Suami Misterius - Bab 363 Sudah Punya Keluarga Sendiri

Rudy menutup laptopnya, lalu menoleh kearahnya.

Clara mengangkat dagunya, lalu tersenyum sambil menatapnya dengan wajah terpesona, kemudian memanggilnya dengan wajah yang memuja, “Paman tentara, kamu tampan sekali.”

Setelah Rudy mendengarnya, ia hanya tertawa dengan tidak berdaya dan datar, “Sudah, tidak perlu memujaku seperti itu. Nyonya Sutedja, kamu masih bisa melihatku seumur hidupku, tidak perlu begitu tergesa-gesa.”

“Geer, siapa yang menjadi Nyonya Sutedjamu.” Clara berkata dengan wajah merah.

Rudy mengangkat tangan kanannya, lalu mengecup cincin pernikahan yang ia kenakan di jari manisnya, “Nyonya Sutedja, kamu sudah menerima cincin pertunanganku, aku sudah memeriksa, haru kamis ini hari yang bagus, kita bisa mengurus surat nikah dihari itu.”

“Aku tidak masalah, tapi kartu keluargaku belum kudapatkan, aku masih butuh tuan muda Rudy yang turun tangan langsung.” Clara memegang wajahnya sambil tersenyum, lalu menambahkan, “Kapan kamu mendapatkan kartu keluarga, maka kita bisa mengurus surat nikah saat itu juga. Toh kamu yang mau menikahiku, aku tidak buru-buru.”

“Kamu memang pintar, masalah yang susah semua lemparkan padaku.” Rudy menggunakan jarinya untuk menyentil keningnya sebagai hukuman.

“Sakit.” Clara mengelus keningnya dengan manja.

Rudy menurunkan tangannya, lalu mengecup keningnya. Lalu menggandeng tangannya sambil berkata : “Aku rasa, ayahmu tetap memegang kartu keluarga itu, tujuannya adalah untuk menekanku membantunya mendapatkan posisi Sektretaris partai dalam pemilu kali ini.”

“Ambisinya sangat besar, posisi Sekretaris partai tidak akan cukup untuk memuaskannya. Mungkin berikutnya ia akan memintamu untuk membuatnya menduduki posisi Ketua.” Clara berkata dengan sinis.

“Kamu sungguh terlalu memandang hebat diriku. Posisi sekretaris partai bukan posisi yang bisa aku atur semauku. Kuberitahu padamu dengan jujur, posisi ini sudah pasti akan didapatkan oleh Kakak ketigaku.” Rudy berkata padanya.

“Kakak ketigamu?” Clara menatapnya dengan wajah bingung.

Tokoh hebat dari mana lagi dia.

“Keluarga paman keduaku ada dua orang putra, urutannya diantara aku dan Revaldo. Pernah dengar Changxin Tech ?”

“Itu merupakan perusahaan komunikasi pertama di Negara, bagaimana mungkin tidak pernah mendengarnya.” Clara menjawab.

“Kakak keduaku adalah presdir Changxin Grup. Mengenai Tuan muda ketiga Sutedja merupakan sekretaris partai Kota D yang sekarang, setelah masa jabatannya kali ini berakhir, dia akan menjadi sekretaris partai Kota A. Kota D adalah kota tingkat dua, sementara Kota A merupakan calon kota tingkat satu, bisa dibilang ada peningkatan.”

Setelah Clara mendengarnya, ia berdecak kagum, “orang di Keluarga Sutedja kalian sungguh hebat.”

“Meskipun Arima mewarisi Sutedja Group, namun perusahaan gagal total ditangannya dan Revaldo. Kedua putra paman keduaku saling mendukung, sehingga bisa mendapatkan harta yang cukup banyak.” Rudy merasa cukup bersyukur.

Clara mengangguk, benunjukkan setuju, “Orang dulu mengatakan ‘keluarga yang rukun akan memberikan kelancaran’ rasanya tidak salah sama sekali.”

“Clara, kita juga akan segera memiliki keluarga sendiri.” Rudy berkata.

“Oh, kalau begitu kita harus menjelaskan pada Wilson tentang hubungan saudara kandung yang baik mulai sekarang.” Clara berkata dengan serius.

“Saudara kandung?” Rudy mengangkat alisnya dan tersenyum, “Kapan kamu berencana memberikan adik laki-laki untuk Wilson?”

“Adik perempuan saja, pas satu pasang.” Clara berkata dengan wajah memerah.

Rudy tersenyum sambil menatapnya, dan tatapan itu semakin lama semakin panas, Clara langsung paham, segera menggunakan tangannya dan menahan tubuhnya yang mendekat.

“Rudy, kamu jangan salah paham ya, aku tidak bilang mau membuatnya sekarang.”

“Hm, aku tahu, didalam lemari samping ranjang ada satu kotak kondom.” Rudy berkata sambil mengangkatnya.

Satu kotak! Clara rasanya mau pingsan. Malam ini akan menjadi malam penuh siskaan dan melelahkan.

Rudy menggendong Clara, keduanya menjatuhkan diri mereka diatas ranjang yang besar, mendekat begitu intim.

Ketika Rudy melepas pakaian Clara, Clara merangkul lehernya, memanggilnya dengan suara yang begitu lembut : “Paman tentara.”

Seketika Rudy bagaikan disiram air dingin dari ujung kepala sampai ujung kaki, membuat api yang membara ditubuhnya padam sampai tidak tersisa sedikitpun.

Bagi orang yang menjadi tentara, profesi ini sangat sacral, begitu mengenakan baju tentara, kewajiban mereka adalah melindungi Negara. Sehingga Rudy sama seklai tidak bisa menerima kalau Clara memanggilnya seperti ini diatas ranjang.

Dan yang lebih gawatnya lagi, mata Clara yang begitu jernih membuatnya merasa seperti sedang melihat gadis kecil 6 tahun yang lalu.

Dia bahkan mulai meragukan dirinya sendiri, ketika dia menolong Clara waktu itu, apakah benar tidak ada perasaan pribadi.

Rudy bangun dan duduk mengenakan kemejanya disisi ranjang.

Clara merangkulnya dari belakang, tangannya yang ada di pingganggnya perlahan menjalar kebawah, “Paman Rudy, jangan-jangan tubuhmu sudah tidak kuat lagi?”

Rudy mengangkat alis, menangkap tangannya yang nakal, lalu tersenyum, “Sepertinya aku sudah memanjakanmu sampai menjadi nakal.”

Clara tertawa sambil menyandarkan kepala di bahunya. “Hari ini sudah sampai disini saja?”

“Kalau tidak?” Rudy memegang dagunya, wajah dekatnya tiba-tiba mendekat, bibir tipisnya mendekat ke pipinya, bertanya dengan penuh hasrat, “Kepengen sekali?”

“Tidak.” Clara segera menarik selimutnya dan mendorongnya.

Tingkahnya yang begitu menggemaskan, seolah menolah namun juga menggoda, membuat hati Rudy sungguh tergelitik. Namun sekarang nafsunya sudah menghilang, sehingga tidak terlalu menginginkannya.

Dia merangkulnya, lalu kembali berbaring diranjang, hanya merangkulnya dan tidur begitu saja. “Istirahatlah lebih awal.”

“Oh.” Clara menjawab singkat, merasa dia sedikit aneh.

“Ada lagi, lain kali tidak boleh memanggilku dengan sebutan ‘Paman tentara’ lagi.” Rudy menambahkan.

“Kenapa?” Clara merasa bingung.

Bibir tipis Rudy mengetat, tidak bicara, hanya berpikir dalam hati : karena akan membuatku merasa bersalah.

Namun Clara juga tidak bertanya, hanya menebak saja, mungkin karena dia sudah meninggalkan seragam itu, sehingga panggilan itu hanya akan mengingatkannya pada kemiliteran.

“Kalau kamu tidak suka, tinggal ganti saja panggilannya.”

“Baik.” Rudy membuka matanya, lalu menatapnya dengan lembut, “Biasanya dalam rumah tangga, bagaimana seorang istri memanggil suaminya?”

“Suami.” Clara menjawab dengan lancar.”

“Hm.” Rudy menjawab singkat sambil tersenyum.

Ketika Clara menyadarinya, wajahnya langsung memerah, ia memukul dada Rudy dengan lembut, lalu berbalik membelakanginya, tanpa memperdulikannya.

Terhadap sikap Clara yang kekananan ini, Rudy sudah terbiasa. Merangkulnya dari belakang, mencari posisi yang nyaman, lalu memejamkan mata dan tidur.

Tidur dengan nyenyak sepanjang malam.

Clara tidur sampai puas dan terbangung sendiri. Lalu turun ke lantai bawah untuk sarapan.

Sus Rani memasakkan sup ayam kampung untuk Clara, namun baru minum dua suap, ponselnya sudah berdering.

Dia terkejut karena yang menelepon adalah Wini yang mengajaknya bertemu di sebuah kafe dekat kediaman keluarga Santoso.

Tentu saja Clara langsung mengiyakan. Setelah mematikan telepon, ia langsung keluar setelah mengenakan jaketnya.

Apartemen Jl. Gatot Subroto tidak jauh dari villa Keluarga Santoso, ketika dia sampai di kafe itu, Wini sudah menunggu disana.

“Aku tidak menyangka kamu akan datang setelat ini, kopi yang kupesan sampai sudah dingin.” Wini menunjuk kopi yang sudah dingin dan berkata dengan wajah bersalah.

Clara hanya tersenyum tipis, ia tahu Wini sedang menyalahkannya datang terlambat.

“Aku tidak menyangka kamu akan mengajakku bertemu didekat rumah Keluarga Santoso, membawa mobil kesini cukup membuang waktu.” Dia menjelaskan.

“Apa daya, siapa suruh ayahmu dan nenekmu menganggapku seperti barang antic, sama sekali tidak mengijinkanku keluar, kali ini aku keluar dengan susah payah.” Wini mengangkat dagunya dan berkata dengan sombong.

Clara malas berputar dengannya, sehingga langsung membuka kartu Wini, “Rasanya cukup menyenangkan dianggap sebagai barang antik yang berharga, sayangnya itu tidak akan lama. Setelah usia kandungan lebih dari tiga bulan, maka obat yang kamu dapatkan dari rumah sakit tidak akan berguna lagi.”

Setelah Clara mengatakannya, wajah Wini langsung menjadi pucat. Tangannya yang memegang cangkir kopi gemetar sampai kopi tumpah di meja.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu