Suami Misterius - Bab 182 Sampai Berjumpa Nanti

Clara menggeserkan selimutnya dan duduk dari tempat tidur, dengan satu tangan memegang telepon, satu tangannya lagi mengelus dagunya dengan wajah yang memerah.

Pria ini menelpon pada larut malam hanya untuk berbicara tentang kata-kata masrah seperti ini? Bagus, sudah mengalami perkembangan. Clara mengira Rudy akan terus bersikap masrah secara diam .

"Aku ingin bertemu dengan kamu" Rudy berkata lagi

Clara : "............"

Mengajak untuk bertemu pada larut malam, permintaaan ini agak kelewatan.

"Bagaimana kalau tidak bisa bertemu?"

Rudy mengangkat kepalanya dan menatap ke lampu jalan yang bercahaya, sudut bibirnya terangkat dengan hagnat dan cantik, "Aku akan mengirim alamat kepadamu, aku akan menunggu di sini. Clara, sampai

jumpa nanti"

Setelah berkata, Rudy pun langsung mematikan telpon.

Clara menggeserkan ponselnya dari telpon dan menyadari ada satu pesan teks baru yang dikirim oleh Rudy.

"Pria ini tetap bersikap begitu keras kepala" Clara menghela sebuah nafas panjang, benar-benar ingin membiarkan dia di tengah jalan saja.

Sementara tangan Clara sepertinya memiliki kesadaran sendiri, dia sudah menggeserkan selimut dan turun dari tempat tidur.

Clara mengambil jaket dan bergegas mengemudi ke alamat yang Rudy berada.

Clara menghentikan mobilnya di tepi jalan, Rudy sedang membelakangi lampu jalan dan merokok di atas tangga, bayangan tubuhnya yang terlihat kesepian membuat Clara teringat dengan anak yang tidak memiliki rumah untuk pulang.

Setelah memarkir mobil, Clara pun turun dari mobil dan menghampiri Rudy. Hal pertama yang dia lakukan adalah mengambil rokok di tangan Rudy yang masih sisa setengah dan melemparnya ke lantai kemudian menginjaknya dengan sepatu hak tinggi.

"Buat apa merokok? Apakah kamu bisa berhnti merokok?" Clara melirik Rudy dengan wajah tidak senang.

Setelah mendengar kata-kata Clara, Rudy hanya diam saja dan tidak berbicara. Clara menatap ke mata Rudy dan menyadari Rudy sedang menatap kepadanya dengan dalam.

Cahaya lampu berwarna oren kuning yang bersinar dari atas kepala Rudy membuat alat inderanya terlihat semakin tajam dan dalam, matanya sangat jernih dan bersih, bentuk tubuhnya sangat tinggi dan gagah, hanya dengan mengulurkan tangannya, Rudy sudah bisa memeluk Clara dengan mudah.

Rudy menundukkan kepalanya dan menatap ke mata Clara dengan sudut bibir terangkat yang sangat mempesona, "Kalau mau aku berhenti merokok boleh, menikah dengan aku, aku hanya mendengar kata-kata istriku"

Tubuh yang saling menempel membuat wajah Clara memerah, dia mengangkat kakinya dan menginjak kaki Rudy dengan kuat, "Mimpi saja"

Clara mengulurkan tangannya untuk mendorong Rudy untuk mempertahankan jarak yang aman dengannya, "Kamu menggila apa di larut malam ini? Ayo naik ke dalam mobil, aku mengantar kamu pulang"

Rudy bersikap sangat menurut, dia masuk ke dalam mobil dan duduk di tempat penumpang, setelah memakai sabuk pengaman, dia pun bertanya dengan senyum ringan, "Tidak mau mengikuti aku pulang?"

"Malam ini aku mau tinggal di rumah Santoso, besok baru temani kamu" Setelah berkata dengan nada suara yang seperti sedang menghibur anak, Clara menggerakan alat nyetir dengan satu tangan, kemudian satu tangannya lagi mengelus wajah Rudy.

Mobil Clara bergerak di sepanjang jalan, suasana di dalam mobil kecil sangat sunyi, suara yang bisa didengar hanya lagu terkenal yang berjudul <>

Rudy adalah orang yang memiliki kesabaran yang sangat tinggi, dia tidak pernah mengalami hal seperti sekarang, merasa 'menunggu' bisa membuat dia merasa kesusahan sampai begitu.

Rudy berpikir, mungkin kata-kata Ardian benar. Sudah saatnya menikah dan memiliki seorang istri yang mengertinya.

Keluarga Sutedja mengalami banyak pernikahan yang gagal, tetapi hal itu tidak berarti pernikahan Rudy juga akan gagal.

Rudy diam-diam menatap ke wajah Clara dari samping, kulit wajah Clara sangat putih dan bersih. Bulu matanya sangat lebat dan panjang, bahkan ketika Clara mengedipkan matanya, bulu matanya terlihat seperti kupu-kupu yang sedang menggerakan sayapnya. Karena sedang mengemudi, ekspresi Clara sangat serius dan fokus.

Tanpa sadar, Rudy mengulurkan tangannya dan memegang lengan Clara dengan lembut.

Clara yang sedang menyetir merasa terkejut dengan gerakan Rudy yang mendadak, sehingga dia pun menoleh kepada Rudy secara refleks.

Pupil mata Rudy tetap terlihat sangat hitam dan dalam, seperti laut yang dalam, Clara tidak bisa melihat pemikiran dan perasaan yang dialami Rudy sekarang. Meskipun begitu, Clara tetap jatuh cinta kepada tatapan itu tanpa bisa mengontrol diri.

"Mengemudi dengan baik, perhatikan kondisi jalan. Kalau ingin melihat aku, tunggu pulang rumah baru melihat saja" Rudy mengingatkan Clara sambil tertawa.

Kata-kata Rudy membuat wajah Clara memerah lagi, kulitnya yang putih terlihat seperti diwarnai oleh bedak merah yang cantik.

Clara mendorong tangan Rudy dengan frustrasi dan berkata, "Rudy Sutedja, kalau kamu menganggu aku lagi, aku akan melempar kamu ke jalan"

Rudy tertawa dan menoleh ke luar jendela, pemandangan pada saat ini sangat cantik.

Mobil Clara berhenti di bawah apartemen Gatot Subroto.

"Turun" Clara berkata.

Rudy malah tidak bergerak dan terus duduk di tempat penumpang.

"Jangan-jangan kamu ingin aku mengantar kamu ke atas?" Clara berkata lagi.

Sudut bibir Rudy terangkat dengan ringan, kemudian dia menunjuk ke pipi kirinya.

Pria ini sedang meminta ciuman kepada Clara.

Kali ini, Clara yang tidak bergerak. Tadi Rudy barusan mengejeknya, Clara tentu saja tidak mau menciumnya.

Melihat Clara tidak bergerak, Rudy pun membuka pintu mobil dan turun dari mobil.

Dia mau pergi begitu saja? Jangan-jangan dia marah? Pria ini benar-benar sangat pelit. Pada saat Clara sedang memikirkan tentang hal itu, Rudy berjalan mengelilingi mobil ke arah tempat pengemudi, kemudian dia membuka pintu tempat pengemudi dan menarik Clara turun.

Clara yang ditarik ke pelukan sudah merasakan ciuman yang hangat di bibirnya pada saat dia belum sempat bereaksi apa yang terjadi.

Ciuman yang terlalu mendadak ini membuat Clara hanya menatap ke Rudy dengan mata membesar yang polos.

Tatapan Clara terlalu jernih dan bersih, Rudy mengangkat tangannya yang cantik dan menutupi mata Clara sebelum mendalami ciumannya.

Napas satu sama lain yang bergabung bersama, bau alkohol ringan yang memancar dari tubuh Rudy tidak membuat orang merasa sulit bernafas, malahan membuat orang merasa sedikit mabuk dan terpesona.

Ciuman yang mencakupi sedikit percobaan ini pun berakhir dengan cepat.

Rudy menggeserkan tangannya dan menatap ke mata Clara yang jernih itu, sebuah cahaya neon kecil terpantul di mata Clara dan hal ini membuat Clara terlihat semakin cantik.

Rudy yang tidak bisa menahan pun menundukkan kepalanya untuk menciumnya lagi, ciuman kali ini tidak terasa ringan seperti tadi, jauh lebih kasar dan memberikan perasaan tidak akan berhenti kalau tidak mati.

Clara yang merasa tubuhnya menjadi lemas pun mundur ke belakang secara refleks, bagian belakang Clara menempel ke pintu mobil yang dingin, sementara dada Rudy yang hangat menempel di depan tubuhnya.

Perasaan dingin dan hangat ini membuat Clara terasa seperti berada di antara api dan lautan yang dalam, terasa sakit tetapi bahagia.

Setelah ciuman itu berakhir, Clara menyandar di dada Rudy dengan lemas, merasakan gerak naik turun dadanya yang sesak, bahkan Clara bisa mendengar detak jatung Rudy yang lancar dan kuat, kuat sampai membuat orang merasa tenang.

Setelah pernapasan mereka kembali ke normal, Clara baru mengangkat kepalanya dan melirik kepada Rudy dengan wajah tidak senang, "Bau alkoholmu sangat berat, kamu masih berani berkata hanya terkontaminasi? Kamu tidak minum alkohol?"

Rudy tertawa dan menundukkan kepalanya untuk mencium sudut bibir Clara lagi, "Kamu itu shio anjing ya? Kalau tidak kenapa hidungmu begitu peka?"

"Iya. Rudy Sutedja, apakah kamu tidak mau menjelaskan bau parfum di tubuhmu itu datang dari mana?" Clara bertanya.

Rudy mengelus pipi Clara yang lembut dan mengangkat sudut bibirnya dengan mempesona, "Iya, priamu terlalu laris, ada orang yang ingin menggoda aku, tetapi aku sudah menolaknya"

"Iya" Clara mengangguk dengan wajah yang masih bisa dibilang puas, "Bersikap jujur, kalau tidak aku akan menyapu kamu keluar"

"Iya, aku tahu, aku akan mendengar kata-katamu" Rudy berkata dengan nada suara yang penuh kasih sayang sebelum memegang tangan Clara dan menciumnya.

"Aku harus pulang dulu, aku tidak boleh keluar terlalu lama" Clara berkata

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu