Suami Misterius - Bab 88 Hidup Bahagia Bersama Istri Dan Anaknya

Juga tidak tahu dari mana anak bocah ini belajar, akhir-akhir ini permainan yang paling disukainya adalah ciuman. Tangan yang satu memeluk mama dan yang satunya memeluk papa, mencium mama kemudian mencium papa, lalu, mengeratkan pelukan tangannya, harus membuat papa dan mama saling mencium baru rela melepaskannya.

Bibir Rudy yang agak panas dan agak basah mencium lembut disamping bibir Clara, si kecil Wilson tertawa cekikikan tiada henti.

Sus Rani yang melihatnya juga terlihat bahagia, secara khusus memasakkan lebih banyak lagi hidangan. Setelah menata lauk diatas meja, dengan sadar diri langsung masuk kedalam kamar, memberikan ruangan kepada keluarga itu.

Meskipun lauk makanan baru saja dihidangkan, kue sudah terpotong-potong. Perut si kecil Wilson pun sudah menggelembung.

Tetapi, Rudy seorang pria dewasa tidak memerlukan lilin maupun lagu selamat ulang tahun, ada sebuah kue juga hanyalah sebatas rutinitas saja.

Ia mengangkat sumpitnya untuk makan, gerakannya sangat elegan.

Clara memeluk si kecil duduk dihadapannya, diantara keduanya tampak tidak terlihat sedikitpun perbedaan generasi, mereka berdua benar-benar bisa bermain dengan baik. Rudy sesekali mengangkat kepalanya melihat mereka berdua, alis matanya terukir kehangatan.

HP yang terletak diatas meja tiba-tiba drrt drrt bergetar, ia melihat sekilas kearah layar, Raymond yang menelepon. Kemudian mengambil HP dan keluar dari ruang makan untuk mengangkat telepon.

Terdengar suara keramaian dari sisi lain telpon, suara Raymond terdengar diantara campuran kebisingan itu.

“Aku dan beberapa teman yang lainnya berada di Bowery Club menunggumu sang bintang utama ini datang kemari, Aldio juga telah secara khusus mendatangkan beberapa model baru dari Perusahaan Film, dilihat-lihat mereka cukup bersih, pasti cocok dengan seleramu.

Bowery Club adalah tempat klub malam yang paling mewah, terbatas untuk keanggotaan mereka, hanya melayani orang-orang berduit dan orang-orang yang memiliki kekuasaan. Juga merupakan salah satu dari asset Sutedja Group. Raymond, mereka yang lain-lain setiap kali berkumpul disana.

Akhir-akhir ini, industri media sudah menjadi semakin lama semakin popular, Sutedja Group juga memasuki investasi kebeberapa perusahaan media film dan televisi. Aldio dan beberapa dari mereka juga memiliki hobi bermain-main, sering kali memasukkantangannya kedalam perusahaan media film dan televisi, memelihara beberapa artis dan model.

Meskipun Rudy bukanlah tipe-tipe seperti itu, selama ini ia selalu toleransi terhadap orang-orang dibawahnya, selama mereka tidak membuat keributan terlalu besar, biasanya ia akan menutup sebelah mata, tidak akan bertanya-tanya.

“Kalian bermainlah, pembayaran atas namaku.” Kata Rudy.

Dibalik telepon yang diseberang, terlihat jelas Raymond tercengang, ia kira-kira tidak menyangka Rudy akan menolaknya. Selain beberapa tahun berada didalam Pasukan Perdamaian, ia pasti tiap tahunnya merayakan ulang tahun bersama-sama dengan Raymond dll.

“Kamu benar-benar tidak datang? Raymond kembali bertanya sekali lagi padanya.

“Tidak.” Rudy menjawabnya dengan suara rendah dan acuh.

Ia sedang bersiap untuk menutup telepon, tiba-tiba seseorang memeluk kakinya.

“Papa, gendong.” Bocah itu mengangkat dagunya keatas, dengan suara manja berbicara.

Rudy membungkukkan badannya untuk menggendong anak itu kedalam pelukannya, Clara kemudian juga datang kemari. “Wilson ingin pergi ke taman bermain, kamu juga mau ikut bersama?”

“Kamu nyaman?”

Clara saat ini tidak berani berkata semua orang telah mengenali dirinya, tetapi meskipun begitu tetap memiliki sedikit ketenaran. Dua orang membawa seorang anak kecil keluar rumah, andai kata tertangkap kamera kemudian terekspos berita buruk tentang anak diluar nikah, kehidupan Clara sebagai seorang aktris juga akan berakhir.

“Apa yang tidak nyaman. Kamu terlalu memandang tinggi diriku, aku juga bukanlah aktris kelas atas, mana ada paparazzi yang memperhatikanku.” Penuh dengan ketidak pedulian Clara berkata-kata.

Meskipun ia berbicara seperti itu, disaat keluar rumah, ia tetap menggunakan topi, kacamata hitam, masker, satupun tidak ada yang kurang, benar-benar dalam perlengkapan penuh.

Sedangkan disaat bersamaan, bagian dalam ruang VIP Emas Langit, Raymond sedang memegang HP nya sambil tercengang.

Didalam dan diluar ruangan penuh dengan keramaian, bunga segar dan balon, alcohol champaine dan wanita cantik, tidak ada satupun yang kurang.

Para pria yang sedang terduduk, tangan kiri dan kanannya semua memeluk wanita. Suara gelas bersentuhan dan suara tawa saling terdengar.

Didalam ruangan segala wanita cantik dapat terlihat, polos dan cantik, cantik menawan dan glamor, masih ada juga yang mengenakan baju suster dan baju mahasiswi, bermain godaan dengan kostum.

Ruangan besar memiliki ruangan kecil didalamnya, Aldio adalah salah satu dari mereka yang bermain dengan gila, menarik seorang siswi polos masuk kedalam salah satu kamar, bahkan tidak menutup pintu, dari dalam tidak hentinya terdengar suara mesum.

Saat Aldio keluar dari kamar, kemejanya masih terlihat berantakan, melihat Raymond yang masih memegang HPnya, langsung bertanya padanya, “Kak Rudy kenapa masih belum sampai? Aku sengaja menyiapkan beberapa barang bagus untuknya.”

Raymond melemparkan HP nya keatas meja marmer yang berada didepan matanya, meletakkan kedua kakinya keatas sambil menghisap rokoknya sambil berkata, “Kamu simpan untuk kamu nikmati sendiri saja, direktur Rudy kita dirumah menjaga anak.”

“Yang benar saja kamu!” beberapa wajah orang itu penuh dengan ekspresi kaget. Orang-orang ini didalam pasar kota A semua adalah orang-orang yang berperan. Boss mereka ternyata didalam rumah menjaga anak, benar-benar kehilangan muka saat mengatakannya.

“Boss sekarang sedang menikmati hidup indah bersama istri dan anaknya. Kalian bermainlah saja sendiri.” Raymond mengetuk abu diujung punting rokoknya, kemudian berdiri dan berencana untuk pergi.

“Benar-benar tidak seru, bubar-bubar.” Tangan Aldio menarik balon-balon yang menghalangi jalannya, pemeran utama tidak datang, masih menjalankan pesta apanya.

Laki-laki dan perempuan semuanya keluar dari kamar dalam kelompok-kelompok, wajah mereka terlihat tidak puas. Terutama beberapa aktris dan model-model itu, semua orang juga mengetahui dikota A asalkan dapat memanjat keatas Tuan Keempat Sutedja, pasti dapat langsung naik ke posisi yang lebih tinggi. Mereka kehilangan kesempatan yang kali ini, tidak dapat dipungkiri pasti kecewa.

Raymond dan Aldio adalah yang paling terakhir keluar dari kamar itu, sambil berjalan sambil berbincang-bincang.

Mereka berdua bisa dibilang adalah tangan kanan kiri dari Rudy, Raymond adalah teman masa kecil Rudy, sekarang adalah wakil direktur dari Sutedja Grup. Aldio adalah teman baik sekelas Rudy, untuk saat ini mengelola perusahaan dana dan perusahaan media.

Keduanya baru saja berjalan keluar dari pintu utama Bowery Club, sebuah mobil Maserati merah berhenti didepan mereka.

Raymond mengenali mobil ini, senyum becandanya muncul dimukanya.

“Loh, bukankah ini adalah pengacara Tika, ada angin apa yang membuatmu datang kemari.”

Markisa Tika membuka pintu turun dari mobil, langsung berjalan kehadapan Raymond. Make up diwajahnya benar-benar lembut menawan, hanya saja memasang muka yang penuh emosi. “Mana dia?”

“Dia? Siapa ya?” Raymond berpura-pura bodoh.

Markisa Tika bertambah emosi, dengan muka dingin, “Raymond, kamu tidak perlu berpura-pura bodoh didepanku. Kamu tahu yang kumaksud adalah Rudy. Dimana dia?”

Disebelahnya, Aldio terlihat memasukkan salah satu tangannya kedalam kantong, tangannya yang satunya menghisap rokok. Ia baru pertama kalinya melihat nona besar keluarga Tika, menurut rumor adalah menantu wanita yang ditetapkan oleh keluarga Sutedja.

Pandangan matanya secara sembrono menilai-nilai Markisa, ia mengenakan dress panjang yang menawan, postur tubuh anggun, seorang wanita dengan standart wanita cantik, hanya saja sedikit dingin, wanita cantic yang dingin sekarang sudah tidak laku. Terlebih lagi untuk pria yang memiliki kekuatan seperti Rudy, pasti tidak termakan wanita yang seperti ini, menunjukkan sikap seperti itu untuk dilihat siapa.

Markisa tidak puas dengan tatapan sembrono dari Aldio, dengan ganas melotot kearahnya.

Aldio juga tidak mempedulikannya, dengan wajah tersenyum nakalnya menhirup rokoknya, kemudian mengolok Markisa dengan meniupkannya didepan wajahnya.

Markisa jelas-jelas sedang dipermainkan olehnya, emosi hingga wajahnya menjadi merah. Tetapi ia masih tidak berani menyinggung orang-orang Rudy secara terbuka, hanya dapat menahan emosi dan tidak menanggapinya.

Ia hanya berbicara kepada Raymond, “Rudy dimana bagaimana mungkin kamu bisa tidak tahu? Kamu adalah kepercayaannya.”

Setelah mendengarnya, Raymond hanya tertawa Hahaha. “Kamu terlalu memandang tinggi diriku, dia adalah boss, aku hanyalah seorang yang bekerja untuknya bagaimana bisa tahu keberadaannya.”

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu