibi Wulan."

“Nona dan menantu sudah datang ya, aku memasak sup bebek dan ginseng favoritmu.” Wulan meraih tangan Clara dengan tersenyum riang, keduanya memasuki vila sambil bercanda tawa.

Namun, begitu keduanya memasuki vila, terdengar suara tangisan secara samar-samar.

Clara mengernyit tanpa sadar, menoleh ke Wulan dengan tatapan penasaran.

Wulan menghela nafas dan berkata tanpa daya, "Pagi tadi, Nona Ester pulang, dia dipukul hingga hidung memar dan wajah bengkak, sekarang lagi memeluk nenek sambil menangis.”

Clara mengangguk-angguk, sekelompok orang berjalan ke ruang tamu.

Di ruang tamu, nenek Santoso dan Ester sedang duduk di salah satu sisi sofa, di sisi lain terduduk Elaine dan pasangan suami istri Liu.

Yunita tidak pulang dengan alasan sibuk bekerja, dia baru saja melahirkan, agaknya masih dalam masa pemulihan.

Clara dan Rudy memasuki ruang tamu, Andika menyambut mereka dengan antusias. Selanjutnya, Yanto membawa kedua menantunya ke ruang belajar di lantai atas.

Baru duduk di sofa ruang tamu, nenek Santoso mulai memojokkan Clara.

"Nyonya Sutedja berstatus tinggi, biasanya tidak pernah mau pulang ke rumah, sama sekali tidak peduli dengan urusan rumah.”

Mendengar itu, Clara agak mengangkat kelopak matanya, dia sudah terbiasa dengan sindiran nenek Santoso.

“Kak sepupu, ada apa dengan wajahmu?” Clara seolah-olah baru menemukannya, berekspresi kaget.

nenek Santoso seketika terdiam, memeluk Ester sambil ikutan menangis. Clara merasa kesal dengan kebisingan itu.

Ulang tahun Yanto, pasangan cucu dan nenek menangis tanpa henti, benar-benar tidak pantang.

"Tante, Ester, kalian jangan menangis lagi. Menangis tidak akan menyelesaikan masalah, bukan?" Kata Wini untuk menenangkan mereka.

nenek Santoso akhirnya diam, memeluk Ester. Melihat hidung memar dan wajah bengkak, hatinya sangat iba.

Terdapat keheningan singkat di ruang tamu. Setelah nenek Santoso dan Wini saling bertatapan, Wini berkata kepada Clara dengan diiringi senyuman: "Clara, kita semua adalah keluarga, sepupumu ditindas sampai segitunya, kamu tidak boleh biarkan begitu saja."

Clara mengangguk, melihat penampilan Ester yang menyedihkan, berkata, "Sepupu memang malang."

“Si Vito benar-benar keterlaluan, Clara, kamu harus membalas dendam untuk sepupumu!” Kata nenek Santoso dengan penuh emosi.

"Apa yang Nenek ingin kulakukan untuk sepupu? Mencari beberapa orang untuk menghajar Vito? Melukai orang secara disengaja adalah tindakan ilegal. Apalagi kalau Vino dipukul hingga cacat atau bahkan mati, nantinya aku harus bertanggung jawab secara hukum."

"Ini..." nenek Santoso tersedak dan tidak bisa berkata-kata.

Wini batuk dengan canggung, berkata sambil memasang senyuman palsu, "Negara kita merupakan negara hukum, bagaimana boleh bertindak sewenang-wenangnya. Maksud nenek adalah meminta Tuan keempat Sutedja untuk menekan keluarganya Vito."

Mendengar itu, dalam hati Clara tidak tahan untuk menyeringai. nenek Santoso benar-benar punya ide bagus, apakah dia menganggap Rudy sebagai pistol di pegangan yang bisa dipergunakan sesuka hati.

Meskipun Clara tidak tahu banyak tentang bisnis, tapi dia tahu bahwa jika ingin menekan ekonomi pihak lain, diri sendiri juga akan terkena dampak yang besar. Mengapa Rudy harus berkorban untuk Ester?

“Aku akan menyampaikan masalah ini pada Rudy.” Clara berlagak penuh hormat. Lagian, dia hanya berjanji untuk menyampaikannya, dia tidak menjamin apakah Rudy akan membulatkan permintaan mereka.

Karena Clara berkata demikian, nenek Sutedja dan Wini pun tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, jadi mereka pun mengobrol santai tentang kehidupan sehari-hari mereka.

"Clara, kenapa kamu tidak membawa anakmu kemari? Kami bahkan sudah menyiapkan amplop merah untuknya." Wini mengalihkan topik.

Sikap Clara tetap berada di tengah-tengah ramah dan cuek. Dulu, anaknya dipandang sebagai anak haram oleh keluarga Santoso, mereka sama sekali tidak menyukainya. Setelah tahu bahwa itu adalah putra kandung Rudy, tidakkah agak terlambat untuk mengambil hatinya sekarang.

"Anak masih kecil, suka ribut. Tidak baik jika menganggu nenek."

"nenek paling menyukai keramaian. Jika ada kesempatan, bawalah anakmu kemari, biar kami bersenang-senang." kata Wini sambil tersenyum manis.

Apa pun yang dikatakannya, Clara hanya mengangguk dan sekadar meresponsnya. Apakah ia menuruti kata-kata mereka atau tidak, itu adalah masalah lain.

nenek Santoso dan Clara tidak memiliki topik pembicaraan, dia mulai mengkritik Elaine.

“Anak Clara bahkan sudah bisa berlarian, kenapa perutmu ini masih tidak memberikan kabar baik. Kamu sudah menikah cukup lama, jika masih saja belum hamil, pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Jangan ditunda-tunda."

Kata-kata nenek Santoso membuat wajah Elaine memerah.

Setelah menikah, dia belum hamil, Nyonya Liu sering mendesaknya. Sekarang, Nyonya Liu tidak lagi memperlakukannya dengan baik.

Elaine tidak jarang pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Hasil yang diberikan oleh dokter adalah karena dia menderita dua kali keguguran, dinding rahim menipis sehingga mempengaruhi konsepsi.

Pada saat ini, kata-kata nenek Santoso sama saja dengan menyodok bekas luka Elaine.

Tapi Elaine tidak mau kalah dalam berdebat, dia memelototi Ester, berkata: "Aku tidak terburu-buru. Cedera sepupu Ester yang harus segera pergi ke rumah sakit untuk berobat, jika meninggalkan bekas luka, akan sulit untuk mendapatkan pria."

Ester cemberut sejak awal, dibilang demikian olehnya, air mata berlinangan lagi.

nenek Santoso mengertakkan giginya dengan emosi, "Masalah Ester tidak perlu dikhawatirkanmu."

"Cukup bagi sepupu Ester untuk memiliki nenek yang mengkhawatirkannya, memang belum giliran kami untuk mengkhawatirkannya. Tapi nenek, usia Anda juga sudah tidak muda, Anda hanya perlu mengkhawatirkan masalah Ester, mengatur terlalu banyak akan melelahkan Anda sendiri. "Elaine berkata lagi.

nenek Santoso terdiam, hanya bisa menatapnya dengan tajam.

Clara duduk di samping dan menyaksikan perdebatan mereka, berpikir: Selama setahun berada di Keluarga Liu, kemampuan Elaine dalam berdebat mengalami kemajuan.

Beberapa saat setelah perdebatan yang bising di ruang tamu, Yanto berjalan turun dengan Rudy dan Andika.

Clara melirik mereka, tidak ada satu pun dari wajah ketiga orang itu yang mengekspresikan kegembiraan maupun ketidaksenangan.

"Hidangan sudah disajikan. Ayo pergi ke ruang makan." Wini berjalan ke sisi Yanto dan menggandeng lengannya dengan intim.

Yanto mengangguk-angguk, membawa Wini memasuki ruang makan terlebih dahulu.

Clara berjalan di belakang mereka, menatap punggung belakang keduanya, bibir memasang senyum penuh sindiran.

Yanto mempergundik Wini di rumah secara terang-terangan, benar-benar melupakan cara menulis kata malu.

Perjamuan berlangsung dengan cukup harmonis, Yanto dengan santai bertanya tentang masalah Yunita dan Nalan Qi. Dia belum tahu bahwa Yunita dan Nalan Qi saling berselisih, sehingga dia masih menganggap Nalan Qi sebagai menantu kaya Keluarga Santoso.

Elaine sekadar melewatkan topik itu dengan ekspresi kaku, lalu mengalihkan topik.

Seusai makan, Clara dan Rudy pulang lebih awal.

Rudy mengemudi mobil, mengantar Clara pulang ke vila di Jalan Gatot Subroto.

Mobil itu melaju pelan di jalan raya, Clara dengan santai membahas tentang keluarga Santoso.

"Yanto pastinya memiliki tujuan tertentu untuk memanggilmu ke ruang kerjanya, apakah dia mengajukan permintaan yang tidak masuk akal?"

“Dia memintaku membantunya mendapatkan posisi wakil walikota eksekutif, tetapi kata-katanya lebih halus,” jawab Rudy.

Tangan Clara menopang dahi, merasa tak berdaya. "Terus, apa katamu?"

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu