Suami Misterius - Bab 128 Kebohongan yang Tidak Terhitung

Rudy sedikit takut, dan sediki kesal. Terkadang orang membuat sebuah kebohongan, harus menggunakan kebohongan tak terhitung untuk menutupi, kalimat ini benar-benar sedikitpun tidak bohong.

Saat dia sedang memeras otak berpikir bagaimana menjelaskan gambar yang seharga puluhan miliar ini bisa tergantung dikamarnya, melihat Clara menjulurkan tangannya memegang gambaran itu, dengan sendirinya berkata: "Sekarang seni menjiplak bagus sekali, barang tiruannya mirip persis dengan barang aslinya."

"......" Rudy sedikit terdiam, tersenyum tipis.

Dia menjulurkan lengannya, menarik pelan, Clara langsung masuk ke pelukannya.

Tulang belakang wanita bertumpu pada dadanya yang padat, dia menunduk sedikit, nafasnya yang panas jatuh pada lehernya yang telanjang dan putih, badan Clara tak terkendali sedikit gemetaran.

"Malam mau makan apa?" Tanya Rudy lembut.

Clara yang dia peluk sedikit tidak bebas, begitu menurunkan matanya langsung tampak lengan yang ada dipinggangnya sendiri, manset pada kemejanya tertarik ke atas membentuk lingkaran, menampakkan lengannya yang kokoh, kulit berwarna perunggu, ototnya yang padat.

Tanpa sadar Clara menelan ludahnya, ada semacam keinginan untuk menggigitnya, seperti daging lengannya sangat enak dikunyah, kalau digigit kuat masih bisa menghilangkan rasa marah.

"Masih belum memikirkannya?" Rudy melihatnya hanya diam, bertanya lagi.

"Aku mau makan kamu boleh tidak?" Balas Clara.

Rudy tercengang dulu, jelas sekali perkataannya diluar dari dugaannya.

Setelahnya, suara tawanya yang jelas, bibirnya yang tegas menekan kemari, langsung menempel pada kulit di wajahnya, suara seraknya berkata, "Kamu berencana dimulai darimana? Ehn?"

Bibirnya yang sedikit dingin bergerak menyusuri pipinya, rasa sentuhannya kebas, seperti ada banyak semut berjalan diatas kulitnya, terakhir berjalan diatas leher putohnya.

Clara merasa, asalkan dia menunjukkan giginya, langsung bisa menggigit nadinya.

Setelah menyuplemen otaknya, Clara tidak berhenti gemetaran, hatinya berpikir: Ini sebenarnya siapa yang makan siapa?!

Dia baru saja mau memprotes, bibir Rudy tiba-tiba menginggalkan lehernya, alisnya terangkat, suaranya dingin berkata, "Sudah mendengar cukup belum?"

Wajah Clara kebingungan, megikuti arah tatapannya ke depan pintu. Tampak seorang pria tampan masuk, wajahnya terpampang senyuman sinis.

"Benar-benar tidak tau telingamu panjang sekali, baru bergerak maju selangkah, langsung ketahuan olehmu." Ucap Raymond sambil tertawa, tatapannya langsung jatuh pada Clara, dan juga mengamatinya dengan sedikit menghakimi.

"Halo, cewek cantik." Raymond menjulurkan tangannya, tersenyum dan menyapa Clara.

Wajah Clara malu sampai memerah, hampir tanpa sadar memukul tangan Rudy yang melingkari pinggangnya.

Rudy tau Clara mudah malu, dengan biasa melepaskannya, dengan datar memperkenalkan, "Dia adalah Raymond."

"Halo tuan Raymond." Clara dengan sopan menyapa Raymond. Alis cantiknya terkunci, kenapa nama Raymond ini familiar sekali, tetapi dalam sekejap tidak bisa mengingat pernah mendengarnya dimana.

"Cewek cantik, aku adalah fansmu, bisa memberiku tanda tangan tidak? Tanda tangani di bajuku." Raymond berjalan kemari sambil tersenyum, masih belum mendekati Clara, sudah dihadang oleh lengan yang dijulurkan Rudy.

"Masih ada urusan lain tidak?" Tanya Rudy dengan dingin.

"Aku kebetulan tidak ada tempat untuk makan, keberatan tidak kalau sama-sama?" Tanya Raymond dengan menjilat.

"Keberatan." Rudy menolak dengan kejam. Dia tidak menyukai Raymond yang mau menjadi obat nyamuk.

"Bereskan dokumen yang tersisa, tunggu aku kembali baru selesaikan." Ucap Rudy, menarik tangan Clara dan pergi.

"Weh, Rudy, kamu bisa tidak jangan begitu kejam dengan sesama jenis!" Di belakang mereka, adalah teriakan Raymond yang tidak senag.

Mereka sekarang sudah kelebihan beban kerja, presdir Rudy masih mau membuka jendela atap, malam ini akan ada lembur lagi.

Tunggu setelah mereka pergi, Raymond berjalan ke hadapan lukisan cat hitam yang tergantung di dinding, melihatnya dengan serius dan teliti begitu lama, wajahnya dengan tidak berdaya menggelengkan kepalanya.

milik Zhang Daqian yang dia habiskan 80 miliar lebih dari pelelangan Sotheby Hongkong bagaimana bisa dianggap sebagai barang tiruan.

......

Di sisi lain, Rudy menyetir di jalanan yang luas membawa Clara yang duduk di kursi penumpang.

Dia dengar Raymond bilang di jalan Victory ada sebuah restoran Perancis baru, rasanya asli sekali, Rudy berencana membawa Clara pergi mencobanya.

Rudy menyetir, Clara duduk di kursi penumpang, ketiduran.

Tangan Rudy yang panjang dan cantik menggenggam setir, memiringkan kepala meliriknya, bertanya, "Lelah sekali?"

"Ehn." Clara mengangguk dengan tidak sadar, "Rekaman langsung selama satu hari satu malam, agar garis merah mata tidak tampak dan bagus di kamera, masih harus terus ditetes obat mata, mataku sekarang masih sakit sekali."

"Kalau lelah sekali istirahat sebentar." Ucap Rudy.

Kalau wanitanya perlu berusaha demi mendapatkan uang, maka jelas sekali dia tidak berguna.

"Bekerja dibidang kami ini, seperti berlayar melawan ombak, kalau tidak masuk berarti mundur." Ucap Clara dengan tidak berdaya.

Rudy baru saja mau membantah, malah tampak mata Clara yang bersinar, seperti terpikir akan sesuatu, lalu tersadar, "Aku sudah ingat siapa Raymond. Kak Luna pernah bilang, dia sepertinya direktur eksekutif Sutedja grup, aku bisa nyanyi lagu tema utama film putri duyung, adalah bantuan Raymond."

"Benarkah." Balas Rudy dengan biasa.

Saat itu, dia mendengar tema lagu film putri duyung yang dimainkan Clara, berjanji akan mewujudkan mimpinya, makanya menyuruh Raymond berkata pada sutradara Chen.

Hanya saja, dia tidak bisa mengatasnamakan kebaikan ini atas namanya.

Clara sepertinya juga terpikir waktu itu Rudy pernah mengatakan akan mewujudkan mimpinya, saat itu dia tidak memasukkannya ke dalam hati.

"Aku dan Raymond tidak kenal, bagaimana mungkin dia bisa membantuku, apakah kamu yang memohonnya?" Tanya Clara.

Dia menggunakan kata 'memohon', Rudy tanpa sadar menaikkan alisnya, hanya ada beberapa orang yang bisa membuatnya memohon, Raymond masih tidak masuk daftar.

"Pernah mengatakannya kepadanya, tidak menyangka dia akan menyimpannya di dalam hati." Kata Rudy dengan acuh tak acuh.

"Oh, kalau begitu dia baik juga." Kata Clara, tapi setelahhnya, mengangkat wajahnya memperingatkan, "Aku dengan kak Luna bilang, reputasinya di dalam industri hiburan tidak begitu baik, seorang playboy, tidak tau sudah mencelakai berapa banyak gadis. Kamu jangan terlalu dekat dengannya, agar tidak ikut nakal dibawanya."

Rudy selesai mendengar, membalas dengan senyum, "Ehn."

Mobil berhenti di depan pintu restoran Perancis, mereka termasuk beruntung, kebetulan ada sebuah tempat parkir kosong.

Dekorasi baru restoran Perancis, lingkungan elegan dan bersih, bergaya romantisan model Perancis, di dalam restoran juga ada penampilan piano dan irama biola. Sayangnya Clara adalah publik figur, mereka hanya bisa duduk di dalam ruangan VIP kecil di lantai dua, kalau nanti diikuti paparazzi dan difoto kalau dia sedang makan malam bersama seorang pria dewasa, pasti akan menimbulkan masalah lagi.

Clara bukan orang yang takut terkena masalah, tapi dia takut diceramahi Luna. Luna menceramahi orang bisa dua jam tanpa istirahat telinganya tidak bisa menahan kekejaman ini.

Dekorasi di ruang VIP kecil lantai dua biasa, tapi pemandangannya bagus, di bawah jendela kebetulan adalah lapangan Marina, samar-samar bisa melihat sunset di laut.

Rudy mengambil menu dan memesan makanan, sesekali bertanya pendapat Clara, sikapnya gentle dan elegan.

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu