Suami Misterius - Bab 436 Hati-hati Ginjal Rusak

Setelah tiba di studio dan bertemu dengan sutradara, Clara hanya bisa menarik kembali perhatiannya, berkonsentrasi pada pekerjaan, juga tidak ada waktu baginya untuk terus memikirkan masalah lain.

Iklan yang diterima Luna untuknya, awalnya dipegang oleh gadis lain.

Karena gadis itu mendadak ada masalah, ditambah kemajuan pembuatan film ini relatif ketat, sehingga iklan ini diberikan pada Clara.

Baik citra maupun popularitas, Clara sebanding dengan gadis itu, belum lagi bahwa dia juga memiliki jadwal dalam waktu dekat ini.

Luna cukup lihai, membantu Clara meminta harga yang bagus.

Iklan kali ini adalah iklan permen karet yang terkenal, sutradara Wang juga cukup terkenal dalam lingkaran ini, banyak iklan pemenang penghargaan disutradainya, gaya perfilmannya mengutamakan estetika.

Latar belakang dari iklan plot mikro ini adalah di stasiun. Garis besar plotnya yaitu: seorang anak laki-laki dan seorang gadis kecil, anak laki-laki akan bersekolah di luar negeri, dia menyisipkan permen karet ini ke telapak tangan gadis kecil, kemudian naik ke mobil dengan enggan. Gadis kecil memegang erat permen karet itu, berlari dalam hujan untuk mengejar bus.

Ini adalah adegan pertama, katanya sudah selesai syuting, tidak ada hubungannya dengan Clara.

Adegan yang melibatkan Clara adalah adegan kedua: Anak laki-laki dan gadis kecil telah tumbuh besar, pria akan bekerja di luar negeri, di stasiun yang sama dan hari hujan yang sama, keduanya berdiri di bawah panggung, pria tersenyum sambil menyodorkan permen karet kepada gadis itu, gadis itu membuka bungkusan permen dan memasukkannya ke dalam mulut, mengunyah sambil menangis.

Kemudian, pria itu masuk ke mobil dan pergi, gadis itu berdiri di tengah hujan, menyaksikan mobil yang menjauh. Pria itu melambai padanya dan berkata kepadanya, "Aku akan kembali."

Clara memerankan gadis yang telah tumbuh besar dalam drama itu. Pria adalah murid dari sebuah sekolah perfilman. Dia terlihat seumuran dengan Clara. Dia tidak begitu terkenal, tetapi sangat tampan.

Pembuatan film iklan umumnya tidak terlalu sulit, Clara bahkan tidak memiliki sebaris dialog pun, jadi syutingnya berjalan dengan sangat lancar.

Hanya saja, sekarang baru saja memasuki musim semi, Clara basah kuyup karena ditimpa hujan buatan, perasaan itu benar-benar tidak nyaman.

Setelah perfilman, Clara membungkus diri dengan mantel , tidak henti bergetar diikuti beberapa kali bersin secara berturut-turut. Dia berpikir dalam hati: Jangan sampai sakit, rasa sakit sangatlah tidak enak.

……

Sementara di sisi lain, setelah menghadiri pertemuan bisnis, Rudy menongkrong di bar bersama Raymond dan Aldio.

Aldio tidak pernah terpisahkan dari wanita, kali ini wanita di sisinya berganti lagi, wanita barunya terlihat muda, tampaknya baru berusia dua puluhan tahun, seluruh wajah terlihat begitu lembut.

Aldio memeluknya dan terus menggodanya. Keduanya tertawa tanpa ampun, begitu berisik hingga Rudy merasa sakit kepala.

Raymond pintar mengamati keadaan. Sebelum Rudy emosi, dia terlebih dulu mengatakan, "Aldio, tidak pernahkah kamu mendengar bahwa memamerkan cinta akan cepat mati."

Aldio sedang bersenang-senang dengan gadis cantik di dalam pelukan, begitu disindir oleh Raymond, dia seketika tidak memiliki niat bermain lagi, meminta gadis itu meninggalkan tempat.

Rudy duduk sendirian di sudut sofa, mengguncangkan gelas berkaki tinggi dengan acuh tak acuh, bola mata bak tinta tampak mendalam, membuat orang tak bisa menebak isi pikirannya.

Sedangkan Aldio menghampirinya dengan pegangan gelas anggur di tangan, berkata sambil tersenyum, "Sepertinya hari ini bos tidak begitu senang."

Rudy memelototinya dengan dingin, tidak bicara.

Raymond membantunya menjawab Aldio, "Istrinya mengambek lagi."

Setelah mendengar ini, Aldio mengangkat-angkat bahu, tampak sudah terbiasa dengan hal semacam ini, "Makhluk seperti wanita dilahirkan dengan temperamen, dalam sepuluh hari, delapan hari dilalui mereka dengan mengambek, kamu hanya perlu membujuknya."

Mendengar itu, Raymond memandang sekilas wajah tampan Rudy yang diliputi kedingingan, terkikik-kikik, "Kamu bukannya tidak tahu bahwa membujuk wanita adalah kelemahan bos kita."

"Jika tidak bisa dibujuk di bawah ranjang, bujuk di atas ranjang. Bukannya pada mengatakan: suami dan istri yang bertengkar, bertengkar di bawah tempat tidur, berdamai di atas tempat tidur. Bagaimana cara berdamai? Tentu saja menyatukan pria dan wanita."

Aldio berkata dengan mesra, "Tubuh bos kita begitu bagus, tidak mungkin tidak bisa menaklukkan seorang wanita kecil."

Setelah Aldio selesai bicara, dia memerintahkan pelayan untuk membawakan beberapa gelas alkohol. Gelas-gelas transparan berisikan berbagai warna cairan yang tampak berkilau di bawah pancaran cahaya, sangat menggoda.

Rudy melotot dengan dingin, meski dia jarang menyentuh barang-barang ini, tidak berarti dia tidak memiliki pengetahuan tentang barang-barang ini. Sebagian besar alkohol ini memiliki fungsi afrodisiak, Aldio selalu minum sedikit setiap kali bermain dengan wanita.

Rudy meletakkan gelas berkaki tinggi, berdiri dan mengambil jas, lalu melangkahkan kaki panjangnya berjalan meninggalkan kamar VIP.

“Apakah kamu tidak mau minum?” Tanya Aldio dengan nada tinggi.

"Tidak." jawab Rudy dengan dingin, "Kamu juga jangan terlalu sering sentuh, hati-hati ginjalmu rusak."

Pintu ruang VIP terbuka dan tertutup kembali, meninggalkan Aldio yang berekspresi bingung, sedangkan Raymond mencibir.

Rudy meninggalkan bar dan pulang ke vila.

Pada saat dia kembali ke rumah, Clara sudah pulang, ada sepasang sepatu hak tinggi merah di pintu masuk.

Rudy mengganti sepatu dan memasuki rumah. Setelah mandi di kamar mandi lantai pertama, barulah dia kembali ke kamar.

Di ranjang besar kamar tidur, Clara sedang tidur dengan kepala tertutup, tidak bermaksud bangun walau mendengar suara langkah kaki.

Rudy duduk di samping ranjang, terbiasa merapikan sudut selimutnya, kemudian mengulurkan tangan untuk membelai kepalanya.

Telapak tangannya menyentuh dahi Clara secara tidak sengaja, dia terkejut, dahi yang tersentuh telapak tangannya bersuhu sangat panas.

“Clara, bangun Clara.” Rudy mengerutkan kening dengan ketat, mengulurkan tangan untuk meraih Clara ke pelukannya.

Clara sepertinya merasa jengkel karena terganggu, sepasang alis indah mengerut, berkata dengan tidak sabar, "Awas, jangan berisik."

Namun, suaranya terdengar sangat serak dan lemah.

“Clara, kamu demam, ayo, bangun dan berpakaian, kita pergi ke rumah sakit.” Rudy mencoba untuk mengangkatnya, tetapi Clara meronta dan mendorong Rudy menjauh.

"Tidak mau, jangan ganggu aku, aku mau tidur… ..." Clara memeluk bantal dengan tangan dan kaki, wajah diselimuti kemarahan.

Dengan enggan, Rudy mengangkatnya dengan paksa dari tempat tidur, berencana untuk mengenakan pakaiannya dan membawanya ke rumah sakit. Akibatnya, Clara menangis dan menjerit, Rudy tidak bisa mengapakannya, hanya bisa memeluknya sambil membujuknya dengan lembut.

“Clara, sayang, aku yang bersalah, jangan marah lagi, oke?” Rudy membujuknya untuk waktu yang lama, barulah Clara tenang dalam pelukannya. Kemudian Clara tertidur lagi. Bagaimanapun tidak bisa dibangunkan, tubuh masih panas.

Rudy membaringkannya kembali ke tempat tidur dengan ringan, lalu menelepon untuk mendatangkan dokter pribadi.

Clara mengalami demam tinggi 39 derajat, tetapi itu bukan masalah besar, dokter meresepkan obat dan menyuruh Rudy untuk mengamatinya dengan seksama. Jika tidak ada tanda-tanda membaik dalam dua jam setelah minum obat, atau jika demam kambuh kembali setelah reda, maka harus dibawa ke rumah sakit untuk tes darah.

Setelah dokter pergi, Rudy menghabiskan banyak tenaga untuk menyuapkan obat pada Clara, kemudian duduk di tempat tidur untuk merawatnya.

Demam Clara menurun dengan cepat, kurang dari satu jam setelah minum obat, dahinya sudah tidak begitu panas.

Tapi Rudy tidak berani melonggarkan pengawasannya, dia menjaga Clara sepanjang malam di samping tempat tidur. Sampai pada pagi berikutnya, demam Clara tidak kambuh lagi, barulah dia merasa lega.

Namun, Clara baru saja sembuh dari demam tinggi, wajah kecil tampak pucat, putih hampir transparan.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu