Suami Misterius - Bab 22 Cerita Dongeng

Rudy menggerakkan jari-jarinya untuk membalas pesan tersebut: tidak perlu mengikutiku, tunggu aku di kantor.

Kemudian, Clara melihat Rolls-Royce Phantom yang ada di belakangnya itu tiba-tiba melaju kencang dan menyalipnya dari samping. Mobil itu pun menghilang dengan cepat.

Clara memegang setir mobil dan terus mengendarainya dengan kecepatan yang stabil.

Baru saja memasuki pusat kota, ponsel Clara tiba-tiba berbunyi.

Telepon itu dari Melanie. Ia telah berjaga-jaga di depan balai kota selama beberapa hari ini untuk menunggu waktu yang tepat itu tiba.

"Clara, aku baru saja melihat ayahmu sedang bersama Ketua Li dari Departemen Keamanan Publik. Cepatlah kemari," kata Melanie dengan tergesa-gesa.

"Apa kamu yakin?" tanya Clara untuk memastikannya lagi. Kemudian, dia menutup telepon dan segera memutar mobilnya.

"Aku ada urusan penting di balai kota," kata Clara. Setelah itu, dia pun langsung menginjak rem, hingga mobil itu berhenti mendadak.

Rudy mengerutkan keningnya dan tidak berkata apa-apa.

Clara menghentikan mobilnya di depan gerbang balai kota. Dia tidak segera turun dari mobil dan juga tidak menghindar, melainkan mengambil obat tetes mata dari dalam tasnya, kemudian meneteskan ke matanya di depan Rudy.

Obat tetes mata itu mengalir keluar dari mata Clara dan tertahan di pipinya, yang membuat wajahnya terlihat sedih.

"Aku masih ada urusan, jadi tidak bisa mengantarmu. Kamu bisa membawa mobilku," kata Clara sambil melemparkan kunci mobil pada Rudy. Dia membuka pintu dan turun dari mobil. Setelah itu, Rudy pindah duduk di kursi kemudi.

Bukannya bergegas pergi, Roy malah mengambil pemantik dan rokok dari dalam sakunya.

Di sisi lain, Clara telah menghentikan sebuah mobil Audi hitam. Mobil itu berhenti dan Clara membuka pintu, lalu masuk ke dalamnya.

Dia duduk di sebelah kursi pengemudi. Di sebelahnya ada seorang pengemudi, sedangkan di belakang ada Yanto dan Ketua Li.

"Ayah, Paman Li," sapa Clara dengan suara terisak.

"Ada apa, Clara? Siapa yang mengganggumu? Beri tahu Paman. Paman akan membalaskannya untukmu," kata Ketua Li membuka percakapan.

Clara menghapus air matanya dan tidak berkata apa-apa. Wajah Yanto terlihat muram, dia lalu memerintahkan sopir untuk mengemudi. "Kalau ada masalah, bicarakan di kantorku."

Mobil itu perlahan-lahan bergerak. Clara menegakkan posisi duduknya dan memiringkan kepalanya sedikit untuk melihat keluar jendela.

Mobil Audi A4 putih itu masih berhenti di tepi jalan. Jendelanya terbuka pada satu sisi dan sebuah lengan pria tergantung di luar jendela. Dia memegang satu batang rokok di tangannya. Mereka saling bertatapan dalam waktu singkat. Tatapan Rudy sangat dalam, seperti dapat menembus hati manusia.

Clara mengikuti Yanto dan Ketua Li memasuki kantor wakil wali kota yang terletak di lantai 3 gedung balai kota.

Yanto baru saja kembali dari rapat. Dia melepas jasnya dan meletakkanya di sandaran kursi yang berada di belakang meja besar. Setelah itu, dia berbalik dan menatap Clara, lalu berkata, "Ada masalah apa lagi, sampai-sampai kamu datang mencariku untuk membereskan kekacauan yang kamu buat."

Clara menangis sedih ketika menceritakan tentang postingan tanpa nama di forum kampus dan tentang hukuman yang diterimanya dari sekolah. Dia menangis dengan begitu sedih, seperti seorang korban yang tak bersalah.

Kemampuang aktingnya tidak lebih buruk dibandingkan Rina dan Elaine. Dia dahulu hanya tidak menyukai akting saja.

Raut wajah Yanto seketika itu juga berubah muram. Clara dikabarkan memiliki anak di luar pernikahan. Hal ini jelas sangat melukai harga dirinya.

Sekalipun Rina dan Elaine sudah merencanakan ini semua, tetapi ada satu hal yang mereka lupakan. Bagaimanapun juga, Clara adalah putri dari Yanto. Skandal yang menimpa Clara ini juga melukai harga diri Yanto. Dan tentunya, Yanto tidak akan menolerir hal ini.

Terlebih, Ketua Li yang merupakan teman lamanya itu juga sedang ada di sana. Ini sangat memalukan bagi Yanto.

"Kenapa masalah seperti ini bisa terjadi di kampus. Tuan Li, kumohon bantuanmu untuk mengurus masalah ini."

"Tenanglah, serahkan masalah ini padaku. Berani-beraninya mengganggu keponakanku. Lihat saja pembalasanku nanti kalau aku sudah menangkap pelakunya," janji Ketua Li.

Ketua Li memang tidak asal bersumbar saja. Sumber daya dan efisiensi kerja dari Departemen Keamanan Publik bukan hanya kabar angin saja. Baru satu hari berlalu, Samuel sudah diundang untuk datang ke kantor mereka.

Setelah mendengar kabar bahwa Samuel dibawa pergi oleh pihak keamanan kota, Rina dan Elaine pun menjadi panik.

Elaine yang panik segera menghubungi kakak perempuannya, Yunita, yang ada di luar negeri.

"Kak, Samuel dibawa pergi oleh polisi. Bagaimana kalau dia menyeret nama kita juga! Sungguh kejam! Clara membawa masalah ini pada Ayah dan berpura-pura sedih di hadapannya. Kalau sampai Ayah tahu ini semua adalah perbuatan kita, Ayah pasti marah besar," kata Elaine sambil terisak.

Di seberang sana, Yunita telah menyelesaikan syuting film yang berlangsung selama lebih dari sepuluh jam. Ia baru saja akan beristirahat, tetapi keinginannya itu saat ini telah lenyap.

"Aku sudah mengatakannya dari dulu kalau Clara sangat pintar, hanya saja dia cukup polos, jadi kita bisa membodohinya dulu. Kamu telah merebut Marco darinya. Sepolos apa pun Clara, dia seharusnya sudah paham kalau kita berada di posisi yang berlawanan dengannya. Begitu dia sudah memiliki persiapan, akan sangat sulit bagi kita untuk menghadapinya.

Elaine, jangan panik dulu. Dengarkan aku. Paman dan wakil departemen keamanan adalah masalah lama. Biarkan mereka menjaga Samuel. Jangan sampai masalah ini sampai kepada Mama dan kamu. Jangan banyak bertingkah dulu dan jangan mencari masalah dengan Clara. Aku akan segera kembali setelah syuting ini selesai. Kita akan berdiskusi lagi pada saat itu."

……

Samuel sepenuhnya mengakui postingan tanpa nama pada forum kampus yang berisi tentang skandal Clara itu. Ia pun mengatakan bahwa motifnya melakukan hal itu adalah karena dia tidak dapat mengejar Clara, cintanya terhadap Clara malah melahirkan kebencian. Selain itu, dia sama sekali tidak melibatkan nama Rina dan Elaine.

Dia pun akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan, dengan dua tahun masa percobaan, serta kompensasi atas nama baik Clara dan kerugian lainnya sebesar 240 juta rupiah.

Meskipun Clara memperoleh kompensasi tersebut, tetapi keputusan itu sama sekali tidak memuaskannya. Pihak universitas tidak mencabut sanksi yang diberikan kepadanya, sehingga dia masih tidak bisa lulus tahun ini.

Kurang lebih, ini juga sesuatu yang diharapkan oleh Yanto.

Satu-satunya kabar baik adalah bahwa Roy ternyata menepati janjinya. Clara telah menerima pemberitahuan mengenai audisi dari kru film dan juga telah mendapatkan naskahnya.

Pada malam hari, dia berbaring di tempat tidurnya dan membaca naskah tersebut.

Film Putri Duyung ini diadaptasi berdasarkan dongeng Putri Duyung karya Andersen. Kisah yang diadaptasi ini terjadi pada tahun 1542, yaitu pada periode Jiajing dari Dinasti Ming.

Suatu hari, Pangeran Arman pergi berlayar bersama rombongannya. Tetapi di tengah laut, mereka dilanda oleh angin topan. Kemudian, Pangeran Arman diselamatkan oleh putri duyung bernama Sonia. Ternyata, Sonia jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap pangeran yang tampan itu. Oleh karena ia tidak bisa mengungkapkan identitasnya sebagai putri duyung, maka ia menitipkan sang pangeran pada seorang putri nelayan yang tinggal di pinggir pantai untuk dirawat.

Sonia pun kembali ke dasar laut, tetapi ia tidak dapat melupakan Pangeran Arman. Tanpa mengindahkan nasihat dari ayah dan kakaknya, dia pun pergi meninggalkan lautan. Dia menggunakan identitas sebagai seorang putri dan menemani Pangeran Arman di sisinya. Akan tetapi, yang selalu diingat oleh Pangeran Arman adalah putri nelayan itu. Dia menyangka bahwa putri nelayan itulah yang menyelamatkan dirinya.

Pangeran Arman berusaha keras mencarinya. Hingga pada suatu hari, dia akhirnya menemukan putri nelayan itu di desa nelayan yang terletak di pinggir pantai. Pangeran Arman pun menikahinya sebagai selir. Kemudian, pada hari pernikahan mereka itu, Sonia mengering dan mati akibat terlalu lama meninggalkan lautan yang menjadi tempat hidupnya itu.

Clara membaca-baca naskah tersebut sekilas, kemudian meletakkannya di meja sebelah tempat tidur.

"Hehe, ini benar-benar sebuah dongeng." Clara melingkarkan tangannya di belakang kepalanya dan berpikir: Sutradara Chen pun ternyata masih memiliki hati seperti anak kecil.

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu